Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Indonesia Emas 2045: Jalan Tol atau Jalan Terjal bagi Generasi Digital?

Mari bersama memahami peluang dan hambatan generasi digital, serta berkontribusi membangun SDM unggul demi Indonesia yang lebih maju di 2045.

Oleh Muhamad Affdal Dzikri

Dulu, setelah lulus SMA, saya sempat bekerja di sebuah gudang paket. Waktu itu saya menunggu masa perkuliahan tiba, sekitar dua bulan lamanya. Di tempat kerja itu saya berkenalan dengan seorang teman yang usianya dua tahun lebih muda. Ia bercerita bahwa sejak lama tidak melanjutkan sekolah. Ia berpindah-pindah pekerjaan, dari satu tempat ke tempat lain, untuk mencari uang daripada di rumah bosan tidak berbuat apa-apa, ujarnya.

Dalam hati saya bertanya, mengapa ia tidak bersekolah di sekolah negeri yang sebenarnya gratis? Ia hanya menjawab singkat karena keterbatasan ekonomi. Dari sana saya mulai merenung. Jika saya tidak bersekolah di SMA negeri atau tidak memperoleh beasiswa kuliah, mungkin nasib saya akan sama dengannya.

Pengalaman itu membuat saya sadar bahwa di balik kemajuan zaman yang sering disebut sebagai era digital, masih ada banyak anak muda yang belum mampu menikmati manfaat dari perkembangan tersebut. Saat sebagian generasi sibuk dengan gawai, internet, dan pendidikan daring, masih ada yang bahkan tidak bisa melanjutkan sekolah karena terbatas biaya dan kesempatan.

Setelah saya pelajari, ternyata pengalaman yang saya alami tidak benar-benar mencerminkan poin pertama dari Visi Indonesia Emas 2045. Namun, masih banyak peristiwa dan kasus lain di sekitar kita yang menunjukkan bahwa beberapa poin lainnya dalam visi tersebut masih menjadi pekerjaan besar bagi Indonesia hingga saat ini.

Indonesia Emas

Menurut dokumen Bappenas, Visi Indonesia 2045 dibangun atas empat pilar, yaitu pembangunan manusia serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi; pembangunan ekonomi berkelanjutan; pemerataan pembangunan; serta pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola kepemerintahan (Bappenas, 2019).

Secara sederhana, empat pilar ini menggambarkan upaya Indonesia untuk membentuk sumber daya manusia yang cerdas dan melek teknologi, membangun ekonomi yang kuat tanpa merusak lingkungan, memastikan seluruh daerah mendapatkan kesempatan yang sama untuk maju, serta memperkuat keamanan dan pemerintahan yang bersih. Keempat pilar ini sangat penting, terutama bagi generasi digital di era 4.0, karena merekalah yang hidup dan berkembang di tengah pesatnya teknologi. Tanpa kualitas manusia yang baik, ekonomi yang kuat, akses yang merata, dan pemerintahan yang stabil, generasi digital tidak akan memiliki ruang yang maksimal untuk berinovasi dan berkontribusi dalam membangun masa depan Indonesia.

Saat ini kita hidup di era digital, di mana berbagai inovasi dan teknologi baru terus bermunculan. Di tengah perubahan ini lahir generasi yang dikenal sebagai generasi digital, yaitu generasi yang tumbuh dan beradaptasi dengan kemajuan teknologi informasi. Generasi ini memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan cita-cita besar Indonesia menuju tahun 2045, terutama dalam poin pertama dan kedua. Melalui kreativitas, kemampuan berinovasi, serta pemanfaatan teknologi secara produktif, generasi digital diharapkan mampu menjadi penggerak utama kemajuan bangsa di masa depan.

Generasi digital adalah generasi yang tumbuh dan berkembang di tengah kemajuan teknologi informasi, internet, dan media sosial. Bagi mereka, teknologi sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Hampir setiap aktivitas manusia kini melibatkan perangkat digital, mulai dari pekerja yang bergantung pada laptop dan mesin otomatis, guru yang memanfaatkan teknologi agar proses belajar mengajar lebih efisien, hingga anak muda yang menghabiskan banyak waktu dengan ponsel dan media hiburan daring.

