Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Milik Bersama (Karya Dzakwan Ali)

Puisi “Milik Bersama” karya Dzakwan Ali bercerita tentang bagaimana persaudaraan dan kebersamaan terbentuk bukan karena kesamaan bendera, suku, ...

Milik Bersama

persaudaraan tidak melihat bendera
saling menyapa di kala berjumpa
kebersamaan tidak melulu tentang persamaan
perbedaan milik semuanya
saling menjalin kekeluargaan
keberadaan menjunjung kerukunan

kesejahteraan dibangun pola pikir
belajar mencapai takdir
sebuah romantisme hidup
saling menjaga dari segalanya
merangkul prasangka
menciptakan cinta setia

Purwakarta, 1 Oktober 2025

Analisis Puisi:

Puisi “Milik Bersama” karya Dzakwan Ali merupakan sebuah teks yang menekankan nilai-nilai harmoni, kebersamaan, dan penghargaan terhadap perbedaan. Dengan pilihan diksi yang sederhana tetapi sarat makna, penyair berhasil merangkum sebuah refleksi sosial mengenai bagaimana hubungan antarmanusia seharusnya dijalani: tanpa prasangka, tanpa sekat, dan tanpa pengkotak–kotakan identitas.

Tema

Jika dilihat dari keseluruhan isi, tema utama puisi ini adalah persaudaraan dalam keberagaman. Penyair menyoroti pentingnya nilai kebersamaan yang tidak didasarkan pada kesamaan identitas, melainkan pada rasa saling menghargai serta kemauan menjaga satu sama lain.

Tema lain yang menguat adalah kerukunan sosial, yang menekankan bahwa sebuah masyarakat dapat hidup damai jika pola pikir setiap individunya diarahkan pada kesejahteraan bersama, bukan pada perbedaan yang memecah belah.

Puisi ini bercerita tentang bagaimana persaudaraan dan kebersamaan terbentuk bukan karena kesamaan bendera, suku, agama, atau simbol lainnya, tetapi karena rasa saling menyapa, saling merangkul, dan hidup berdampingan dengan penuh penghormatan.

Dzakwan Ali menegaskan bahwa kebersamaan bukanlah tentang keseragaman, melainkan tentang kesediaan menerima perbedaan sebagai bagian dari hidup bersama. Puisi ini menghadirkan gambaran masyarakat yang ideal—saling membantu, menjaga satu sama lain, dan membangun kesejahteraan dengan pola pikir yang terbuka.

Makna Tersirat

Ada beberapa makna tersirat yang dapat ditangkap dari puisi ini:
  1. Kritik terhadap cara pandang yang sempit. Larikan “persaudaraan tidak melihat bendera” menyiratkan kritik halus terhadap kecenderungan masyarakat yang mudah terkotak-kotak oleh identitas kelompok. Penyair ingin mengatakan bahwa manusia sering kali membangun jarak hanya karena simbol, padahal esensi persaudaraan melampaui itu.
  2. Masyarakat harmonis hadir dari usaha bersama. Puisi ini menunjukkan bahwa kerukunan tidak terjadi dengan sendirinya. Frasa seperti “kesejahteraan dibangun pola pikir” menegaskan bahwa kesejahteraan adalah hasil usaha kolektif, bukan kebetulan.
  3. Kehidupan yang ideal membutuhkan cinta dan penerimaan. Makna tersembunyi lainnya adalah bahwa manusia membutuhkan “merangkul prasangka” bukan dalam arti membiarkannya hidup, tetapi menghadapi prasangka dengan sikap positif hingga berakhir menciptakan “cinta setia”.

Suasana Dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini dapat digambarkan sebagai:
  • hangat;
  • penuh optimisme;
  • mengajak berdamai, serta;
  • menenangkan, karena bicara tentang nilai hubungan yang damai dan saling menjaga.
Tidak ada ketegangan atau konflik yang ditampilkan; suasananya lebih seperti ajakan lembut menuju harmoni sosial.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Beberapa amanat yang dapat ditangkap:
  1. Hargailah perbedaan, karena perbedaan bukan ancaman, melainkan bagian dari kehidupan manusia.
  2. Bangunlah persaudaraan yang tulus, bukan berdasarkan identitas simbolis.
  3. Kerukunan dan kesejahteraan adalah tanggung jawab bersama, bukan tugas segelintir orang.
  4. Kita perlu mengatasi prasangka dengan sikap saling menjaga.
  5. Cintai sesama, karena cinta adalah fondasi kuat bagi kehidupan yang damai.

Imaji

Puisi ini memuat beberapa imaji yang bersifat abstrak tetapi kuat:
  • Imaji sosial, seperti “saling menyapa di kala berjumpa” yang menimbulkan gambaran interaksi antarmanusia yang hangat.
  • Imaji emosional, seperti “merangkul prasangka” yang menghadirkan gambaran abstrak tentang upaya memeluk dan memadamkan pikiran negatif.
  • Imaji kebersamaan, seperti “menciptakan cinta setia”, memberikan kesan hubungan manusia yang stabil, hangat, dan berkesinambungan.

Majas

Beberapa majas yang tampak dalam puisi:

Personifikasi
  • “merangkul prasangka” — prasangka digambarkan seolah-olah bisa dirangkul.
Metafora
  • “sebuah romantisme hidup” — hidup disamakan dengan sesuatu yang romantis, sebuah simbol keindahan perjalanan bersama.
  • “perbedaan milik semuanya” — perbedaan diperlakukan sebagai sebuah entitas yang “dimiliki” bersama.
Puisi “Milik Bersama” karya Dzakwan Ali menghadirkan pandangan yang jernih dan penuh harapan mengenai hubungan antarindividu dalam masyarakat. Melalui tema persaudaraan dan keberagaman, penyair menegaskan bahwa perbedaan bukanlah pemisah, melainkan kekuatan yang dapat mempersatukan. Dengan sejumlah imaji dan majas yang lembut, pesan-pesan dalam puisi ini mengalir sebagai ajakan untuk hidup dalam kerukunan, saling menjaga, dan menciptakan cinta yang berkelanjutan.

Dzakwan Ali
Puisi: Milik Bersama
Karya: Dzakwan Ali

Biodata Dzakwan Ali:

  • Dzakwan Ali adalah penggagas komunitas Santri Menulis dan pendiri Latar Karya Temulawak. Ia pernah menjabat sebagai Duta Baca Kabupaten Indramayu 2023 serta terpilih sebagai Pemuda Pelopor bidang Seni dan Budaya Indramayu 2024–2025. Aktif sebagai pembaca puisi di berbagai acara, karya-karyanya bisa dijumpai di berbagai media, baik offline maupun online.
  • Ia telah menerbitkan sejumlah buku, di antaranya Sejuta Rasa Cinta (J Maestro, Bandung, 2019), Berakit-rakit untuk Bangkit (Bookis, Medan, 2020), Sang Pengabdi (Boepedia, Bogor, 2020), dan Menapaki Jejak-Mu (Gapura Pustaka, Sumenep, 2021).
  • Penyair bisa disapa di Instagram @pengedaraksara
© Sepenuhnya. All rights reserved.