Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Karakter Siswa

Di SMA Muhammadiyah 01 Pekalongan.

Abstrak

Pendidikan Agama Islam menjadi pendidikan yang sangat fundamental dalam kegiatan pembelajaran peserta didik baik di jenjang Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Hingga perguruan Tinggi. Pendidikan karakter adalah pendidikan dasar mengenai budi pekerti dan penanaman karakter terhadap peserta didik sehingga dapat menumbuhkan karakter luhur dalam diri peserta didik yang dapat diamalkan dalam kehidupan sehari hari. 

Peran guru Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan guru pada mata pelajaran umum, karena mereka tidak hanya menyampaikan ilmu keagamaan, tetapi juga berperan dalam membentuk karakter Islami peserta didik 

Guru PAI dituntut untuk membimbing siswa agar menjadi pribadi yang bertaqwa kepada Allah SWT, menjalankan ajaran agama, serta menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, guru PAI berkontribusi penting dalam menumbuhkan karakter keislaman siswa baik di sekolah, di lingkungan keluarga, maupun dalam masyarakat. Di SMA Muhammadiyah 01 Pekalongan pembentukan karakter Islami sangat dipengaruhi oleh peran aktif guru PAI yang berpegang pada Al-Qur’an dan Sunnah sebagai landasan dalam proses pendidikan. 

Penelitian ini membahas peran strategis Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membentuk karakter peserta didik di SMA Muhammadiyah 01 Pekalongan. Pendidikan Agama Islam memiliki posisi fundamental dalam membimbing peserta didik agar mampu menginternalisasi nilai keimanan, ketakwaan, serta akhlak mulia yang selaras dengan ajaran Islam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru PAI berperan sebagai pembimbing, pendidik, teladan, dan fasilitator dalam proses pembinaan karakter Islami. 

Peran tersebut diwujudkan melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler, seperti pembiasaan ibadah, tadarus, kegiatan IMTAQ, serta pembinaan akhlak sehari-hari. Selain itu, guru PAI juga memanfaatkan metode pembelajaran variatif dan media teknologi untuk menciptakan pembelajaran yang interaktif dan bermakna. 

Pembentukan karakter peserta didik turut dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung, antara lain kurikulum PAI yang komprehensif, lingkungan sekolah yang religius, kolaborasi antar guru dalam integrasi nilai moral, serta sinergi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat. Namun demikian, proses tersebut juga menghadapi sejumlah kendala, seperti latar belakang keluarga yang beragam, keterbatasan sarana prasarana sekolah, serta alokasi waktu pembelajaran PAI yang relatif singkat. Kondisi ini menuntut kreativitas dan keteladanan guru, sebagaimana dipaparkan dalam pemikiran Al-Ghazali bahwa guru tidak hanya menjadi penyampai ilmu, tetapi juga pembentuk akhlak dan pembimbing spiritual. Secara keseluruhan, penelitian ini menegaskan bahwa optimalisasi peran guru PAI sangat penting dalam membangun karakter Islami siswa secara berkelanjutan baik di sekolah maupun di lingkungan sosial mereka. 

Pendahuluan

Pendidikan Agama Islam memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam proses pembelajaran di seluruh jenjang pendidikan—mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah, hingga perguruan tinggi. Mata pelajaran ini tidak hanya berfungsi sebagai sarana transfer pengetahuan keagamaan, tetapi juga menjadi instrumen utama dalam membangun karakter dan moral peserta didik. Melalui pendidikan karakter, siswa dibimbing untuk mengembangkan budi pekerti, sikap, dan nilai-nilai luhur yang dapat diwujudkan dalam perilaku sehari-hari. 

Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Karakter Siswa

Dalam konteks tersebut, guru Pendidikan Agama Islam (PAI) memegang peranan yang lebih kompleks dan mendalam dibandingkan dengan guru mata pelajaran lainnya. Tanggung jawab mereka tidak sebatas menyampaikan materi ajaran Islam, tetapi juga membentuk pribadi peserta didik agar mampu menginternalisasi nilai-nilai keimanan, ketakwaan, serta akhlak mulia. Guru PAI menjadi figur yang berpengaruh dalam perkembangan spiritual dan moral siswa, baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat. 

