Puisi: Untuk Eka (Karya Yvonne de Fretes)

Puisi "Untuk Eka" karya Yvonne de Fretes membawa nuansa spiritualitas dan refleksi atas kondisi kehidupan manusia. Dengan pilihan kata yang indah ...
Untuk Eka

sebuah tayangan
di layar kaca
menggiring pagi

kabar keselamatan
berita pengampunan
lembut keluar dari bibirmu
membahana di sini, di hati ini

di mana bening air sulit terbaca
pucuk-pucuk menara yang mana
biar kubenamkan aura dahaga
rindu-Nya
ada
di sana
atas resah negeri ini, sahabat
atas umat ciptaan yang gemar
menelantarkan anugrah dan berkat-berkat
berjatuhan di sudut-sudut ruang yang kosong
kita tetap melangkah, bukan? Karena
yang telah menuntun jemaah meniti gurun
dan rimba
terang-Nya juga akan selalu tampak, ketika kita
menjelajah meraung-meruang

Eka, sisimu yang ini ingin kucatat

Sumber: Mekar di Bumi (2006)

Catatan:
untuk Mas Eka, kesan saya atas butir acara yang dipandu di sebuah stasiun TV.

Analisis Puisi:
Puisi "Untuk Eka" karya Yvonne de Fretes membawa nuansa spiritualitas dan refleksi atas kondisi kehidupan manusia. Dengan pilihan kata yang indah dan penggunaan simbol-simbol yang dalam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna hidup, kasih sayang, dan pengharapan.

Simbolisme Layar Kaca: "Sebuah tayangan di layar kaca" dapat diartikan sebagai representasi dunia modern dan kemajuan teknologi. Layar kaca seringkali merupakan medium untuk menyampaikan informasi, dan dalam konteks puisi ini, bisa melambangkan arus berita dan tayangan visual yang memandu awal pagi.

Pesan Kabar dan Pengampunan: "Kabar keselamatan" dan "berita pengampunan" menyiratkan pesan-pesan positif dan penuh kasih sayang. Mungkin ini merupakan bentuk harapan akan perubahan dan pemulihan dalam masyarakat yang dipenuhi dengan tantangan.

Air yang Sulit Terbaca dan Pucuk-Pucuk Menara: Metafora "bening air sulit terbaca" dan "pucuk-pucuk menara" bisa merujuk pada kompleksitas hidup dan kemungkinan sulitnya memahami arah atau makna tertentu. Penggunaan kata-kata ini memberikan nuansa misteri dan kedalaman dalam puisi.

Aura Dahaga Rindu-Nya: "Aura dahaga rindu-Nya" menyoroti hasrat spiritual dan keinginan untuk dekat dengan Yang Maha Kuasa. Ini menciptakan atmosfer keagungan dan kehadiran ilahi dalam kehidupan manusia.

Negeri yang Resah dan Umat yang Menelantarkan Anugrah: Puisi menciptakan citra negeri yang resah dan umat yang terlalu sering melupakan anugrah dan berkat yang diberikan. Ini mungkin merupakan panggilan untuk lebih bersyukur dan menghargai karunia-karunia yang telah diberikan.

Meniti Gurun dan Rimba: Metafora "meniti gurun dan rimba" bisa menggambarkan perjalanan hidup yang penuh tantangan dan ujian. Namun, juga menyiratkan harapan bahwa cahaya ilahi akan selalu menuntun dalam kegelapan.

Panggilan untuk Tetap Melangkah: Penutup puisi menegaskan bahwa kita harus tetap melangkah, mengingat petunjuk dan kebijaksanaan yang telah diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Ini adalah panggilan untuk keberanian dan keyakinan dalam menghadapi perjalanan hidup.

Puisi "Untuk Eka" adalah karya yang menggugah perenungan spiritual dan memberikan pesan harapan. Dengan penggunaan simbol-simbol yang mendalam, Yvonne de Fretes menciptakan puisi yang memotret kehidupan manusia dan hubungannya dengan yang Ilahi.

Yvonne de Fretes
Puisi: Untuk Eka
Karya: Yvonne de Fretes

Biodata Yvonne de Fretes:
  • Yvonne de Fretes lahir pada tanggal 10 Oktober 1947 di Singaraja, Bali.
© Sepenuhnya. All rights reserved.