Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Integrasi Kecerdasan Buatan dalam Kurikulum Pendidikan Islam: Tantangan dan Peluang di Era Digital

Yuk dorong pendidikan Islam bertransformasi! Integrasi AI membuka peluang pembelajaran yang lebih efektif.

Oleh Naelum Minatika

Saat ini, menjadi sangat penting untuk memasukkan kecerdasan buatan (AI) ke dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan. Pendidikan Islam, yang bertujuan untuk membentuk manusia yang berakhlak mulia, cerdas, dan siap menghadapi perubahan zaman, saat ini memerlukan perubahan. Memasukkan kecerdasan buatan ke dalam kurikulum pendidikan Islam membuka peluang besar sekaligus menimbulkan tantangan yang perlu diantisipasi.

Integrasi Kecerdasan Buatan dalam Kurikulum Pendidikan Islam

Potensi untuk Mengintegrasikan Kecerdasan Buatan dalam Pendidikan Islam

1. Pembelajaran yang Lebih Individu

Melalui analisis data tentang kemampuan dan gaya belajar setiap siswa, AI memungkinkan pembelajaran personal (personalized learning). Dalam pendidikan Islam, ini membantu guru menyesuaikan materi seperti akidah, fikih, hingga tahfiz Al-Qur'an sesuai kebutuhan individu. Siswa juga dapat belajar lebih baik dengan modul yang disesuaikan secara otomatis oleh sistem AI.

2. Akses yang Lebih Luas ke Materi Keagamaan

Dengan bantuan teknologi pintar, para siswa bisa mendapatkan berbagai buku tentang Islam, seperti tafsir, hadis, dan kitab-kitab klasik melalui aplikasi yang cerdas.Teknologi ini juga bisa membantu menerjemahkan teks berbahasa Arab, membuat pemahaman jadi lebih cepat, dan mendukung belajar qira'at serta tajwid lewat fitur pengenalan suara.

3. Kemanjuran AI dalam Evaluasi Pembelajaran

AI berpotensi membantu pendidik dalam proses penilaian melalui otomatisasi penilaian ujian, analisis hasil pendidikan, dan pemetaan kompetensi siswa. Akibatnya, para pendidik Pendidikan Islam diberikan kesempatan yang lebih baik untuk memprioritaskan pengembangan karakter dan penguatan nilai-nilai spiritual. 

4. Peningkatan Literasi Digital Islam 

Melalui integrasi AI dapat berfungsi sebagai mekanisme untuk meningkatkan pemanfaatan etis teknologi oleh siswa sejalan dengan prinsip-prinsip Syariah. Ini adalah upaya penting untuk menumbuhkan generasi Muslim yang mampu memberikan kontribusi konstruktif bagi kemajuan teknologi global.

Tantangan Integrasi AI dalam Kurikulum Pendidikan Islam

1. Ketersediaan Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan tantangan yang signifikan, terutama karena kelangkaan pendidik yang mahir dalam teknologi AI. Pendidik dan anggota fakultas yang mengkhususkan diri dalam Pendidikan Islam memerlukan pelatihan komprehensif untuk mengelola, mengawasi, dan memanfaatkan teknologi ini secara efektif.

2. Kekhawatiran Etika dan Keamanan Data

Penggunaan AI sering menimbulkan kekhawatiran terkait privasi dan keamanan data. Dalam konteks pendidikan keagamaan, persoalan ini menjadi lebih rumit karena melibatkan nilai dan prinsip etika yang harus dihormati. 

3. Kesenjangan Teknologi

Tidak semua institusi pendidikan memiliki peralatan atau infrastruktur digital yang memadai. Keterbatasan ini, seperti perangkat yang kurang lengkap dan akses internet yang terbatas, menjadi kendala utama dalam penerapan AI secara merata di berbagai sekolah atau lembaga keagamaan.

4. Kekhawatiran tentang Berkurangnya Peran Guru

Terdapat kekhawatiran bahwa kehadiran AI bisa mengurangi peran guru dalam pembelajaran. Padahal, guru memiliki peran penting tidak hanya dalam mengajar, tetapi juga dalam membimbing secara moral dan emosional, yang sulit digantikan oleh teknologi. 

Penerapan kecerdasan buatan dalam kurikulum pendidikan menawarkan banyak peluang untuk meningkatkan mutu pembelajaran, memperluas akses pengetahuan, dan mempersiapkan generasi muda yang siap menghadapi era digital. Namun, tantangan seperti kesiapan sumber daya manusia, isu etika dalam penggunaan, dan disparitas akses teknologi harus diselesaikan melalui kebijakan yang bijaksana dan kerja sama berbagai pihak.

Biodata Penulis:

Naelum Minatika saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Islam K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.

© Sepenuhnya. All rights reserved.