Di SMA Muhammadiyah 01 Pekalongan, proses pembentukan karakter Islami sangat dipengaruhi oleh peran aktif guru PAI yang menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai acuan utama dalam kegiatan pembelajaran dan pembinaan keagamaan. Melalui berbagai strategi, pendekatan, dan aktivitas keagamaan yang terintegrasi dengan kurikulum, guru PAI berupaya menanamkan nilai-nilai Islam secara menyeluruh dan berkesinambungan. 

Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif, karena bertujuan menggambarkan secara mendalam mengenai peran guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membentuk karakter peserta didik, serta mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat yang muncul dalam proses tersebut. Pendekatan kualitatif dipilih karena mampu menampilkan data yang bersifat natural, apa adanya, dan sesuai dengan konteks sosial yang terjadi di lingkungan sekolah SMA Muhammadiyah 01 Pekalongan. 

Hasil dan Pembahasan 

A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam terhadap pembentukan karakter Peserta Didik

Pendidikan Agama Islam menjadi pendidikan yang sangat fundamental dalam kegiatan pembelajaran peserta didik baik di jenjang Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Hingga perguruan Tinggi. Pendidikan karakter adalah pendidikan dasar mengenai budi pekerti dan penanaman karakter terhadap peserta didik sehingga dapat menumbuhkan karakter luhur dalam diri peserta didik yang dapat diamalkan dalam kehidupan sehari hari. 

Peran guru Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan guru pada mata pelajaran umum, karena mereka tidak hanya menyampaikan ilmu keagamaan, tetapi juga berperan dalam membentuk karakter Islami peserta didik 

Guru PAI dituntut untuk membimbing siswa agar menjadi pribadi yang bertaqwa kepada Allah SWT, menjalankan ajaran agama, serta menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, guru PAI berkontribusi penting dalam menumbuhkan karakter keislaman siswa baik di sekolah, di lingkungan keluarga, maupun dalam masyarakat. Di SMA Muhammadiyah 01 Pekalongan pembentukan karakter Islami sangat dipengaruhi oleh peran aktif guru PAI yang berpegang pada Al-Qur’an dan Sunnah sebagai landasan dalam proses pendidikan. 

Adapun beberapa peranan guru pendidikan agama islam dalam membentuk karakter peserta didik melalui kegiatan belajar mengajar antara lain:

1. Guru Pendidikan Agama Islam berperang sebagai pembimbing peserta didik di SMA Muhammadiyah 01 Pekalongan. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA Muhammadiyah 01 Pekalongan memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai karakter Islami kepada peserta didik. Proses pembinaan ini dilakukan melalui kegiatan pembelajaran PAI di kelas maupun aktivitas keagamaan di sekolah. Contohnya, guru mendorong siswa untuk melaksanakan salat Zuhur berjamaah, membaca Al-Qur’an, dan mengikuti berbagai kegiatan spiritual lainnya. 

Dalam proses mengajar, guru PAI memanfaatkan beragam metode pembelajaran, salah satunya metode running in. Kebiasaan positif yang dilakukan secara konsisten diyakini mampu membentuk karakter mulia pada diri siswa. Metode pembiasaan sendiri merupakan teknik pendidikan yang bertujuan menanamkan perilaku baik melalui latihan berulang yang berdampak pada pembentukan akhlak. 

Dengan mengulangi suatu amalan secara terus-menerus, siswa akan terbiasa dan menjadikannya bagian dari kepribadiannya. Pembentukan karakter peserta didik juga didukung melalui kegiatan ekstrakurikuler, terutama program keagamaan seperti IMTAQ, yang berfokus pada pembiasaan nilai-nilai akhlak terpuji. Kegiatan tersebut diwujudkan melalui rutinitas tadarus Al-Qur’an, latihan kepemimpinan, dan kepramukaan, yang semuanya memberikan kontribusi terhadap perkembangan moral dan kepribadian siswa.(Akbar & Azani, 2024) 

2. Guru Pendidikan Agama Islam berperan sebagai pendidik dalam pembentukan karakter peserta didik di SMA muhammadiyah 01 Pekalongan. Peran guru PAI sebagai pendidik di SMA Muhammadiyah 01 Pekalongan tidak hanya terbatas pada penyampaian materi pelajaran di kelas. Guru PAI di sekolah ini menjalankan fungsi yang lebih luas, yaitu mendidik dan membentuk karakter peserta didik melalui berbagai aktivitas pembelajaran maupun kegiatan sekolah lainnya. Tugas tersebut berawal dari keteladanan yang ditunjukkan oleh guru, karena perilaku, tutur kata, dan sikap mereka menjadi contoh langsung bagi siswa dalam menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. 

