Pentingnya Kesehatan Mental bagi Remaja

Banyak yang bisa dilakukan untuk mencegah gangguan jiwa pada remaja. Misalnya membiasakan berpikir positif, menerapkan pola hidup sehat, ...

Di zaman sekarang banyak remaja yang mendiagnosa dirinya terkena "mental health" tanpa tahu arti dari kata itu sendiri.

Mental menurut WHO memiliki arti "keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani) dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan" (Smet, 1994). Artinya, seseorang dinilai sehat apabila terjadi keseimbangan antara fisik dan mentalnya.

Sedangkan definisi kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Pieper dan Uden (2006) menyatakan bahwa kesehatan mental adalah keadaan yang memuaskan dimana seseorang bebas dari rasa bersalah, memiliki harga diri yang sejati, menerima kekurangan dan kelemahannya, serta dapat mengatasi kesulitan hidup. Kehidupan sosial dan kebahagiaannya dalam hidup.

Lebih lanjut, World Health Organization (WHO, 2001) menyatakan bahwa kesehatan mental adalah suatu keadaan sejahtera yang dicapai oleh seseorang yang mampu mengelola tekanan-tekanan kehidupan yang normal dan untuk bekerja serta berpartisipasi secara produktif dan produktif. Komunitas mereka.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah kemampuan untuk mengembangkan potensi diri dan merasa puas dengan kehidupan.

Pentingnya Kesehatan Mental bagi Remaja

Di era milenium, sering kita jumpai remaja yang tidak menyadari bahwa dirinya memiliki gangguan jiwa. Karena? Mengapa Banyak Remaja Meremehkan Kesehatan Mentalnya Survei Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menemukan bahwa lebih dari 19 juta orang berusia di atas 15 tahun menderita gangguan mental dan emosional dan lebih dari 12 juta orang berusia di atas 15 tahun menderita depresi (Rokom, 2021).

Bukti menunjukkan bahwa negara Indonesia belum mampu menangani masalah kesehatan jiwa secara memadai dan pandemi tersebut justru menyebabkan peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa yang akan berdampak negatif di luar kendali di kemudian hari.

Kesehatan Mental

Ciri-ciri seseorang dengan gangguan jiwa antara lain sedih dalam waktu yang lama, terkadang tanpa alasan yang jelas. Tidak peka atau acuh terhadap lingkungan. Merasa kelelahan yang signifikan, kekurangan energi dan kesulitan tidur. Seringkali terlalu marah dan sangat sensitif. Merasa putus asa dan tidak berdaya.

Mereka sering merasa bingung, khawatir atau takut.  Itu adalah pengalaman buruk yang tak terlupakan. Mengalami delusi, paranoia atau halusinasi. Merasa sulit untuk berkonsentrasi. Merasa terlalu takut atau khawatir, atau dirundung rasa bersalah. Perubahan suasana hati yang drastis. Kecenderungan menarik diri dari lingkungan sosial. Tidak dapat mengatasi stres atau masalah sehari-hari. Memiliki pikiran untuk bunuh diri.

Tanpa mereka sadari, mereka melakukan banyak hal yang mengganggu psikologis mereka. Lalu apa saja penyebab gangguan jiwa? Beberapa penyebab umum gangguan mental meliputi:

  • Cedera kepala;
  • Faktor genetik atau riwayat keluarga gangguan jiwa;
  • Kekerasan dalam rumah tangga atau kekerasan lainnya;
  • Pelecehan anak atau masa kanak-kanak;
  • Memiliki kelainan kimia otak atau kelainan otak;
  • Mengalami diskriminasi dan stigmatisasi;
  • Mengalami kehilangan atau kematian orang yang dicintai;
  • Mengalami kerugian sosial, seperti kemiskinan atau masalah utang;
  • Merawat anggota keluarga atau teman yang sakit kronis;
  • Pengangguran, kehilangan pekerjaan atau tunawisma.
  • Pengaruh zat beracun, alkohol atau obat-obatan yang dapat merusak otak;
  • Mengalami stres berat dalam waktu lama;
  • Merasa terisolasi secara sosial atau sendirian;
  • Tinggal di daerah pemukiman miskin;
  • Trauma yang signifikan, seperti pertempuran militer, kecelakaan serius atau kejahatan sebelumnya;

Banyak yang bisa dilakukan untuk mencegah gangguan jiwa pada remaja. Misalnya membiasakan berpikir positif, menerapkan pola hidup sehat, berkonsultasi dengan ahli yang merasa mampu dan selaras dengan masalah yang dialami.

Beberapa pilihan pengobatan yang akan dilakukan dokter saat menangani gangguan jiwa antara lain:

1. Psikoterapi

Psikoterapi adalah terapi wicara yang memberikan pasien cara yang aman untuk mengekspresikan perasaan mereka dan mencari nasihat. Psikiater akan memberikan bantuan dengan membimbing pasien dalam mengelola perasaan.

Seiring dengan pengobatan obat, psikoterapi adalah metode yang paling efektif untuk mengobati penyakit mental. Beberapa contoh psikoterapi termasuk terapi perilaku kognitif, terapi paparan, terapi perilaku dialektik, dan lain-lain.

2. Obat-obatan

Pemberian obat-obatan untuk mengobati penyakit mental biasanya bertujuan untuk mengubah bahan kimia otak di otak. Obat-obatan ini termasuk inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI), inhibitor reuptake serotonin norepinefrin (SNRI), dan antidepresan trisiklik.

Obat-obatan ini biasanya dikombinasikan dengan psikoterapi untuk mencapai hasil pengobatan yang lebih efektif.

3. Rawat inap

Rawat inap diperlukan jika pengidap membutuhkan pemantauan ketat terhadap gejala-gejala penyakit yang dialaminya atau terdapat kegawatdaruratan di bidang psikiatri, misalnya percobaan bunuh diri.

4. Support group

Kelompok pendukung biasanya terdiri dari orang-orang dengan penyakit mental serupa atau yang telah mampu mengendalikan emosinya dengan baik. Mereka berkumpul untuk berbagi pengalaman dan saling membimbing menuju pemulihan.

5. Stimulasi otak

Stimulasi otak berupa terapi electroconvulsive, stimulasi magnetik transkranial, pengobatan eksperimental yang disebut stimulasi otak dalam dan stimulasi saraf vagus.

6. Pengobatan terhadap penyalahgunaan zat

Pengobatan ini dilakukan pada pengidap penyakit mental yang disebabkan oleh ketergantungan akibat penyalahgunaan zat terlarang.

7. Membuat rencana sendiri

Membuat rencana bagi diri sendiri, misalnya mengatur gaya hidup dan kebiasaan sehari-hari, untuk melawan penyakit mental.

Rencana ini bertujuan untuk memantau kesehatan, membantu proses pemulihan, dan mengenali pemicu atau tanda-tanda peringatan penyakit.

Penulis: Zyuka Nabilatun Nisa' Nur Laili

© Sepenuhnya. All rights reserved.