Puisi: Kepada Tuhan Kuseru (Karya Susy Aminah Aziz)

Puisi "Kepada Tuhan Kuseru" bukan hanya sekadar rangkaian kata-kata yang indah, tetapi juga merupakan ekspresi mendalam dari hubungan spiritual ....
Kepada Tuhan Kuseru


Tuhanku,
pada-Mu kuseru
Engkau, mahatahu
tersirat dalam kalbu
terdekap di malam gersang
hatiku gelisah selalu

Tuhanku,
dalam dunia kerakusan semena
cemburuku berbagai terasa
antara manusia hewani
dan ia yang hakiki

Tuhanku, Esa
tiada anak diperanakkan
cinta-Mu tiada berbilang sayang
kuseru dalam ruang-ruang
kosongkah alam sekeliling
dunia hanya penuh keedanan bermata juling
dalam perut koreng berbopeng-bopeng

Tuhanku, kini
dalam kalamullah ilahi robbi
tataplah penuh wajah ini
aku menatap-Mu ngeri
telah kekenal kutemui

semoga!
tak kupalingkan lagi hati
sampai ke anak-cucu nanti

Sumber: Tetesan Embun (1977)

Analisis Puisi:
Puisi "Kepada Tuhan Kuseru" yang dikarang oleh Susy Aminah Aziz merangkum perenungan yang mendalam tentang hubungan manusia dengan Tuhan. Puisi ini tidak hanya merupakan ungkapan pribadi sang penyair, tetapi juga menciptakan ruang bagi pembaca untuk merenungkan hakikat eksistensi dan keberadaan manusia di tengah kompleksitas kehidupan.

Keintiman dengan Tuhan: Puisi ini dibuka dengan ungkapan keintiman yang mendalam antara penyair dengan Tuhan. Dengan memanggil Tuhan sebagai "Tuhanku" dan menyatakan "pada-Mu kuseru," penyair menggambarkan hubungan yang erat dan penuh kepercayaan. Kesejukan malam yang terasa gersang menjadi metafora bagi kehidupan yang penuh tantangan dan kesulitan.

Kritik terhadap Dunia Materialis: Puisi ini menyoroti dunia yang dipenuhi oleh kerakusan dan kecemburuan. Penyair menyajikan perbandingan antara perilaku manusia yang seringkali hewani dengan "ia yang hakiki," mungkin merujuk pada nilai-nilai ketuhanan dan keadilan yang seharusnya menjadi panduan dalam hidup.

Ketaatan kepada Tuhan yang Esa: Penyair menegaskan ketaatan kepada Tuhan yang Esa dengan menyatakan bahwa "cinta-Mu tiada berbilang sayang." Ungkapan ini mencerminkan kepercayaan bahwa Tuhan adalah sumber cinta dan kebijaksanaan yang tak terbatas. Pemilihan kata-kata ini menggambarkan ketulusan hati penyair dalam mencari makna dan arah hidup.

Realitas Alam yang Terkungkung: Penyair menggambarkan realitas alam sekitar yang terasa kosong dan penuh keedanan. Metafora seperti "perut koreng berbopeng-bopeng" mungkin mencerminkan kehancuran dan kerusakan yang dapat diakibatkan oleh perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Penutup yang Penuh Harapan: Puisi ditutup dengan harapan untuk tidak lagi memalingkan hati dari Tuhan. Penyair berharap agar keintiman dan ketaatan tersebut dapat menjadi warisan yang diteruskan kepada generasi berikutnya, seperti yang tergambar dalam ungkapan "sampai ke anak-cucu nanti."

Puisi "Kepada Tuhan Kuseru" bukan hanya sekadar rangkaian kata-kata yang indah, tetapi juga merupakan ekspresi mendalam dari hubungan spiritual antara manusia dengan Tuhan. Dengan menggabungkan keintiman, kritik terhadap dunia materialis, ketaatan kepada Tuhan yang Esa, gambaran realitas alam yang terkungkung, dan harapan untuk masa depan, puisi ini menawarkan sudut pandang yang kaya dan memprovokasi pembaca untuk merenungkan arti hidup dan tujuan eksistensi manusia di bumi ini.

Susy Aminah Aziz
Puisi: Kepada Tuhan Kuseru
Karya: Susy Aminah Aziz

Biodata Susy Aminah Aziz:
  • Susy Aminah Aziz lahir pada tanggal 24 November 1937 di Jatinegara, Jakarta.
  • Nama lengkapnya adalah Susy Aminah Aziz binti Haji Abdul Aziz bin Haji Endung Mugnie. 
  • Nama panggilannya adalah None Atau Susy. Dalam dunia sastra, sering menggunakan nama samaran Sara Ananda N.
© Sepenuhnya. All rights reserved.