Selain menyampaikan pelajaran agama, guru PAI juga membimbing siswa agar mampu menghayati dan mempraktikkan ajaran Islam dalam kehidupan nyata, sehingga mereka tumbuh sebagai pribadi yang beriman serta berakhlak mulia. Dengan demikian, peran guru PAI di SMA Muhammadiyah 01 Pekalongan tidak hanya berfokus pada aspek akademik, melainkan juga berfungsi sebagai pembina moral dan spiritual yang membantu membentuk kepribadian siswa secara utuh. Guru menjadi sosok teladan bagi peserta didik maupun lingkungan sekolah. 

Sebagai contoh, guru PAI di sekolah ini terlibat dalam membina siswa untuk menjaga kebersihan, bersikap sopan kepada guru, orang tua, dan teman, serta menggunakan bahasa yang baik dan santun. Guru juga memberikan arahan dan contoh dalam membaca Al-Qur’an dengan memperhatikan kaidah tajwid secara benar, sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan mengajinya secara bertahap.(Hazizah Isnaini, 2024) 

3. Guru pendidikan agama islam berperan sebagai role model bagi peserta didiknya. Tentu dalam kegiatan pembelajaran anak pasti memiliki role model yang dijadikan sebagai motivator dalam meningkatkan ambisi anak untuk belajar. Tetapi tidak hanya dari segi ambisi belajar. 

Guru berperan sebagai figur teladan yang menunjukkan secara langsung perilaku dan sikap yang mencerminkan nilai-nilai karakter Islami. Melalui tindakan nyata, guru memperlihatkan bagaimana ajaran Islam diterapkan dalam aktivitas harian, seperti bersikap jujur, sabar, dan penuh kasih. Keteladanan yang ditunjukkan ini menjadi inspirasi bagi peserta didik, sehingga mereka dapat memahami nilai-nilai agama tidak hanya secara teoritis, tetapi juga dalam bentuk praktik. Dengan memberikan contoh nyata, guru mendorong siswa untuk meniru dan membiasakan diri berperilaku positif sesuai ajaran Islam dalam kehidupan mereka sehari-hari.(Didik et al., n.d.)

4. Guru pendidikan agama islam berperan sebagai fasilitator di bidang keagamaan. Sebagai seorang fasilitator, guru berperan dalam membangun suasana belajar yang kondusif, memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif, serta memudahkan mereka dalam memahami materi Pendidikan Agama Islam. Beragam metode dan strategi digunakan oleh guru PAI untuk membantu siswa menguasai konsep-konsep keagamaan. Guru memberikan ruang bagi siswa untuk berinteraksi, berdiskusi, dan saling bertukar pandangan mengenai ajaran Islam, sehingga mereka dapat membangun pemahaman yang lebih mendalam. Selain itu, guru memanfaatkan berbagai media dan teknologi pembelajaran, seperti bahan audiovisual, simulasi, serta kegiatan proyek secara berkelompok. Melalui penciptaan lingkungan belajar yang interaktif dan ramah bagi semua peserta didik, guru memastikan setiap siswa dapat berpartisipasi aktif, sehingga pemahaman mereka tentang Pendidikan Agama Islam semakin kuat dan mampu diterapkan dalam pembentukan karakter Islami secara menyeluruh.(Haniyyah et al., 2021) 

5. Peran Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membentuk karakter Islami peserta didik memiliki posisi yang sangat strategis, terutama di lembaga pendidikan yang menekankan pembinaan moral dan spiritual. Guru PAI menjadi tokoh sentral dalam proses pembentukan karakter, karena tugas mereka tidak hanya menyampaikan pengetahuan keagamaan secara konseptual, tetapi juga menanamkan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai etis yang terkandung dalam ajaran Islam. Sebagai figur teladan, guru menunjukkan perilaku sehari-hari yang mencerminkan ajaran Islam, seperti kesabaran, kejujuran, tanggung jawab, dan sikap penuh kasih. Selain memberikan penjelasan mengenai akhlak, etika, dan nilai moral dalam Islam, guru juga menghubungkannya dengan realitas kehidupan siswa agar lebih mudah dipahami dan dipraktikkan. 

