Oleh Waqiatus Salamah
Masa digital, yang ditandai dengan penyebaran teknologi informasi dan komunikasi yang sangat cepat, telah mengubah berbagai aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Untuk Pendidikan Islam, tantangan terbesar adalah bagaimana menjaga dan menumbuhkan akhlak yang baik dalam tengah arus informasi global yang cepat dan tidak terbatas. Akhlak, yang merupakan inti dari ajaran Islam, tidak boleh terpengaruh oleh kemudahan atau pengaruh negatif dari dunia maya. Karena itu, diperlukan strategi yang bisa beradaptasi dan inovatif agar nilai-nilai keislaman tetap menjadi dasar moral bagi generasi masa kini.
Akhlak merupakan salah satu pondasi utama dalam ajaran Islam, sama pentingnya dengan iman (akidah) dan hukum (syariah).Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR. Malik). Tujuan utama pendidikan Islam bukan hanya mengajar pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga membentuk manusia yang sempurna, memiliki akhlak yang mulia, sehingga mampu menerapkan ilmu yang dipelajarinya dan menjadi rahmat bagi orang sekitarnya.
Selain itu, pendidikan akhlak dalam Islam bertujuan mengarahkan seseorang agar memiliki karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Al-Qur'an dan Sunnah. Hal ini mencakup hubungan baik dengan Allah (hablum minallah), sesama manusia (hablum minannas), dan lingkungan sekitar. Di tengah kecepatan perubahan digital, tujuan ini menghadapi tantangan yang berat, tetapi juga membawa peluang melalui metode pendidikan yang adaptif dan kreatif. Akhlak berfungsi sebagai perlindungan diri dari berbagai bentuk kesalahan, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Tanpa akhlak yang kuat, kemajuan teknologi bisa jadi bumerang yang merusak nilai moral individu maupun masyarakat.
Tantangan Pendidikan Akhlak di Zaman Digital
Menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari-hari menghasilkan lingkungan baru yang memicu keinginan dan bahaya yang bisa merusak nilai-nilai akhlak jika tidak dikelola dengan baik. Beberapa tantangan utama adalah sebagai berikut:
1. Turunnya Moral dan Etika dalam Dunia Digital
Zaman digital memberikan tantangan besar terhadap pembentukan akhlak, terutama melalui paparan terhadap konten negatif. Akses yang mudah dan bebas terhadap materi seperti pornografi, kekerasan, dan hal-hal yang bertentangan dengan nilai agama dan sosial bisa menyebabkan orang kehilangan rasa malu dan merusak dasar akhlak mereka. Selain itu, masalah bully di internet dan ucapan yang menyinggung juga menjadi ancaman besar. Orang sering menggunakan nama samaran untuk menyebarkan berita palsu dan ujaran kebencian. Perilaku ini melanggar prinsip dasar akhlak Islam, seperti menjaga mulut, menghormati orang lain, serta menjaga hati yang baik. Untuk ke depannya, munculnya budaya instan dan narsis juga menjadi tantangan, karena info bisa didapatkan dengan cepat dan memicu sifat tidak sabar serta sikap pamer yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam seperti kesederhanaan dan kerendahan hati.
2. Kesulitan Menghadapi Informasi (Literasi Digital Islami)
Tantangan lain adalah masalah berita palsu dan informasi yang tidak benar. Banyak informasi yang tidak diketahui kebenarannya, termasuk info keagamaan, sehingga membutuhkan ilmu dan ketelitian tinggi. Jika literasi digital Islami tidak cukup, orang bisa menerima informasi yang salah dan mengarah pada praktik agama yang menyimpang. Masalah lain adalah kurangnya interaksi langsung antar manusia, karena terlalu bergantung pada komunikasi digital. Padahal, penanaman nilai seperti empati, sopan, serta sikap tolong-menolong sangat bergantung pada contoh langsung dan hubungan sosial nyata, yang tidak bisa digantikan oleh komunikasi virtual.
