Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Ternate dan Tidore (Karya Zeffry J. Alkatiri)

Puisi: Ternate dan Tidore, 2000-2004 Karya: Zeffry J. Alkatiri
Ternate dan Tidore, 2000-2004


Berabad-abad pulau-pulau, seperti tertidur tengkurap
Di atas bulu-bulu permadani biru.
Waktu mentari menunggu, mereka bagai punggung kura-kura mati
Yang malas beranjak dari tempatnya.
Kabut sepertinya sengaja menutupi tubuh Gamalama
Yang menyimpan misteri cinta bagi pengelana
Yang sempat pulas dipeluknya
Di sini:
pernah tinggal selama sebulan di tahun 1521
Juan Sebestian de Elcano.
Berlabuh menunggu kapal penuh.
Sudah berabad-abad, Lisabon, Madrid, dan Barcelona
Jadi kota istana.
Mungkin juga berkat mereka
Yang meninggalkan sisa tapaknya pada puing benteng:
Di Kalamata
Castela
San Pedro
Dan di Tulako
Sudah berabad-abad, pulau-pulau tertidur, seperti penghuninya
Waktu mentari ingin menutup diri
Mereka tetap tak beranjak dari tempatnya
Seperti pura-pura mati.


2011

Analisis Puisi:
Puisi "Ternate dan Tidore" karya Zeffry J. Alkatiri menggambarkan keindahan dan misteri yang tersembunyi di pulau-pulau Ternate dan Tidore. Dalam bait-bait puisi ini, penyair menggambarkan pulau-pulau tersebut seperti sedang tertidur tengkurap, dengan permadani biru yang menutupi tubuh mereka. Seperti punggung kura-kura mati yang malas bergerak, pulau-pulau ini tampak teguh dan tidak berubah seiring berjalannya waktu.

Penyair menyampaikan bahwa mentari pun menunggu dengan sabar, sementara pulau-pulau ini menyimpan misteri cinta bagi para pengelana yang berani mengeksplorasi dan menjelajahi keindahan mereka. Gamalama, gunung yang disebutkan dalam puisi, terbungkus kabut yang menambah aura misteriusnya. Pulau-pulau ini juga memiliki jejak sejarah yang kaya, seperti kunjungan Juan Sebastian de Elcano pada tahun 1521, yang meninggalkan bekas tapaknya di benteng-benteng yang berdiri tegak hingga kini.

Puisi ini menyampaikan bahwa selama berabad-abad, kota-kota besar seperti Lisabon, Madrid, dan Barcelona telah menjadi pusat kekuasaan dan kemewahan. Kemungkinan pengaruh mereka juga berperan dalam pembangunan kota-kota istana ini. Pulau-pulau Ternate dan Tidore tetap terjaga dan mempertahankan keaslian mereka, dengan sisa-sisa peninggalan sejarah yang berdiri kokoh, seperti Kalamata, Castela, San Pedro, dan Tulako.

Dalam bait-bait terakhir, penyair menggambarkan bahwa pulau-pulau ini masih terlelap, seolah-olah pura-pura mati. Meskipun mentari ingin menutup diri, pulau-pulau ini tetap tidak bergerak dari tempatnya yang abadi. Mereka memancarkan kecantikan dan misteri yang memikat para pengunjung. Pulau-pulau ini menjadi metafora bagi keindahan yang tertidur dan menantikan kebangkitan.

Puisi "Ternate dan Tidore" menggambarkan keindahan alam dan sejarah yang terkandung di pulau-pulau Ternate dan Tidore. Penyair menyoroti keabadian pulau-pulau tersebut, serta pesona dan daya tarik mereka yang terus memikat para pengunjung. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan keberadaan dan nilai keindahan alam serta kekayaan sejarah yang terkandung di tempat-tempat seperti Ternate dan Tidore.

Zeffry J. Alkatiri
Puisi: Ternate dan Tidore, 2000-2004
Karya: Zeffry J. Alkatiri
© Sepenuhnya. All rights reserved.