Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Ilmu dan Etika di Ma’had UIN: Perspektif Mahasiswa Saintek

Ilmu pengetahuan dan etika merupakan dua pilar fundamental yang tak terpisahkan dalam fondasi tradisi keilmuan Islam, bahkan menjadi prasyarat ...

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memperluas pembahasan terkait integrasi yang fundamental antara ilmu dan etika pada mahasiswa Saintek (Sains dan Teknologi) yang menjalani program di Ma’had UIN Malang. Kajian ini menyoroti bagaimana institusi Ma’had berperan dalam membentuk karakter, memastikan bahwa kemajuan intelektual dalam ilmu-ilmu eksakta berjalan selaras dengan penguatan moral dan spiritual. Metode yang digunakan adalah studi pustaka yang diperkaya dengan visualisasi data, seperti tabel dan gambar, untuk memenuhi standar kualitas dan kelengkapan sebuah artikel jurnal yang ditargetkan untuk publikasi setingkat SINTA 5. Hasil penelitian menekankan bahwa seluruh elemen pendidikan di Ma’had berkontribusi signifikan dalam mencapai keselarasan antara kecerdasan akademik (ilmu) dan kecerdasan moral (etika) mahasiswa Saintek.

Pendahuluan

Ilmu pengetahuan dan etika merupakan dua pilar fundamental yang tak terpisahkan dalam fondasi tradisi keilmuan Islam, bahkan menjadi prasyarat untuk kemaslahatan umat manusia. Dalam konteks pendidikan tinggi di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, integrasi ini diwujudkan melalui program Ma’had (pesantren mahasiswa). Ma’had berfungsi sebagai lembaga sentral yang secara aktif berupaya menanamkan, memelihara, dan menguatkan nilai-nilai etika di tengah padatnya aktivitas akademik mahasiswa.

Perhatian khusus dalam penelitian ini ditujukan kepada mahasiswa Saintek (Sains dan Teknologi). Secara tradisional, fokus studi mereka terletak pada ilmu-ilmu eksakta dan terapan, seperti Teknik Informatika, Fisika, Biologi, dan bidang terkait. Kurikulum Saintek, yang sarat dengan logika, data empiris, dan pengembangan teknologi, sering kali berisiko meminggirkan dimensi spiritual dan moral. Oleh karena itu, kehadiran Ma’had menjadi sangat krusial. Institusi ini tidak hanya menawarkan tempat tinggal, tetapi juga sebuah sistem pembinaan komprehensif yang dirancang untuk memastikan bahwa penguasaan ilmu pengetahuan, terutama teknologi modern, dipandu oleh kesadaran etis yang kuat (Zarkasyi, 2012; Al-Attas, 1995).

Integrasi ini sejalan dengan konsep yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh besar dalam filsafat Islam, seperti Al-Ghazali, yang menekankan bahwa ilmu yang tidak disertai adab dan pemurnian jiwa akan kehilangan keberkahannya (Al-Ghazali, 2008). Rahardjo (2017) juga menyoroti model implementasi integrasi ilmu di UIN Malang, yang menjadikan Ma’had sebagai laboratorium akhlak.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendokumentasikan secara rinci bagaimana mekanisme Ma’had mentransformasi mahasiswa Saintek menjadi individu yang seimbang, di mana kecerdasan akademik selaras dengan kedewasaan moral.

Tinjauan Pustaka

1. Filsafat Ilmu dan Etika dalam Tradisi Islam

Dalam Islam, ilmu ( ’ilm) dipandang bukan sebagai tujuan akhir, melainkan sebagai alat untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan memahami sunnatullah (hukum alam). Oleh karena itu, ilmu tidak pernah netral nilai; ia harus diiringi oleh etika (akhlaq atau adab). Etika berfungsi sebagai kompas moral yang mengarahkan pemanfaatan ilmu agar selalu dalam koridor kebenaran dan kemanfaatan sosial. Etika ini berakar pada konsep Tauhid, yang menempatkan Tuhan sebagai sumber segala ilmu dan kebenaran. Filsafat ilmu yang dianut UIN Malang berupaya menyatukan rasionalitas Barat (sains) dengan spiritualitas Timur (Islam), sebuah upaya yang disebut Integrasi Ilmu.

