Menuju Pendidikan yang Merata: Menggagas Penghapusan Sistem Zonasi dalam Pendidikan

Penghapusan sistem zonasi juga dapat menimbulkan tantangan administratif bagi pemerintah dan sekolah. Tanpa sistem zonasi, pemerintah harus ...

Sistem zonasi dalam pendidikan telah menjadi topik yang hangat diperbincangkan belum lama ini. Beberapa pihak berpendapat bahwa penghapusan sistem zonasi dapat membuka peluang baru bagi siswa dan meningkatkan kualitas pendidikan. Namun, ada juga yang skeptis terhadap konsekuensi dari penghapusan sistem ini. Di sini penulis akan mengeksplorasi argumen-argumen yang mendukung dan menentang penghapusan sistem zonasi.

Salah satu argumen yang mendukung penghapusan sistem zonasi bahwa dapat meningkatkan aksesibilitas pembelajaran. Dengan menghapus batas zona siswa bisa memilah sekolah yang cocok dengan intensitas serta kemampuan mereka, tanpa wajib terikat pada sekolah di daerah tertentu.

Hal ini bisa membuka kesempatan untuk siswa yang tinggal di wilayah terpencil ataupun kurang tumbuh untuk memperoleh pembelajaran yang lebih baik.

Ada pula kekurangan dari sistem zonasi tersebut ialah menjadikan seluruh sekolah dipandang sama rata, maksudnya tidak terdapat sekolah favorit. Sehingga mutu sekolah serta siswanya menurun.

Tidak hanya itu, penghapusan sistem zonasi pula bisa mendesaknya persaingan sehat antara sekolah. Dalam sistem zonasi, sekolah-sekolah di wilayah yang padat penduduknya cenderung mempunyai lebih banyak pendaftar sedangkan sekolah di wilayah terpencil kerap kali kekurangan siswa.

Dengan menghapus zonasi sistem, sekolah-sekolah hendak lebih terdorong untuk meningkatkan saling pembelajaran mereka agar selalu kompetitif serta menarik atensi siswa.

Tetapi, terdapat pula alasan yang menentang penghapusan sistem zonasi. Salah satunya merupakan kekhawatiran kalau penghapusan ini bisa menimbulkan kejanggalan pembelajaran yang lebih besar.

Pendidikan yang Merata

Tanpa sistem zonasi, siswa yang berasal dari keluarga yang mampu secara finansial bisa jadi ingin lebih mudah mengakses sekolah-sekolah yang berkualitas, sedangkan siswa dari keluarga kurang sanggup jadi kesulitan memperoleh pembelajaran yang sama.

Tidak hanya itu, penghapusan sistem zonasi pula dapat menyebabkan peningkatan mobilitas siswa. Dalam sistem zonasi, siswa cenderung bersekolah di dekat tempat tinggal mereka, yang bisa kurangi waktu serta biaya transportasi. Tetapi, tanpa sistem zonasi, siswa bisa jadi wajib bepergian lebih jauh untuk menggapai sekolah yang seleksi mereka, yang bisa menimbulkan beban bonus untuk mereka serta keluarga mereka.

Penghapusan sistem zonasi juga dapat mempengaruhi keberagaman sosial dan budaya di sekolah. Dalam sistem zonasi, siswa cenderung bersekolah dengan teman-teman sebaya mereka yang tinggal di sekitar wilayah yang sama. Hal ini dapat menciptakan lingkungan yang inklusif dan memperkaya pengalaman belajar.

Tanpa sistem zonasi, siswa mungkin akan bersekolah dengan siswa dari latar belakang yang lebih homogen, yang dapat mengurangi keberagaman dalam lingkungan belajar.

Penghapusan sistem zonasi juga dapat menimbulkan tantangan administratif bagi pemerintah dan sekolah. Tanpa sistem zonasi, pemerintah harus mengatur ulang kebijakan penerimaan siswa dan mengelola jumlah siswa yang berbeda di setiap sekolah. Hal ini dapat membutuhkan upaya dan sumber daya yang lebih besar untuk memastikan bahwa setiap sekolah memiliki kapasitas yang memadai dan merata.

Kesimpulannya, penulis memberi saran agar penghapusan sistem zonasi dalam pendidikan memiliki konsekuensi yang kompleks dan beragam. Sementara penghapusan ini dapat membuka peluang baru bagi siswa dan meningkatkan persaingan antara sekolah, kita juga harus mempertimbangkan dampak negatif yang mungkin timbul, seperti kesenjangan pendidikan yang lebih besar dan tantangan administratif. Oleh karena itu, kebijakan ini perlu dipertimbangkan dengan hati-hati.


Risky Ardian

Biodata Penulis:

Risky Ardian lahir pada tanggal 3 Maret 2005. Saat ini ia aktif sebagai mahasiswa program studi Tadris Matematika di universitas K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.

© Sepenuhnya. All rights reserved.