6. Guru PAI turut membimbing peserta didik untuk menerapkan nilai-nilai tersebut melalui berbagai kegiatan pembelajaran, seperti diskusi, refleksi, dan pengalaman langsung yang melibatkan siswa secara aktif. Melalui peran sebagai pengajar, pembina, sekaligus teladan hidup, guru PAI berupaya menuntun siswa untuk menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam segala aspek kehidupannya, sehingga mereka tumbuh sebagai pribadi yang berkarakter mulia dan mampu berkontribusi positif dalam lingkungan sosialnya.(Pramana Aji & Fitria, 2025) 

B. Faktor-Faktor pembentukan karakter Peserta Didik

1. Adanya komponen sistem pendidikan agama islam yang memadai (sistem kurikulum, materi serta metode pembelajaran) yang relevan. Kurikulum adalah bagian penting dari sistem pembelajaran yang berfungsi untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Karena itu, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 36 menegaskan bahwa kurikulum di Indonesia harus dirancang dalam kerangka penguatan iman dan takwa, pembinaan akhlak mulia, pengembangan potensi, kecerdasan, serta minat peserta didik. Selain itu, penyusunan kurikulum juga mempertimbangkan keragaman potensi daerah dan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional dan regional, tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, nilai-nilai agama, dinamika global, serta semangat persatuan dan jati diri bangsa. 

Untuk memastikan tujuan tersebut tercapai, Pasal 37 UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa kurikulum wajib memuat beberapa mata pelajaran inti, seperti pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan atau kejuruan, serta muatan lokal. Pendidikan agama menjadi salah satu komponen penting dalam kurikulum karena bertujuan menumbuhkan akhlak mulia dan nilai-nilai spiritual dalam diri peserta didik. 

Kurikulum merupakan unsur penting dalam proses pendidikan yang berfungsi sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Oleh sebab itu, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 36 menegaskan bahwa kurikulum di Indonesia disusun berdasarkan berbagai prinsip, seperti penguatan iman dan takwa, pembinaan akhlak mulia, pengembangan potensi, kecerdasan, serta minat peserta didik. Selain itu, kurikulum juga harus mempertimbangkan keragaman potensi daerah, kebutuhan lingkungan, tuntutan pembangunan nasional, kebutuhan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, dinamika global, serta nilai persatuan dan kebangsaan (Khasanah, et al., 2023). 

Untuk mendukung pelaksanaan prinsip tersebut, Pasal 37 UU No. 20 Tahun 2003 menetapkan bahwa kurikulum wajib mencakup mata pelajaran pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, IPA, IPS, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/kejuruan, serta muatan lokal. Pendidikan agama menjadi salah satu komponen penting karena berfungsi menumbuhkan akhlak mulia dan nilai-nilai spiritual dalam diri peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan agama memiliki peran strategis dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. 

Sebagai mata pelajaran wajib di seluruh jenjang pendidikan—mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi—pendidikan agama perlu diselenggarakan secara optimal melalui penerapan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sekolah. Nilai tersebut hendaknya dipraktikkan dan dibudayakan oleh seluruh warga sekolah secara berkesinambungan. 

Muatan kurikulum pendidikan agama dijelaskan dalam Lampiran UU No. 22 Tahun 2006, termasuk kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI), dengan tujuan membentuk peserta didik yang berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak. Selain itu, pembelajaran PAI diharapkan menghasilkan manusia yang mampu berperan aktif dalam membangun peradaban dan kehidupan yang harmonis, serta siap menghadapi berbagai tantangan baik di tingkat lokal, nasional, regional, maupun global.(PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, n.d.) 

Adapun ruang lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup beberapa aspek, yaitu al-Qur’an dan Hadis, akidah, akhlak, fikih, serta sejarah dan kebudayaan Islam. Pendidikan agama—khususnya PAI—memiliki posisi yang sangat signifikan dalam sistem pendidikan nasional. PAI tidak hanya menjadi mata pelajaran wajib, tetapi juga berfungsi menanamkan nilai-nilai spiritual agar peserta didik berperilaku mulia, beretika, dan berbudaya, sesuai dengan arah pendidikan nasional. Pelaksanaan pembelajaran PAI di sekolah dapat diinternalisasikan melalui kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler, dengan menekankan penerapan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. 