2. Ma’had sebagai Lembaga Pembinaan Karakter

Ma’had di UIN Malang bukan sekadar asrama, melainkan sebuah lembaga pendidikan dengan kurikulum non-formal yang wajib diikuti. Sistemnya meliputi:

  • Pembiasaan Ibadah (misalnya, Sholat berjamaah lima waktu).
  • Kajian Kitab Klasik (seperti kitab kuning, yang memperkuat pemahaman teks-teks keagamaan).
  • Penguatan Akhlak dan Adab.

Semua aktivitas ini dirancang untuk menciptakan lingkungan yang secara inheren memperkuat hubungan erat antara ilmu dan nilai-nilai luhur

3. Tantangan Etika dalam Bidang Sains dan Teknologi

Mahasiswa Saintek, khususnya Teknik Informatika, berhadapan langsung dengan dilema etika modern. Kemajuan teknologi informasi membawa isu-isu krusial, di antaranya:

Privasi Data: Etika dalam pengumpulan, penyimpanan, dan penggunaan data pribadi.

Keamanan Informasi: Tanggung jawab moral untuk menciptakan sistem yang aman dan tidak merugikan pengguna.

Tanggung Jawab Sosial ( Social Responsibility): Memastikan bahwa inovasi teknologi digunakan untuk kemaslahatan, bukan kerusakan atau eksploitasi.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan studi pustaka (library research) sebagai metode utamanya. Data dikumpulkan dari literatur yang relevan, terutama yang berkaitan dengan filsafat ilmu Islam, integrasi ilmu di UIN Malang, dan pendidikan karakter berbasis pesantren.

Untuk memenuhi standar artikel jurnal SINTA 5, penelitian ini juga mengadopsi pendekatan visualisasi data dengan menyertakan tabel dan gambar. Visualisasi ini berfungsi untuk mengelompokkan konsep-konsep abstrak menjadi data yang terstruktur dan mudah dipahami.

A. Peran Ma’had dalam Pembentukan Karakter Mahasiswa Saintek

Ma’had memiliki sistem pembinaan yang sangat terstruktur untuk membentuk karakter mahasiswa, di mana ilmu dan nilai-nilai Islam dipadukan. Dalam konteks mahasiswa Saintek, pembentukan karakter ini diklasifikasikan ke dalam tiga kategori etika utama: Disiplin, Akhlak, dan Tanggung Jawab.

Tabel 1. Kategori Nilai Etika Mahasiswa Saintek di Ma’had

Kategori

Deskripsi

Contoh

Disiplin

Ketaatan pada jadwal kegiatan Ma’had

Sholat berjamaah, kajian kitab

Akhlak

Sopan santun dan adab dalam belajar

Adab terhadap ustadz dan teman

Tanggung Jawab

Memahami ilmu sebagai amanah

Etika coding & teknologi

Penerapan disiplin dalam sholat berjamaah dan kajian kitab secara rutin mengajarkan bahwa keberhasilan akademik (ilmu) harus didukung oleh manajemen waktu dan ketaatan spiritual, yang merupakan fondasi moralitas.

B. Integrasi Etika dalam Ilmu Sains dan Teknologi

Bagi mahasiswa Saintek, etika tidak hanya bersifat ritual atau sosial, tetapi harus terintegrasi langsung ke dalam praktik keilmuan mereka.

1. Etika Coding dan Teknologi

  • Dalam bidang Teknik Informatika, "etika coding & teknologi" berarti merancang sistem yang adil dan aman. Ini mencakup tanggung jawab untuk mencegah bug atau malware yang merugikan.
  • Tanggung jawab ini diperluas pada isu-isu besar seperti privasi data dan keamanan informasi, di mana mahasiswa harus memahami bahwa teknologi yang mereka ciptakan memiliki potensi bahaya jika tidak dikendalikan oleh moralitas.

