Puisi: Di Gemuruh Tahajud (Karya Tjahjono Widarmanto)

Puisi "Di Gemuruh Tahajud" karya Tjahjono Widarmanto menggambarkan perjalanan spiritual, perasaan rindu, dan pengabdian dalam konteks ibadah.
Di Gemuruh Tahajud


dari alif ke ke alif
dari 1 hingga 99 bilangan-Mu
aku memburu
serupa jejaka
merindu dara
gemuruh rindu
kutabuh berulang-ulang
di tiap ujung malam
air mata mengerang
menerjemahkan luka
hati menjerit
menafsir doa
gemuruh sujud
tak jua bukakan jendela

: biarlah gemuruh ini jadi samudera-Mu
akan kutenggelamkan tubuhku di palungnya!


Sumber: Qasidah Langit Qasidah Bumi (2023)

Analisis Puisi:
Puisi "Di Gemuruh Tahajud" karya Tjahjono Widarmanto adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perjalanan spiritual, perasaan rindu, dan pengabdian dalam konteks ibadah. Dalam puisi ini, penyair menggunakan gambaran perjalanan dari alfabet dan bilangan ke ungkapan perasaan dan pengabdian.

Perjalanan Spiritual dan Pengabdian:
  1. Dari Alif ke Ke Alif: Puisi dimulai dengan gambaran perjalanan dari "alif ke ke alif," yang menciptakan citra perjalanan spiritual atau perjalanan menuju Tuhan. Alfabet Arab dimulai dengan huruf "alif" dan berakhir dengan huruf "ya," sehingga gambaran ini dapat diartikan sebagai perjalanan menuju pengetahuan dan pemahaman yang lebih dalam tentang Tuhan.
  2. Dari 1 Hingga 99 Bilangan-Mu: Penggunaan bilangan dari 1 hingga 99 mengacu pada "asmaul husna," atau 99 nama-nama Tuhan dalam Islam. Ini menggambarkan bentuk pengabdian dan penghormatan terhadap Tuhan dengan merenungkan sifat-sifat-Nya.
Perasaan Rindu dan Pengabdian:
  1. Gemuruh Rindu: Penyair menggambarkan "gemuruh rindu" seperti suara yang berulang-ulang di ujung malam. Ini menciptakan gambaran perasaan yang mendalam dan intens, mirip dengan rindu yang dirasakan oleh seorang kekasih.
  2. Air Mata Mengerang: Penyair menghubungkan gemuruh rindu dengan "air mata mengerang" yang menerjemahkan luka dan rasa sakit. Ini menggambarkan intensitas perasaan rindu yang menghasilkan tangisan dan perenungan.
Penggambaran Pengabdian dalam Ibadah:
  1. Gemuruh Sujud: Puisi ini menggambarkan "gemuruh sujud," menciptakan citra pengabdian dalam ibadah dan penyerahan diri yang penuh makna.
  2. Tak Jua Bukakan Jendela: Penyair menggambarkan bahwa meskipun gemuruh sujud dan pengabdian yang tulus, "tak jua bukakan jendela." Ini mungkin mencerminkan perasaan penantian dan harapan untuk pengalaman spiritual yang lebih dalam.
Pesan Filosofis dan Pengabdian: Puisi ini menunjukkan betapa pentingnya pengabdian dan perenungan dalam perjalanan spiritual. Penyair menggambarkan perasaan rindu dan pengabdian yang intens sebagai bagian dari hubungan dengan Tuhan. Gemuruh sujud dan gemuruh rindu menciptakan gambaran tentang pengabdian dan penghormatan yang tulus.

Gaya Bahasa dan Imaji: Penyair menggunakan gambaran alfabet, bilangan, dan perasaan dalam puisi ini. Imaji gemuruh sujud, air mata, dan jendela menciptakan suasana dan atmosfer yang khusyuk dan penuh makna.

Puisi "Di Gemuruh Tahajud" karya Tjahjono Widarmanto adalah sebuah perenungan tentang perjalanan spiritual, perasaan rindu, dan pengabdian dalam ibadah. Melalui gambaran alfabet, bilangan, dan perasaan, penyair menggambarkan hubungan yang mendalam dan penuh makna dengan Tuhan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti dan makna dari perjalanan spiritual dan pengabdian dalam menjalani kehidupan.

Tjahjono Widarmanto
Puisi: Di Gemuruh Tahajud
Karya: Tjahjono Widarmanto

Biodata Tjahjono Widarmanto:
  • Tjahjono Widarmanto lahir pada tanggal 18 April 1969 di Ngawi, Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.