2. Adanya ruang lingkungan sekolah yang bersinergi untuk membentuk karakter terhadap peserta didik Lembaga satuan pendidikan sudah seharusnya menyediakan sarana pendukung, termasuk ruang ibadah yang layak serta program keagamaan yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Kehadiran lingkungan sekolah yang kondusif dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam berbagai aktivitas religius. Selain itu, keterlibatan dan dukungan orang tua juga menjadi faktor penting dalam memperkuat pembinaan karakter keagamaan pada diri peserta didik.(For et al., 2024) 

3. Adanya integrasi dan kolaborasi guru mata pelajaran umum dengan guru pendidikan agama islam. Diperlukan Kolaborasi antara guru. Guru dari berbagai mata pelajaran juga berperan dalam mengintegrasikan nilai moral dan religius ke dalam proses pembelajaran masing-masing. Upaya ini menghasilkan konsistensi pesan-pesan etis dalam berbagai situasi belajar, sehingga nilai-nilai keagamaan tidak terbatas pada mata pelajaran PAI semata.(Priya Kusuma Bahari & Richa Okta Barera, 2025) 

4. Adanya sinergitas antara pihak lembaga sekolah dengan wali murid peserta didik. Dukungan dan support dari orang tua dan masyarakat turut menjadi elemen penting. Sekolah menjalin komunikasi berkala dengan orang tua melalui pertemuan wali murid sebagai upaya menyamakan arah pembinaan karakter antara lingkungan keluarga dan sekolah. Selain itu, sejumlah kegiatan keagamaan juga melibatkan partisipasi masyarakat setempat, misalnya kegiatan bakti sosial maupun pengajian bersama.(Aulia Fitri Musyafa et al., 2025) 

C. Faktor-Faktor Penghambat pembentukan Karakter peserta didik 

1. Adanya faktor latar belakang pihak keluarga peserta didik. Keluarga sangatlah berperan dan berpengaruh terhadap karakter peserta didik karena kegiatan dirumah lebih banyak waktu daripada kegiatan di sekolah sehingga pendidikan karakter yang dilakukan orangtua di rumah sangat mempengaruhi bagi anak selama kegiatan belajar mengajar di sekolahnya. 

2. Kurangnya sumberdaya dan fasilitas yang memadai di sekolah. Sumberdaya / fasilitas yang terbatas sangat mempengaruhi terhadap komponen komponen untuk melaksanakan rancangan program pendidikan karakter secara efektif selama di sekolah.(Analisis Faktor-Faktor Pembentuk Karakter SMART Siswa Di Sekolah Islam Terpadu, n.d.)

3. Keterbatasannya waktu yang relatif sedikit. Keterbatasan waktu yang dialokasikan untuk mata pelajaran PAI menjadi tantangan tersendiri bagi guru. Dengan durasi pembelajaran yang relatif singkat, guru PAI dituntut merancang kegiatan belajar yang efisien sekaligus mampu mengintegrasikan nilai-nilai karakter secara strategis. Situasi ini mengharuskan guru memiliki kreativitas dan kemampuan adaptasi yang tinggi agar materi dan pesan moral tetap dapat dipahami secara optimal oleh peserta didik. Hasil penelitian ini sejalan dengan pandangan Al-Ghazali yang menegaskan bahwa guru memiliki peran fundamental dalam membentuk kepribadian dan akhlak peserta didik, bukan hanya sebagai penyampai pengetahuan. Guru yang ideal menurut Al-Ghazali adalah sosok yang tidak sekadar memberikan informasi, tetapi juga menjadi contoh nyata serta pembimbing spiritual bagi murid-muridnya.

Kesimpulan 

Pembentukan karakter peserta didik merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan dari peran strategis guru Pendidikan Agama Islam (PAI). Guru PAI tidak hanya bertugas menyampaikan materi keagamaan, tetapi juga menjadi pembimbing moral, teladan spiritual, dan fasilitator yang menciptakan lingkungan belajar kondusif bagi penguatan karakter Islami. Melalui keteladanan, pembiasaan, serta bimbingan yang berkelanjutan, guru PAI di SMA Muhammadiyah 01 Pekalongan terbukti berkontribusi penting dalam menanamkan nilai-nilai Islam yang diwujudkan dalam perilaku sehari-hari peserta didik baik di sekolah maupun di luar sekolah. 

