Museum Prof DR R Soegarda Poerbakawatja, Purbalingga, Jawa Tengah

Museum Prof DR R Soegarda Poerbakawatja, Purbalingga, Jawa Tengah
Bangunan di lingkungan alun-alun Purbalingga, Jawa Tengah tersebut terlihat sepi, kemungkinan dikarenakan hari biasa.

Bangunan bernama Museum Prof DR R Soegarda Poerbakawatja, diresmikan pada 24 April 2003, atas gagasan Bupati Purbalingga yang menjabat masa itu, Drs. Triyono Budi Sasongko, M.Si, dengan alasan banyaknya benda purbakala, dan bersejarah di kawasan Purbalingga, dan disimpan di banyak tempat.

Museum Prof DR R Soegarda Poerbakawatja, Purbalingga, Jawa Tengah

Kenapa museum ini kemudian dinamakan Museum Prof Dr R Soegarda Poerbakawatja? Prof Dr R Soegarda Poerbakawatja sendiri merupakan putera asli Purbalingga, tepatnya desa Prigi, Kecamatan Padamara.

Tokoh pendidikan sahabat dari Ki Hajar Dewantara ini merupakan salah satu perintis berdirinya Universitas Gajah Mada Yogyakarta di tahun 1949, dan sudah aktif dalam memajukan pendidikan masyarakat Hindia Belanda (masyarakat Indonesia pada jaman pemerintahan kolonial Belanda), sejak tahun 1921, jauh sebelum terbentuknya negara Indonesia.

Prof Dr R Soegarda Poerbakawatja juga membuat konsep untuk pendirian IKIP Bandung, IKIP Semarang, dan IKIP Jakarta (beliau juga menjadi rektornya di tahun 1961-1963).

Dinamakannya museum ini sesuai dengan nama beliau, diharapkan museum ini dapat menjadi tempat yang memberikan pengetahuan, dan pendidikan bagi masyarakat Purbalingga, dan Jawa Tengah.


Koleksi museum ini selain barang-barang peninggalan Prof Dr R Soegarda Poerbakawatja, seperti buku, kacamata, dan lainnya, juga ada barang-barang bersejarah, dan hasil temuan dari ekskavasi di beberapa tempat di Purbalingga.

Purbalingga, sebagai suatu kabupaten bersebelahan dengan Kabupaten Pemalang di sebelah utara, Kabupaten Banjarnegara di sebelah timur, dan Kabupaten Banyumas di sebelah barat, dan selatan, memiliki wilayah seluas 677,6 km persegi.

Salah satu koleksi yang menarik yaitu tombak Diponegoro yang diberikan dari Keraton Kasunanan di awal pendirian Purbalingga.

Purbalingga pada masa Keraton Mataram masih ada, merupakan wilayah "mancanegara". Karena itu di wilayah ini masih banyak ditemukan barang-barang peninggalan dari masa kerajaan.


Benda lainnya yang menarik yaitu alat tenun, dan kain tenun. Ternyata Purbalingga sejak dulu sudah menjadi salah satu daerah penghasil tenun, terutama di daerah desa Rembang, dan desa Makam.

Sayangnya, dikarenakan proses menenun yang memakan waktu lama, membuat generasi muda kurang tertarik melanjutkan penenunan, dan akhirnya alat tenun serta penenun nya hanya tersisa satu orang. Di dalam museum ada juga koleksi keramik Tiongkok, dan Belanda, seperti perlengkapan minum teh, mangkuk, piring, sendok bebek, dan sebagainya.

Benda-benda ini disumbangkan beberapa keluarga di Purbalingga untuk dirawat, dan dipamerkan oleh pihak museum.  Koleksi museum ini bisa dikatakan merepresentasikan budaya yang ada di Purbalingga yaitu budaya Jawa, Tiongkok, Belanda, dan Arab. Benda peninggalan budaya Arab terwujud dalam benda berupa pedang dengan gagang berlapis emas.


Untuk mengunjungi museum ini, kita tidak akan dikenakan biaya apapun, karena sepenuhnya gratis. Di dalam museum ini selain pameran koleksi, kita juga bisa membaca buku di perpustakaan mini nya, atau berdiskusi dengan staf museum, yang siap membantu kita dengan ramah. Museum buka setiap hari pada pukul 08.00 sampai 15.00 Wib. (Didy)

Tentang Penulis:
Diyah biasa dipanggil Dee atau Didy. Aku suka menulis puisi dan cerpen sejak SMP, karena aku suka menulis di buku harian. Hobi membaca, terutama bukunya J. K. Rowling, Dewi Lestari, dan Agatha Christie. Aku juga punya hobi jalan-jalan, terutama ke tempat-tempat bersejarah, dan mencoba kuliner.
© Sepenuhnya. All rights reserved.