3. Perbedaan Peran Pendidik dan Orang Tua
Tantangan struktural dalam pendidikan akhlak di era digital termasuk ketertinggalan guru dan orang tua. Banyak dari mereka masih belum paham akan teknologi yang terus berkembang, sehingga membatasi kemampuan mereka untuk memberi bimbingan dan memantau aktivitas digital anak. Hal ini diperparah oleh kurangnya pengawasan secara umum. Penggunaan gadget yang berlebihan dan kurangnya kejagaan ketat di rumah dan sekolah, menciptakan ruang yang lebar bagi pengaruh negatif yang bertentangan dengan tujuan utama pendidikan akhlak.
Solusi Pendidikan Islam yang Fleksibel
Agar bisa menghadapi berbagai tantangan, pendidikan Islam harus merancang strategi dan solusi yang bisa beradaptasi, menggabungkan nilai-nilai agama yang tinggi dengan penggunaan teknologi secara bijak, berikut beberapa solusinya:
1. Menggabungkan Literasi Digital dan Etika
Solusi pertama adalah fokus pada pengembangan etika digital. Pendidikan Islam harus secara langsung mengajarkan cara berperilaku baik di dunia maya, seperti menghindari ghibah (menggoda orang lain), fitnah (menebar berita palsu), serta memverifikasi informasi melalui tabayyun. Juga, menjaga privasi dan batasan digital harus menjadi materi utama. Teknologi dapat digunakan sebagai alat pembelajaran, misalnya melalui aplikasi islami, video pembelajaran, atau buku digital interaktif yang menyajikan cerita-contoh dan materi etika yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa.
2. Meningkatkan Peran Guru dan Keluarga
Salah satu hal penting lainnya adalah peningkatan kemampuan para guru. Guru PAI perlu terus ditingkatkan, bukan hanya dalam kemampuan teknologi, tetapi juga cara mengajar yang modern. Tujuannya agar guru bisa menjadi teladan dan memberi bimbingan yang tepat dalam ruang digital. Untuk mendukung peran ini, diperlukan metode pembelajaran interaktif, seperti diskusi kasus etika digital, proyek kelompok yang berlandaskan nilai Islami, seperti kampanye melawan hoaks, atau pembelajaran dengan masalah nyata yang ditujukan untuk membentuk cara berpikir kritis terhadap berbagai dilema moral di dunia maya.
3. Menggunakan Model Pembelajaran Terbaru
Kebiasaan sukses dalam solusi ini terletak pada kolaborasi ketiga pihak utama, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Orang tua harus diajarkan cara mengawasi dan membatasi penggunaan teknologi secara bijak, bukan melarang secara total. Kolaborasi ini harus didukung oleh metode pembelajaran yang ditujukan pada contoh baik (uswatun hasanah). Prinsip keteladanan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW juga harus diterapkan dalam penggunaan teknologi. Guru dan orang tua harus menjadi contoh pengguna teknologi yang sopan, produktif, dan berakhlak mulia, agar nilai-nilai tersebut dapat diterima dan dipraktikkan oleh peserta didik melalui pengamatan langsung.
Pendidikan akhlak di zaman digital bagi pendidikan Islam adalah bentuk jihad yang membutuhkan adaptasi dan inovasi. Tantangan utama berasal dari arus informasi yang sangat cepat dan bisa merusak moral serta etika di dunia maya, serta perbedaan pemahaman antara pendidik dan generasi yang terbiasa dengan teknologi. Untuk mengatasinya, diperlukan pembangunan benteng nilai akhlak melalui pendidikan digital berbasis Islam yang kuat, penggunaan teknologi sebagai alat pembelajaran yang bermanfaat, serta meningkatkan kerja sama antar institusi pendidikan. Dengan cara ini, nilai-nilai keislaman seperti iman, adab, dan ilmu tetap relevan dan hidup, membentuk generasi Muslim yang pandai menggunakan teknologi namun juga mempunyai akhlak yang baik dalam kehidupan nyata maupun dunia maya.
Biodata Penulis:
Waqiatus Salamah saat ini aktif sebagai mahasiswa UIN K.H. Abdurrahman Wahid.