Puisi: Delapan Helai Ekor Garuda (Karya Sides Sudyarto D. S.)

Puisi "Delapan Helai Ekor Garuda" karya Sides Sudyarto D. S. menggambarkan cinta mendalam dan pengabdian pada tanah air, serta ....
Delapan Helai Ekor Garuda


Garuda Pancasila,
Ekormu delapan helai perkasa
Lambang bulan delapan, Agustus '45
Bulan suci, kelahiran Republik kami
Indonesia, tanahku suci
Tempat aku disemai untuk berbakti
Pada Ibu Pertiwi
Dengan jiwa proklamasi

Sampai titik darah yang penghabisan
Akan kupertahankan Garudaku yang perkasa
Sampai hembusan nafas terakhir
Akan kubela Tanah Air!


Sumber: Pancasila dalam Puisi (1979)

Analisis Puisi:
Puisi "Delapan Helai Ekor Garuda" karya Sides Sudyarto D. S. adalah sebuah karya yang menggambarkan cinta mendalam dan pengabdian pada tanah air, serta penghormatan terhadap simbol nasional Indonesia, yaitu Garuda Pancasila.

Simbolisme Garuda: Puisi ini memasukkan simbolisme yang kuat melalui penggambaran Garuda. Garuda adalah lambang nasional Indonesia, dan delapan helai ekor Garuda mencerminkan kekuatan, kebanggaan, dan semangat yang ada dalam Pancasila, dasar negara Indonesia.

Referensi Sejarah: Puisi ini merujuk pada Agustus 1945 sebagai "bulan suci" dan kelahiran Republik Indonesia. Ini adalah peristiwa bersejarah ketika Indonesia meraih kemerdekaannya dari penjajah Belanda. Puisi ini menciptakan perasaan nasionalisme yang kuat dan mengingatkan pembaca akan pentingnya kemerdekaan.

Cinta pada Tanah Air: Puisi ini mengekspresikan cinta mendalam pada Tanah Air (Ibu Pertiwi) dan tekad untuk berbakti padanya. Kata-kata seperti "tempat aku disemai untuk berbakti" menggambarkan rasa hormat pada tanah air yang memberi kehidupan dan identitas.

Jiwa Proklamasi: Puisi ini mengacu pada "jiwa proklamasi," mengingatkan kita akan semangat dan tekad para pendiri Republik Indonesia ketika mereka menyatakan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Jiwa ini adalah semangat yang terus hidup dalam hati setiap warga negara Indonesia.

Keteguhan dan Pengorbanan: Di bait terakhir, puisi ini menyatakan keteguhan dan pengorbanan yang tak tergoyahkan untuk menjaga kebebasan dan kedaulatan Indonesia. Penggunaan kata-kata "Sampai titik darah yang penghabisan" dan "Akan kubela Tanah Air!" menciptakan gambaran keteguhan dan kesetiaan pada tanah air.

Puisi "Delapan Helai Ekor Garuda" adalah ungkapan cinta dan pengabdian yang mendalam pada Tanah Air Indonesia dan semangat kemerdekaan. Dengan menggunakan simbolisme yang kuat dan kata-kata yang penuh semangat, puisi ini merayakan kebanggaan menjadi bagian dari negara Indonesia dan tekad untuk menjaga kebebasan dan kedaulatan.

Puisi: Delapan Helai Ekor Garuda
Puisi: Delapan Helai Ekor Garuda
Karya: Sides Sudyarto D. S.

Biodata Sides Sudyarto D. S.:
  • Sudiharto lahir di Tegal, Jawa Tengah, pada tanggal 14 Juli 1942.
  • Sudiharto meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 14 Oktober 2012.
  • Sudiharto menggunakan nama pena Sides Sudyarto D. S. (Sides = Seniman Desa. huruf D = nama ibu, yaitu Djaiyah. huruf S = nama ayah, yaitu Soedarno).
© Sepenuhnya. All rights reserved.