Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Peran Pendidikan Islam dalam Membentuk Masyarakat Moderat: Kajian Pustaka

Yuk jelajahi peran penting pendidikan Islam dalam membentuk karakter moderat.

Oleh Ahmad Ziyan Hanif

Di tengah dinamika sosial yang semakin kompleks, isu mengenai moderasi menjadi salah satu topik yang paling sering dibahas di berbagai ruang publik, khususnya dalam konteks keberagaman Indonesia. Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia tidak hanya memiliki tanggung jawab menjaga harmoni sosial, tetapi juga memastikan bahwa ajaran Islam dipahami dalam konteks yang ramah, inklusif, dan membawa kedamaian. Di sinilah pendidikan Islam berperan besar sebagai sarana menanamkan nilai moderasi beragama.

Pendidikan Islam dan Moderasi: Dua Konsep yang Tidak Terpisahkan

Konsep pendidikan Islam tidak hanya mengajarkan ritual ibadah, tetapi mencakup pembinaan akhlak, pemahaman keindahan toleransi, serta kemampuan hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain. Dalam kajian pustaka, para tokoh seperti Al-Ghazali, Ibn Khaldun, hingga para pemikir kontemporer seperti Yusuf Al-Qaradawi, selalu menekankan bahwa moderasi (wasathiyah) merupakan inti ajaran Islam. Moderasi bukan berarti mencampuradukkan ajaran agama, tetapi menempatkan nilai-nilai Islam secara seimbang: tidak ekstrem kanan, tidak ekstrem kiri.

Peran Pendidikan Islam dalam Membentuk Masyarakat Moderat

Banyak literatur menjelaskan bahwa karakter moderat bisa tumbuh jika pendidikan memberikan ruang bagi dialog, pemahaman maqāṣid al-syarī‘ah, dan pengenalan terhadap sejarah peradaban Islam yang penuh toleransi. Artinya, moderasi bukan konsep baru, tetapi warisan panjang tradisi intelektual Islam.

Mengapa Moderasi Penting dalam Masyarakat Modern?

Perubahan sosial yang cepat, derasnya arus digital, dan mudahnya penyebaran paham ekstrem menjadi tantangan serius bagi masyarakat modern. Tanpa pendidikan yang tepat, generasi muda bisa terseret pada pemahaman keagamaan yang sempit dan kaku. Melalui kajian pustaka, ditemukan bahwa radikalisme sering muncul bukan dari ajaran agama itu sendiri, tetapi dari minimnya pemahaman mendalam, misinformasi, dan lingkungan belajar yang tertutup.

Pendidikan Islam memiliki kekuatan untuk melahirkan karakter yang terbuka dan kritis karena ia bertumpu pada tiga hal:

  1. Pemahaman nilai-nilai universal Islam, seperti keadilan, kasih sayang, persamaan, dan penghargaan terhadap martabat manusia.
  2. Metode pembelajaran dialogis, yang melatih siswa untuk berdiskusi, bertanya, dan menghargai pandangan berbeda.
  3. Model keteladanan guru, dimana guru menjadi figur yang menunjukkan bagaimana Islam hadir sebagai rahmat bagi semua.

Ketika tiga unsur tersebut hadir dalam lembaga pendidikan, lahirlah generasi yang berpikir jernih, bisa memilah informasi, serta mampu hidup harmonis dalam keragaman.

Kontribusi Pendidikan Islam dalam Mewujudkan Moderasi

Kajian pustaka menunjukkan paling tidak lima kontribusi besar pendidikan Islam dalam membentuk masyarakat moderat:

1. Mengembangkan Kecerdasan Spiritual dan Moral

Pendidikan Islam memberikan fondasi kuat pada pembentukan karakter. Ajaran seperti tasamuh (toleransi), tawazun (keseimbangan), dan i‘tidal (keadilan) diajarkan bukan hanya secara teori, tetapi juga melalui praktik keseharian. Literatur pendidikan Islam menegaskan bahwa seseorang disebut berilmu ketika ilmu tersebut tercermin dalam akhlaknya.

2. Melatih Keterbukaan dan Pemikiran Kritis

Moderasi lahir dari kemampuan melihat suatu persoalan dari sudut pandang yang luas. Banyak karya ilmiah menunjukkan bahwa sekolah maupun pesantren moderat biasa membuka ruang bagi murid untuk berdialog, bertanya, bahkan mengkritik. Pembelajaran seperti ini melahirkan siswa yang tidak mudah terprovokasi oleh informasi menyesatkan.

