Oleh Arnoldus Yansen Kebojan Koten
Prosesi Jumat Agung yang terjadi di kota Larantuka Kabupaten Flores Timur, telah menjadi salah satu ikon wisata religius bagi banyak orang. Prosesi ini dilaksanakan setiap hari Jumat dalam pekan suci dan dihadiri oleh berbagai macam wisatawan baik dalam pulau Flores maupun di luar pulau Flores bahkan para wisatawan dari luar negeri.
Prosesi Jumat Agung memberikan kebebasan kepada setiap orang yang mau mengikutinya tanpa membedakan perbedaan ras, suku, agama, dan sebagainya. Inilah menjadi salah satu alasan mengapa banyak sekali orang yang mau mengikuti prosesi ini. Ada dua jenis prosesi yang dilakukan pada hari Jumat Agung. Prosesi pertama terjadi pada siang hari, yaitu mengantar patung Tuan Meninu dari kepalanya di kelurahan Kota Sau menuju Katedral Reinha Rosari di Kelurahan Postoh. Prosesi ini dinamakan prosesi laut karena pengantaran patung ini melalui jalur laut. Pada saat air laut terjadi pasang naik, mereka mengeluarkan patung Tuan Meninu dan menempatkan-Nya di sebuah perahu khusus dan mengantarkannya ke Katedral Reinha Rosari. Mereka yang mendayung perahu ini adalah para utusan dari bapak-bapak komunitas konferia keuskupan Larantuka. Aturan dalam prosesi ini adalah perahu yang memuat patung ada di depan dan semua kapal maupun perahu lainnya harus berada di belakang, dan dilarang untuk mendahului perahu yang membawa patung Tuan Meninu, karena akan mengalami insiden yang tidak diinginkan.
Prosesi kedua terjadi pada malam hari dan inilah yang menjadi puncak dari prosesi Jumat Agung, yaitu mengantar semua patung yang telah dikumpulkan dalam Gereja Katedral dan mengantar semua patung mengelilingi kota Larantuka dan kembali lagi ke Katedral. Patung-patung tersebut antara lain patung Tuan Meninu, Tuan Ana, dan Tuan Ma yang menjadi ikon penting dalam prosesi tersebut. Mereka membuat sebuah tandu dan meletakkan patung Tuan Ma dan empat orang yang sudah disiapkan dari awal untuk memikulnya, mereka yang memikul patung disebut lakademu.
Prosesi Jumat Agung ini melibatkan peran para umat muslim dalam menyukseskan dan melancarkan prosesi ini. Keterlibatan umat muslim dalam prosesi ini tidak diragukan lagi. Keterlibatan umat muslim dalam prosesi ini adalah: Pertama, umat muslim menyediakan tempat tinggal mereka untuk para wisatawan atau pengunjung dari luar yang tidak mendapatkan penginapan. Seperti yang sudah digambarkan di atas bahwa prosesi ini dihadiri oleh begitu banyak orang sehingga tempat-tempat penginapan yang ada di kota Larantuka sudah banyak diisi oleh para wisatawan atau para pengunjung dari luar negeri, sehingga banyak wisatawan atau pengunjung yang dari wilayah-wilayah sekitar yang tidak mendapat penginapan. Oleh karena itu umat muslim dengan ikhlas menyediakan rumah mereka untuk para wisatawan atau pengunjung yang tidak mendapat tempat penginapan dan makan minum bersama mereka tanpa memungut biaya.
Kedua, mereka bergabung bersama para orang muda katolik dalam berbagai jenis kegiatan untuk persiapan dan menyukseskan prosesi Jumat Agung, seperti pembuatan pagar di setiap rute perjalanan prosesi, terlibat dalam pembersihan gereja dan sebagainya.
Ketiga, umat muslim di Kabupaten Flores Timur sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan dan menggunakan kendaraan laut untuk penyeberangan antar pulau di Kabupaten Flores Timur. Untuk menyukseskan prosesi laut yang sudah digambarkan di atas, mereka menyumbangkan perahu nelayan dan kendaraan laut mereka untuk para wisatawan atau pengunjung yang mau mengikuti atau berpartisipasi dalam prosesi laut tersebut.
Dan yang keempat, umat muslim yang diwakili oleh para remaja masjid turut terlibat dalam tim keamanan, menjadi pagar betis, dan menjaga kendaraan para wisatawan atau pengunjung agar kegiatan prosesi dapat berjalan dengan lancar, aman, dan nyaman.
Dari gambaran di atas penulis menyimpulkan bahwa, keterlibatan umat muslim berperan penting dalam prosesi Jumat Agung, dan penulis memetik satu nilai dari gambaran di atas, yaitu nilai toleransi antar umat beragama di Kabupaten Flores Timur sangat terjaga dan berjalan dengan sangat baik.
Catatan:
- Tuan Meninu adalah nama yang digunakan oleh masyarakat katolik di Larantuka untuk menyebut arca bayi Yesus atau peti berisi lambang Kristus.
- Tuan Ana dalam bahasa lokal. Tuan artinya Tuhan dan Ana artinya Anak. Jadi Tuan Ana artinya Anak Tuhan. Makna dari Tuan Ana ini menggambarkan Tuhan Yesus.
- Tuan Ma dalam bahasa lokal Ma artinya Ibu. Jadi Tuan Ma adalah Ibu Tuhan. Ini menggambarkan Bunda Maria.