Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Kehidupan Maba yang Terjebak dalam Badai Stres, Ini Rahasia Taklukkan Beban Mental!

Peralihan dari siswa menjadi mahasiswa membuat Maba seringkali tertekan. Maba harus beradaptasi di dunia dan lingkungan yang sepenuhnya baru.

Masuk ke dalam fase kehidupan baru memang nggak gampang. Nggak jarang orang merasa dirinya stres ketika berada di fase ini. Hal ini juga kerap terjadi di dunia perkuliahan. Salah satunya ketika menjadi Maba atau mahasiswa baru.

Peralihan dari siswa menjadi mahasiswa membuat Maba seringkali tertekan. Maba harus beradaptasi di dunia dan lingkungan yang sepenuhnya baru. Banyaknya tantangan yang harus dihadapi sehingga nggak heran kalau Maba menjadi stres atau bahkan depresi.

Maba harus menghadapi tantangan yang besar. Mereka dituntut untuk segera beradaptasi. Meskipun proses ini wajar, tetapi nyatanya kerap kali menyebabkan stres.

Kenapa sih proses adaptasi ini menjadi begitu berat hingga seolah menjadi momok bagi Maba? Apakah kehidupan Maba nggak sesantai seperti yang orang-orang katakan? Yuk kita bahas kenapa proses adaptasi Maba bisa jadi beban mental.

1. Perubahan Lingkungan Sosial

Mahasiswa baru kerap kali harus meninggalkan lingkungan sosial yang akrab, teman-teman, dan juga keluarga. Ketika tiba di kampus, Maba dihadapkan dengan lingkungan yang nggak familiar. Ini juga jadi alasan kenapa bisa muncul rasa kesepian dan kehilangan.

2. Tuntutan Akademik yang Tinggi

Kampus membawa beban akademik yang lebih berat. Tingkat persaingannya juga lebih intensif dibandingkan saat jadi siswa.

Mahasiswa baru harus mengatasi peningkatan tingkat kesulitan materi pelajaran, memahami harapan dosen, dan menyesuaikan diri dengan standar penilaian yang lebih tinggi.

3. Tanggung Jawab Finansial

Banyak mahasiswa baru mulai merasakan beban finansial yang besar, termasuk biaya kuliah, buku, dan biaya hidup sehari-hari. Tanggung jawab keuangan yang baru ini bisa sangat membebani.

Apalagi buat mereka yang memiliki uang saku terbatas. Dan lebih-lebih anak kost yang jauh dari orang tuanya. 

Hidup di perantauan membuat Maba mau nggak mau mengatur keuangannya biar mencukupi dan nggak membebani orang tua. Beban finansial juga dirasakan oleh mereka yang harus mencari pekerjaan paruh waktu untuk membiayai kuliahnya.

4. Tekanan Sosial dan Ekspektasi

Ekspektasi dari teman, keluarga, dan masyarakat bisa menciptakan tekanan sosial yang tak terduga. Kebanyakan mahasiswa baru berpikir gimana caranya mencapai kesuksesan secepat mungkin.

Hal ini dapat memicu stres dan kecemasan yang mendalam.

5. Homesickness

Rindu rumah, keluarga, dan teman-teman lama jadi penyebab stres paling umum di kalangan mahasiswa baru. Rasa rindu ini menciptakan perasaan kesepian dan menganggu keseimbangan emosional.

Stres
Ilustrasi: Vecteezy/Viktoriia Ilina

Kalau kamu mahasiswa baru dan kamu merasa relate dengan hal-hal tadi. Kamu bisa melakukan beberapa hal ini untuk mengelola stres dan kecemasan.

1. Mencari Dukungan Sosial

Bergabung dengan kelompok studi atau organisasi kampus untuk ngebangun hubungan dan mendapatkan dukungan sosial. Kamu juga harus berani buat coba kenalan dengan teman-teman baru.

2. Mengelola Waktu dengan Bijak: Belajarlah untuk Disiplin

Coba buat mulai mengatur waktu dengan baik. Apalagi saat mendapat banyak tugas dari dosen. Kamu harus buang rasa malas. Kamu juga harus nyicil tugas biar nggak tertekan karena tugasnya numpuk.

3. Menjaga Kesehatan Mental dan Fisik

Olahraga teratur, istirahat yang cukup, dan jalani hobi untuk meredakan stres. Cobalah buat keluar sesekali. Misalnya dengan jalan-jalan di pagi hari sebelum berangkat kuliah.

Suasana kamar kost yang setiap hari kita gunakan untuk berkegiatan produktif terkadang menyebabkan rasa sesak. Mungkin kamu butuh suasana baru untuk meredakan rasa sesak itu

Aktivitas fisik seperti berolahraga, berjalan kaki, atau berenang juga bisa membantu meningkatkan suasana hati kamu dan mengurangi stres.

4. Mencari Bantuan Profesional

Jika stres terasa terlalu berat, kamu bisa cari bantuan dari konselor atau psikolog kampus. Kamu mungkin berpikir buat nggak menceritakan kesulitanmu. Merasa bahwa kamu harus menyelesaikan masalahmu sendiri. Makanya, kamu memilih untuk menyimpan ceritamu sendiri.

Kamu juga nggak pengen membebani orang tua, teman lama, ataupun teman di kampus. Beranggapan teman kampus juga mengalami hal yang sama. Atau justru nggak ada tempat yang tepat buat bercerita.

Oleh karena itu, jangan malu meminta bantuan profesional. Kamu akan merasa jauh lebih lega bercerita dengan seseorang yang bisa memahami kamu.

Untuk mengatasi stres ketika jadi Maba, kamu butuh kesabaran, dukungan sosial, dan kesadaran. Langkah-langkah tadi serta dukungan positif bakal membantu kamu buat lebih berani menghadapi tantangan baru. Kamu bakal merasa jauh lebih baik setelah menghadapi tantangan tersebut.

Kelola overthinking kamu. Nggak perlu mikirin hal-hal yang bahkan belum terjadi. Itu cuma ilusi yang bakal membatasi kamu buat keluar dari situasi stres dan tertekan.

Cara-cara tadi memang enggak gampang. Akan tetapi, kamu harus berani mencobanya.

Biodata Penulis:

Arum Setiawati lahir pada tanggal 27 Mei 2004 .

© Sepenuhnya. All rights reserved.