Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Melangkah ke Masa Depan: Mewujudkan Impian yang Lebih Besar

Aku akan berkisah mengenai masa laluku. Tentang bagaimana perjuanganku dalam memperjuangkan universitas yang aku impikan. Seperti yang sudah ...

Hidup memang tak mudah, tetapi menyerah bukanlah solusi yang tepat. Jikalau memang lelah, istirahatlah karena pikiran dan tenagamu itu terbatas. Ketika ingin menggapai sebuah impian yang kita punya itu memanglah sulit. Maka dari itu, kita harus mengusahakannya dengan sekuat tenaga.

Meskipun dilahirkan di keluarga yang kurang mampu, aku tidak pernah menyerah dengan segala rintangan yang menghalangiku untuk meraih setiap mimpi yang telah aku rancang dari sejak kecil.

Realistisnya, orang akan memandangku rendah ketika aku mengutarakan mimpi-mimpi yang aku miliki. Tetapi, aku bodoh amat dengan hal itu. Karena jikalau mempunyai mimpi, kita harus mempunyai mimpi yang setinggi langit.

Seperti halnya sebuah nasihat yang pernah aku dengar “Tembaklah bulan, jika kamu terjatuh maka kamu akan terjatuh di antara bintang-bintang”.

Mewujudkan Impian

Dari nasihat itu semakin membuatku mempunyai kepercayaan diri dan pandangan yang luas akan usahaku untuk memperjuangkan mimpi yang aku miliki. Jikalau memang aku tidak bisa mendapatkan sesuatu sesuai dengan ekspektasi, maka Tuhan pasti akan memberikan ganti yang lebih baik.

Hidup kita adalah milik kita. Bagaimana alur dari kehidupan kita, yang menentukan adalah diri kita sendiri. Kita mau menyerahkah? Atau kita mau tetap bertahankah? Itu semua keputusan berada pada tangan kita.

Orang lain hanya memberikan nasihat, memberikan motivasi, dan memberikan dukungan. Akan tetapi hal itu tidak akan berarti apabila tidak ada kesadaran dan kemauan dalam diri untuk keluar dari zona nyaman yang dimiliki.

Kali ini, aku akan berkisah mengenai masa laluku. Tentang bagaimana perjuanganku dalam memperjuangkan universitas yang aku impikan. Seperti yang sudah kalian tahu di awal, aku memang terlahir dari keluarga yang kurang mampu. Terlahir dari ekonomi yang sulit, membuat orang tuaku hanya ingin aku menjadi lulusan Sekolah Menengah Atas saja. Tetapi sejak awal, aku tidak menginginkan hal itu karena memang aku mempunyai tujuan yang ingin aku capai.

Hingga pada akhirnya, aku berada pada tahap tingkat akhir SMA yaitu di tingkat kelas 3. Setiap ujian aku selalu membuktikan kepada kedua orang tuaku bahwa aku akan selalu masuk dalam peringkat 5 besar. Dan kemudian seleksi penerimaan mahasiswa baru akan segera dibuka.

Sebelum dibukanya seleksi penerimaan mahasiswa baru, dari pihak sekolah menentukan siapa saja siswa-siswi yang akan beruntung dapat mengikuti seleksi pertama penerimaan mahasiswa baru berdasarkan prestasi yang mereka punya. Dan siapa sangka ternyata namaku ada di antara jajaran siswa-siswi yang berprestasi.

Setelah penentuan siswa-siswi berprestasi tersebut, kemudian aku memberitahukan kepada kedua orang tuaku bahwa aku ingin melanjutkan sekolah di perguruan tinggi negeri yang aku impikan.

Dengan berbagai pertimbangan akhirnya kedua orang tuaku menyetujui akan keinginanku itu. Tetapi dengan satu syarat yaitu hanya diperbolehkan melanjutkan sekolah di perguruan tinggi negeri yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah.

Meskipun ada rasa kecewa karena tidak dapat mendaftar di perguruan tinggi yang aku impikan, tetapi aku sangat senang sekali karena kedua orang tuaku telah mengizinkan diriku untuk melanjutkan sekolah di perguruan tinggi.

Tibalah hari di mana pengumuman seleksi jalur prestasi. Setelah adzan ashar, aku mengajak ibuku untuk sama-sama melihat hasil dari seleksi. Rasanya seluruh badanku menjadi sangat gugup dan kurang percaya diri akan hasil yang nantinya aku dapat. Tetapi ibuku menguatkanku untuk selalu percaya bahwa apapun hasil yang akan keluar itu adalah hasil yang terbaik.

Kemudian aku memberanikan diri untuk membuka laman pengumuman. Dan betapa terkejutnya aku ketika laman tersebut menunjukkan hasil bahwa aku lolos seleksi di perguruan tinggi negeri pada pilihan pertama.

Seketika rasa tangis haru pun pecah dan aku langsung memeluk ibuku dengan erat dan mengatakan “terima kasih ya bu telah memberiku dorongan dan kepercayaan untuk tetap bersekolah”.

Meskipun hal ini adalah kabar yang menggembirakan bagi kami, akan tetapi hal itu berbanding terbalik dengan orang-orang yang berada di sekitar kami. Mereka seakan-akan mengatakan, 'anak orang nggak punya kok berani untuk lanjut sekolah'.

Bahkan hal itu pun terucap dari bibir keluarga terdekat kami. Tetapi, hal ini tidak membuatku menyerah melainkan membuatku semakin bersemangat untuk membuktikan kepada semua orang bahwa tidak hanya anak dari orang yang kaya saja yang dapat bersekolah dan dapat menggapai mimpinya.

Keyakinan dari dalam dirilah yang membuat aku percaya bahwa Tuhan sedang mempersiapkan hal yang terbaik bagi setiap makhluknya. Meskipun saat ini tidak memiliki segelimpang uang dan serentet dukungan, akan tetapi apabila mempunyai usaha dan tekad yang kuat, segala hal pasti akan selalu dimudahkan untuk mendapatkannya.

Aku pernah membaca sebuah buku yang di dalamnya terdapat sebuah kalimat "Takdir Allah itu selalu yang terbaik, bila terasa belum baik, berarti takdirnya belum selesai. Sabar, sabar kuatkan kesabaran".

Untuk saat ini, berprasangka baik dan selalu positive thinking pada takdir merupakan sebuah kunci yang harus kita lakukan setelah kita sudah berusaha pada titik maksimal.

Biodata Penulis:

Safira Salsabila lahir pada tanggal 8 April 2005 di Boyolali. Ia saat ini aktif sebagai mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia di Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

© Sepenuhnya. All rights reserved.