3. Memperkuat Pemahaman Sejarah Peradaban Islam

Sejarah Islam sarat dengan kisah toleransi, interaksi intelektual, dan penghormatan terhadap perbedaan. Melalui studi literatur, peserta didik dibawa mengenal masa kejayaan Baghdad, Andalusia, hingga keberhasilan ulama Nusantara dalam menyebarkan Islam melalui pendekatan budaya. Pemahaman sejarah ini membantu mereka menyadari bahwa moderasi adalah jati diri Islam.

4. Menanamkan Nilai Kebangsaan

Kajian pustaka mengenai pendidikan Islam di Indonesia banyak menekankan hubungan kuat antara Islam dan nilai-nilai Pancasila. Islam Nusantara, Islam Wasathiyah, dan Islam Rahmatan lil ‘Alamin adalah konsep pendidikan yang menekankan cinta tanah air, harmoni sosial, dan penolakan terhadap kekerasan.

5. Membangun Budaya Dialog dan Anti-Kekerasan

Banyak penelitian tentang pendidikan Islam menunjukkan bahwa lembaga yang menerapkan pembelajaran berbasis dialog mampu menurunkan potensi kekerasan verbal maupun fisik di sekolah. Dialog menciptakan rasa saling menghargai dan mengurangi kecenderungan menyalahkan pihak lain.

Pendidikan Islam di Era Digital: Tantangan dan Peluang

Dalam kajian literatur terbaru, era digital disebut sebagai pedang bermata dua. Di satu sisi, ia memudahkan akses belajar, memperluas wawasan, dan memungkinkan penyebaran dakwah yang positif. Di sisi lain, ia menjadi ladang subur bagi hoaks, ujaran kebencian, dan paham ekstrem. Oleh karena itu, pendidikan Islam harus mampu beradaptasi.

1. Literasi Digital Berbasis Nilai Islam

Para ahli pendidikan menyebut bahwa literasi digital bukan hanya soal kemampuan mengoperasikan teknologi, tetapi memahami etika bermedia. Pendidikan Islam dapat memperkenalkan nilai amanah, sidq, dan tabayyun sebagai landasan bersikap di dunia maya.

2. Memanfaatkan Teknologi untuk Dakwah Moderat

Platform seperti YouTube, TikTok, dan podcast bisa menjadi media untuk menyebarkan pemahaman Islam yang ramah dan penuh kasih. Banyak ulama dan akademisi kini mengembangkan konten edukatif yang mengajak generasi muda memahami Islam dengan cara yang lebih relevan.

3. Kolaborasi antara Pesantren, Sekolah, dan Kampus

Kajian pustaka menunjukkan bahwa integrasi antara tradisi keilmuan pesantren dan metode modern di kampus dapat melahirkan sistem pendidikan Islam yang kuat. Pesantren memberikan akar tradisi, sementara universitas menawarkan pendekatan akademik yang kritis.

Menuju Generasi Muslim Moderat

Masyarakat moderat bukanlah masyarakat tanpa identitas, tetapi masyarakat yang memiliki keyakinan kuat sekaligus mampu menghargai perbedaan. Pendidikan Islam memegang kunci untuk membentuk generasi seperti ini. Melalui kajian pustaka, dapat disimpulkan bahwa moderasi dapat ditanamkan melalui:

  • Kurikulum yang seimbang antara ilmu agama dan ilmu sosial.
  • Guru yang berwawasan luas dan berkomitmen pada nilai-nilai rahmatan lil ‘alamin.
  • Pembelajaran yang menekankan akhlak, dialog, dan penghargaan terhadap keberagaman.
  • Pemanfaatan teknologi secara bijak.
  • Penguatan identitas kebangsaan dan semangat persatuan.

Jika pendidikan Islam mampu menghadirkan semua elemen tersebut, maka kita akan melihat lahirnya masyarakat yang religius, cerdas, toleran, dan damai.

Kajian pustaka menunjukkan bahwa pendidikan Islam memiliki peran strategis dalam membentuk masyarakat moderat. Moderasi bukan hanya wacana, tetapi kebutuhan nyata di tengah keberagaman Indonesia. Pendidikan Islam, melalui nilai-nilai keseimbangan, toleransi, intelektualitas, dan penghormatan terhadap perbedaan, mampu menjadi pondasi kokoh bagi terciptanya kehidupan sosial yang harmonis. Di tengah cepatnya perubahan zaman, pendidikan Islam perlu terus berinovasi agar tidak hanya relevan, tetapi juga menjadi pilar utama dalam menjaga kedamaian bangsa.

Biodata Penulis:

Ahmad Ziyan Hanif saat ini aktif sebagai mahasiswa di UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.

© Sepenuhnya. All rights reserved.