Bahkan, fenomena anak-anak kecil yang sudah terbiasa menggunakan gawai juga semakin umum dijumpai. Banyak orang tua memberikan ponsel kepada anak balita untuk menenangkan mereka atau sekadar menghibur, sehingga sejak dini mereka sudah mengenal dunia digital dan tren yang berkembang di masyarakat.

Menurut hasil Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2025, tingkat penetrasi internet di Indonesia mencapai 80,66%, meningkat 1,16% dibanding tahun lalu atau setara dengan sekitar 229 juta orang dari total populasi.

Namun, meskipun generasi digital memiliki peran penting dalam mewujudkan cita-cita besar bangsa menuju Indonesia Emas 2045, perjalanan menuju ke sana tidak selalu mudah. Di balik berbagai potensi besar yang dimiliki, generasi ini juga dihadapkan pada beragam peluang dan tantangan yang harus dihadapi secara bijak.

Salah satu peluang besar yang dimiliki generasi digital adalah kemudahan untuk mengakses ilmu pengetahuan tanpa batas. Proses belajar kini dapat dilakukan di mana saja, baik melalui video pembelajaran di YouTube, buku-buku digital, maupun berbagai platform edukasi daring tanpa harus datang ke perpustakaan. Bahkan, saat berselancar di media sosial, tidak jarang muncul konten-konten edukatif yang memperluas wawasan dan keterampilan.

Selain itu, perkembangan teknologi juga membuka peluang besar di bidang ekonomi digital. Bisnis daring kini semakin diminati karena memiliki jangkauan pasar yang luas, biaya operasional yang rendah, serta fleksibilitas dan efisiensi yang tinggi. Melalui berbagai peluang ini, generasi muda berpotensi menjadi inovator, programmer, dan kreator solusi digital yang dapat berkontribusi nyata terhadap pembangunan manusia unggul serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (pilar pertama), sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan (pilar kedua) dalam mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045.

Dalam menghadapi era digital, tantangan terbesar yang dihadapi generasi muda tidak hanya datang dari kemajuan teknologi itu sendiri, tetapi juga dari kesenjangan dalam pemanfaatannya. Melalui berita di televisi dan media sosial, saya sering mendengar bahwa masih banyak daerah di Indonesia yang belum memiliki akses internet cepat dan infrastruktur teknologi yang memadai. Kondisi ini menunjukkan bahwa kesenjangan digital masih menjadi persoalan nyata.

Selain itu, tingkat literasi digital juga masih rendah. Banyak generasi muda yang lebih bersifat konsumtif terhadap teknologi—lebih sering menggunakan media sosial untuk hiburan dibandingkan untuk belajar atau mengembangkan keterampilan yang bermanfaat.

Saya, sebagai bagian dari generasi digital, menyadari bahwa untuk mewujudkan Indonesia Emas tidak hanya tentang menikmati teknologi, tetapi juga memanfaatkannya dengan baik, seperti untuk belajar, berkarya, dan berkontribusi.

Saya berharap, ke depannya Indonesia dapat terus berupaya mengurangi berbagai tantangan yang ada dan sekaligus memperbanyak peluang yang dimiliki oleh generasi mudanya. Dengan demikian, cita-cita besar menuju Indonesia Emas 2045 dapat benar-benar terwujud menjadi bangsa yang maju, berdaya saing, dan sejahtera.

Referensi:

  1. https://perpustakaan.bappenas.go.id/e-library/file_upload/koleksi/migrasi-data-publikasi/file/Policy_Paper/Ringkasan%20Eksekutif%20Visi%20Indonesia%202045_Final.pdf
  2. https://survei.apjii.or.id/

Biodata Penulis:

Muhamad Affdal Dzikri saat ini aktif sebagai mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

© Sepenuhnya. All rights reserved.