2. Ilmu sebagai Amanah

  • Konsep Tanggung Jawab menekankan bahwa ilmu adalah titipan. Seorang ilmuwan Saintek yang beretika tidak akan menggunakan pengetahuannya untuk membuat senjata biologis, menyebarkan informasi palsu (hoax), atau melakukan hacking ilegal. Sebaliknya, ilmu digunakan untuk menciptakan solusi yang membawa manfaat sosial (maslahah).

C. Model Integrasi Ilmu dan Etika di Ma’had UIN

Integrasi ini dapat divisualisasikan melalui sebuah model konseptual.

Gambar 1. Model Integrasi Ilmu dan Etika di Ma’had UIN

Model Integrasi Ilmu dan Etika di Ma’had UIN
Model pengembangan studi Islam di Universitas Islam Negeri (UIN) Malang yang diusulkan oleh Prof. Dr. Imam Suprayugo.

Model ini menunjukkan bahwa Ma’had adalah lingkungan yang mempertemukan kurikulum formal Fakultas Sains dan Teknologi dengan kurikulum informal Etika Keagamaan. Pertemuan ini menghasilkan lulusan Saintek yang tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi juga memiliki kesadaran moral yang tinggi, memenuhi tuntutan ulul albab yang dicita-citakan UIN. Dan Model ini membandingkan pendekatan "Pola Lama" yang terbatas pada studi keagamaan tradisional seperti fikih, hadis, dan tasawuf, dengan "Pola Baru" yang mengintegrasikan studi Islam dengan berbagai aspek kehidupan, ilmu pengetahuan, dan alam semesta. Pendekatan baru menekankan keterkaitan antara Al-Qur'an dan Hadis dengan penciptaan, manusia, perilaku, alam, keselamatan, dan kehidupan dunia-akhirat.

Kesimpulan dan Saran

Seluruh elemen yang dianalisis dalam penelitian ini secara definitif menunjukkan bahwa Ma’had memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam membentuk karakter mahasiswa Saintek. Melalui sistem yang terstruktur, Ma’had berhasil memastikan adanya keselarasan yang harmonis antara kecerdasan akademik yang diperoleh dari fakultas Saintek dan kecerdasan moral (etika dan akhlak) yang ditanamkan melalui pembiasaan ibadah dan kajian kitab. Hasil dari proses ini adalah lahirnya generasi ilmuwan yang tidak hanya unggul dalam ilmu eksakta, tetapi juga bertanggung jawab secara etis dalam pemanfaatan teknologi, menjunjung tinggi disiplin, akhlak, dan tanggung jawab.

Untuk memperkaya temuan penelitian ini, disarankan agar penelitian lanjutan melakukan observasi langsung (field research) di Ma’had. Observasi ini dapat mencakup wawancara mendalam dengan mahasiswa Saintek, ustadz/ustadzah Ma’had, dan dosen pembimbing untuk mendapatkan data empiris yang lebih kaya tentang implementasi dan tantangan nyata dalam integrasi ilmu dan etika di lapangan.

Daftar Pustaka:

  1. Al-Attas, S. M. N. (1995). Prolegomena to the Metaphysics of Islam. Kuala Lumpur: ISTAC.
  2. Al-Ghazali. (2008). Ihya’ Ulumuddin. Beirut: Dar al-Fikr.
  3. Rahardjo, M. (2017). Integrasi Ilmu di UIN Malang: Model dan Implementasi. Malang: UIN Press.
  4. Zarkasyi, H. F. (2012). Islamization of Knowledge. Malaysia: IIIT.
  5. Suprayogo, Imam. (2008). Mereformulasi Bangunan Keilmuan di Perguruan Tinggi Islam. 

Penulis:

  1. Diva Zahira Aulia Salsabila saat ini aktif sebagai mahasiswa, Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi, di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Dibimbing oleh:
  1. Prof. Dr. H. Ahmad Barizi, M.A
© Sepenuhnya. All rights reserved.