Mitos atau Fakta: Parasetamol Obat Pereda Stres?

Tak sedikit orang yang mengonsumsi parasetamol sebagai obat penenang saat stres, bahkan banyak pula yang ingin mencoba cara tersebut atau istilah ...

Sudah banyak beredar di media sosial, kasus penggunaan parasetamol untuk meredakan stres. Padahal pada dasarnya kegunaan dari parasetamol adalah sebagai obat pereda panas ataupun nyeri. Akan tetapi, para pemuda zaman sekarang menyalahgunakannya sebagai penghilang stres dan penenang pikiran yang sedang penuh akan masalah.

Dikutip dari postingan pada salah satu base di Twitter yang berisi status WhatsApp dari teman pengirim postingan tersebut, "Mending jedotin kepala atau minum Parasetamol?". Postingan tersebut menunjukkan betapa frustasinya pemuda itu.

Dari postingan tersebut juga muncul berbagai komentar dari netizen, banyak yang berusaha mendukung dan menasehatinya supaya tidak melakukan hal yang tidak diinginkan, banyak pula yang julid karena penggunaan parasetamol sebagai obat penenang. "Kok orang-orang makin aneh aja ya, yang gue tau parasetamol buat penurun panas, ternyata buat penurun stres juga ya wkwk," begitu kira-kira isi komentar tersebut.

Sebenarnya kenapa sih parasetamol mereka jadikan obat penenang saat pikiran mereka sedang kalut?

Ternyata setelah ditemui dari berbagai balasan orang yang mengonsumsinya juga, mereka mengatakan bahwa penyebab mereka mengonsumsinya karena efek samping dari obat tersebut yang dapat membuat kita mudah untuk tidur dan merilekskan pikiran.

Mereka bahkan mengonsumsinya dalam beberapa hari berturut-turut, yang mana hal itu membuat sebuah rasa ketergantungan.

Mereka yang sudah kecanduan obat parasetamol, ketika sedang pusing atau banyak pikiran pasti langsung meminumnya.


Parasetamol Obat Pereda Stres


Pada masa itu, gue lagi stres dan penat, lalu coba untuk mengonsumsi parasetamol, eh ringan dan penat juga serasa ilang dong, jadinya penat dikit, ambil obat, penat dikit ambil obat, dan berulang terus, tanggapan salah satu pengguna Twitter yang sadar kalau dirinya ketagihan parsetamol dan alhamdulillah-nya sekarang sudah tidak seperti itu lagi.

Pasti banyak yang berpikir, "Kenapa enggak beli obat tidur aja ya?"

Ya, hal itu terserah mereka yang mau mengonsumsi, menurut saya pribadi, mungkin saja parasetamol lebih mudah dicari dan dijual bebas di warung obat ataupun apotek tanpa adanya resep dokter. Parasetamol juga terlihat lebih "waras" untuk dikonsumsi dibandingkan dengan obat penenang lain.

Nah, sebenarnya mengonsumsi parasetamol sebagai pereda stres itu baik atau tidak sih?

Tak sedikit orang yang mengonsumsi parasetamol sebagai obat penenang saat stres, bahkan banyak pula yang ingin mencoba cara tersebut atau istilah lainnya "termotivasi" untuk ikut mengonsumsi parasetamol saat keadaan stres, tidak demam ataupun nyeri seperti guna parasetamol yang seharusnya. (Mungkin saja nyeri hati, hehehe.)

Sebenarnya, baru-baru ini saja ada berita hangat mengenai kandungan sirup parasetamol yang sering dikonsumsi anak-anak tidak baik bagi kesehatan ginjal. Bahkan, hal ini sudah disoroti dari berbagai badan yang mengurusi tentang obat-obatan yang telah beredar seperti BPOM dan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia).

Meskipun yang menjadi sorotan adalah sirup parasetamol, tidak menutup kemungkinan bahwa parasetamol dengan bentuk lain juga aman dikonsumsi, apalagi tanpa adanya resep dokter dan mengonsumsinya dengan kadar yang tinggi.

Dikutip dari salah satu artikel di website Alodokter, jika menggunakan parasetamol secara berlebihan dapat muncul beberapa efek samping berikut:

  1. Sakit kepala;
  2. Mual atau muntah;
  3. Sulit tidur;
  4. Perut bagian atas terasa sakit;
  5. Urin berwarna gelap;
  6. Lelah yang tidak biasa;
  7. Penyakit kuning:

Maka dari itu, kita dapat menilai sendiri baik atau tidaknya mengonsumsi parasetamol sebagai obat penenang bagi tubuh kita. Baik anak-anak ataupun orang dewasa, tetap saja tidak baik, apalagi hal ini sudah termasuk penyalahgunaan obat-obatan.

Menurut pandangan saya, orang-orang yang mengonsumsi parasetamol sebagai obat penenang dapat disamakan dengan orang-orang yang melampiaskan emosinya atau kesehatan mentalnya sedang terganggu dan memilih menyakiti dirinya sendiri seperti self-harming.

Mungkin mereka yang mengonsumsi parasetamol melampiaskan atau mengalihkannya dengan efek dari obat tersebut, dibandingkan jika harus menyakiti dirinya sendiri secara langsung. Mereka yang melakukan self-harm juga menyakiti dirinya dengan sengaja untuk meredakan rasa sakitnya yang lain.

Lalu apakah berarti mengonsumsi parasetamol dibenarkan daripada self-harm? Tentu saja tidak, karena dengan mengonsumsi parasetamol berlebih juga sama saja dengan menyakiti diri sendiri, hanya saja proses dan modelnya saja yang berbeda.

Meskipun dampak dari parasetamol tidak langsung dirasakan, tetapi dampaknya akan berjangka panjang dan berakibat fatal, misalnya kerusakan liver dan ginjal, sesak napas, kurang darah atau anemia, dan bahkan mengalami kematian jika overdosis.

Jadi, berhati-hatilah dalam mengonsumsi sesuatu walaupun sudah terbukti aman, kita tidak tahu jika berlebihan, apakah akan tetap aman?

Jangan begitu ya Readers, karena mau bagaimana pun segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.

Daripada kalian mencari pelampiasan, mending cerita ke teman-teman terdekatmu untuk mengurangi beban yang kalian pikirkan. Kalian juga bisa mengadukannya kepada Tuhan dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, percayalah nanti pasti akan diberi jalan kok, tenang aja.

Mau merilekskan pikiran? Mendingan kamu coba mendengarkan musik atau mendengarkan suara-suara alam yang menenangkan sambil tutup mata, dijamin akan cepat mengantarmu ke alam mimpi.

Semoga mimpimu indah terus, see you.

Biodata Penulis:

Amelia Nur Fadhila lahir pada tanggal 28 April 2002 di Cilacap. Saat ini ia sedang menempuh jenjang S1 Pendidikan Kimia di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

© Sepenuhnya. All rights reserved.