Pembentukan karakter tidak hanya bergantung pada guru PAI semata, tetapi juga membutuhkan dukungan berbagai elemen pendidikan lainnya. Faktor kurikulum yang relevan, lingkungan sekolah yang religius, kolaborasi antara guru, serta sinergi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat menjadi komponen penting yang memperkuat proses internalisasi nilai-nilai Islami. Ketiga unsur tersebut bekerja secara terpadu dalam menciptakan budaya sekolah yang mendukung tumbuhnya karakter mulia pada diri siswa. 

Di sisi lain, implementasi pembentukan karakter menghadapi sejumlah hambatan. Perbedaan latar belakang keluarga siswa, terbatasnya sarana prasarana sekolah, serta alokasi waktu pembelajaran PAI yang relatif sedikit menjadi kendala yang memengaruhi optimalisasi pembinaan karakter. Kondisi ini menuntut guru PAI untuk memiliki kreativitas, fleksibilitas, serta kemampuan pedagogis yang kuat agar pesan-pesan moral dapat tersampaikan secara efektif. Hal ini sejalan dengan pandangan Al-Ghazali yang menempatkan guru sebagai figur sentral dalam pembentukan jiwa dan akhlak peserta didik. 

Secara keseluruhan, pembentukan karakter Islami peserta didik di SMA Muhammadiyah 01 Pekalongan berjalan melalui pendekatan komprehensif yang melibatkan berbagai komponen pendidikan. Peran guru PAI sebagai pendidik, pembimbing, dan teladan menjadi faktor dominan, namun keberhasilan program pembinaan karakter sangat ditentukan oleh sinergi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Dengan penguatan kolaborasi tersebut, proses pembentukan karakter diharapkan dapat menghasilkan generasi yang beriman, berakhlak mulia, dan mampu memberikan kontribusi positif dalam kehidupan sosial.

Daftar Pustaka:

  1. Akbar, Z. N., & Azani, M. Z. (2024). Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanamkan Nilai-Nilai Karakter Islami di SMA Muhammadiyah PK Kotta Barat Surakarta. In Jurnal Kependidikan (Vol. 13 Issue 2). https://jurnaldidaktika.org 
  2. Analisis Faktor-faktor Pembentuk Karakter SMART Siswa di Sekolah Islam Terpadu. (n.d.). 
  3. Aulia Fitri Musyafa, Sri Haryanto, & Darul Munta. (2025). Peran Guru PAI dalam Pembentukan Karakter Religius Siswa SMA Negeri 1 Selomerto Wonosobo. Ikhlas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam, 2(3), 91–106. https://doi.org/10.61132/ikhlas.v2i3.1090 
  4. Didik, P., Di, K. X., Nu, S., Indramayu, J., & Azizah, M. (n.d.). Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanamkan Nilai-Nilai Karakter PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI KARAKTER PESERTA DIDIK KELAS X DI SMA NU JUNTINYUAT INDRAMAYU. Khulasah Islamic Studies Journal | E. https://doi.org/10.55656/ksij.v6i1.107 
  5. For, M., Gulo, J., Iman, R., Gulo, P., Santosa, M., Tinggi, S., & Soteria Purwokerto, T. (2024). Pengaruh Lingkungan terhadap Pembentukan Karakter Anak. ScientificAA Journal, 1. https://doi.org/10.37985/sj.v1i3.12 
  6. Haniyyah, Z., Tinggi, S., Tarbiyah, I., Wutsqo, A.-U., Nurul, J., Sekolah, I., Ilmu, T., Al -Urwatul, T., & Jombang, W. (2021). PERAN GURU PAI DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ISLAMI SISWA DI SMPN 03 JOMBANG. In Jurnal Studi Kemahasiswaan (Vol. 1, Issue 1). 
  7. Hazizah Isnaini. (2024). Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Karakter Religius Siswa. Ikhlas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam, 1(4), 95–111. https://doi.org/10.61132/ikhlas.v1i4.131 
  8. Pramana Aji, A., & Fitria, A. (2025). Peran Guru PAI Dalam Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui Metode Pembiasaan. In Agustus (Vol. 4, Issue 2). 
  9. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. (n.d.). 
  10. Priya Kusuma Bahari, & Richa Okta Barera. (2025). Analisis Pemberian Reward dan Punishment sebagai Upaya untuk Pendidikan Karakter Disiplin Siswa Kelas V SDN 2 Suruh. DIAJAR: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 4(2), 154–161. https://doi.org/10.54259/diajar.v4i2.3873

Penulis: Salsabila Nadia Rahma Maulida

© Sepenuhnya. All rights reserved.