Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Cegah Penyebaran Hoaks Menjelang Pemilu 2024

Berdasarkan informasi tersebut, patut diduga bahwa hoaks akan merajalela mengingat perkembangan teknologi yang semakin hari semakin canggih.

Pemilihan umum atau yang biasa disingkat menjadi pemilu adalah suatu proses demokratis untuk memilih wakil rakyat dan/atau pejabat pemerintahan secara langsung oleh rakyat Indonesia. Pemilu merupakan suatu momen penting dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Hal ini dikarenakan warga negara mempunyai kesempatan untuk menyampaikan suara mereka mengenai kebijakan nasional dan dapat memilih pemimpin yang akan mewakili rakyatnya di pemerintahan, memprioritaskan kepentingan-kepentingan rakyat Indonesia, dan dapat mengelola pemerintahan dengan baik.

Indonesia akan melaksanakan pemilu pada awal tahun 2024, tepatnya pada tanggal 14 Februari 2024. Pemilu akan dilaksanakan secara serentak di seluruh provinsi Indonesia untuk memilih presiden, wakil presiden, anggota DPR, dan anggota DPD.

Berdasarkan informasi tersebut, patut diduga bahwa hoaks akan merajalela mengingat perkembangan teknologi yang semakin hari semakin canggih. Berkaca juga pada saat menjelang pemilu tahun 2019 yang sangat marak penyebaran berita hoaks.

Penulis dari Kemenkominfo dalam artikel yang berjudul “Kominfo Temukan 3.356 Hoaks, Terbanyak saat Pemilu 2019” mengutarakan bahwa AIS (mesin pencari konten internet negatif milik Kementerian Komunikasi dan Informatika) menemukan sebanyak 3.356 berita hoaks. Angka ini merupakan jumlah berita hoaks tertinggi selama pemilu 2019.

Dengan berkembangnya teknologi dan juga media sosial dari tahun 2019 hingga tahun 2023, fitur-fitur media sosial memberikan kemudahan dalam menyebarkan, memotong, dan menambahkan berbagai konten dan informasi sesuai dengan kreativitas penggunanya.

Hal-hal yang telah disebutkan menjadi tantangan bagi pemerintah beserta pihak terkait yang berkaitan dengan pemilu untuk mengantisipasi maraknya berita hoaks yang akan bermunculan menjelang pemilu 2024.

Cegah Penyebaran Hoaks Menjelang Pemilu
sumber foto: kominfo.go.id

Sayangnya, berita hoaks sudah beredar jauh sebelum tahap pemilu 2024 dimulai. Loina Perangin-Angin dalam artikel yang berjudul “Moderasi Konten Medsos, Bawaslu Bersama Koalisi Masyarakat Sipil dan Platform Digital akan Duduk Bareng” menyatakan bahwa sepanjang 2023 menjelang pemilu 2024 ada 1.731 hoaks dengan rata-rata 200 hoaks per bulan. Hoaks pertama mengenai pemilu diunggah pada bulan Maret 2022, padahal tahapan pemilu 2024 baru dimulai pada bulan Juni 2022.

Persentase hoaks mengenai politik pun meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2018, tingkat berita hoaks mengenai politik adalah sekitar 50 persen, pada tahun 2019 meningkat menjadi 52 persen. Lalu pada tahun 2020, berita hoaks mengenai politik menurun menjadi 30,5 persen akibat pandemi, lalu pada tahun 2021 menurun menjadi 22,7 persen. Angka ini mulai meningkat menjadi 32 persen pada tahun 2023 dan sekarang berita hoaks mengenai politik menjadi 54 persen.

Pada tanggal 8 Juli 2023 sebuah kanal di aplikasi Youtube yang bernama Redaksi TV mengunggah suatu video berdurasi delapan menit. Dalam video tersebut dinarasikan bahwa Prabowo mengundurkan diri sebagai calon presiden karena tidak mampu melawan Anies Baswedan. Tidak ada informasi resmi yang disebutkan dalam video yang diunggah mengenai pengunduran diri Prabowo di Pemilihan Presiden 2024. Narator dalam unggahan tersebut membacakan artikel berita PKS yang berjudul “PKS Yakin Dukungan Purnawirawan TNI/Porli Kokohkan Jalan Kemenangan Anies”.

Sesuai dengan judulnya, artikel tersebut berisi tentang sejumlah purnawirawan TNI/Porli yang tergabung dalam Forum Purnawirawan Perwira untuk Perubahan (FP3) yang mendukung Anies Baswedan sebagai Calon Presiden.

Lalu, pada tanggal 18 Oktober 2023 terdapat sebuah gambar yang menjadi viral. Gambar tersebut merupakan surat suara pemilihan presiden berlambang KPU RI. Di dalam surat suara itu terdapat tiga bakal pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. Di nomor urut satu, terdapat gambar pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD. Kemudian di nomor urut dua, terdapat gambar pasangan Prabowo Subianto dan Erick Thohir. Dan gambar terakhir, di nomor urut tiga, terdapat pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar. Pihak dari Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI) membantah dan menegaskan bahwa gambar tersebut adalah hoaks.

Dari kedua berita yang disebutkan di atas hanyalah contoh kecil dari banyaknya berita hoaks lainnya yang tersebar di internet. Kedua berita tersebut dapat dipastikan hoaks karena saat pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden pada tanggal 19 Oktober sampai dengan 25 November 2023, untuk saat ini telah diketahui bahwa Anies Baswedan bersama Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto bersama Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo bersama Mahfud MD merupakan calon presiden dan wakil presiden Republik Indonesia.

Lantas, apa upaya yang harus dilakukan untuk mencegah penyebaran hoaks lebih lanjut? Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) memaparkan beberapa cara untuk menangkal berita hoaks di internet dan media sosial.

Salah satu caranya adalah dengan membangun literasi digital, yakni pengetahuan dan keterampilan individu mengenai pemanfaatan dan penggunaan media digital. Bawaslu pun membangun komunitas pengawasan digital partisipatif bernama “Jarimu Awasi Pemilu”. Lalu, Bawaslu bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dan juga bersama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dalam satgas patroli siber di media sosial.

Ketika lembaga-lembaga dan pemerintah berupaya mengatasinya dengan menciptakan berbagai macam antisipasi, kita pun perlu mengamati berbagai informasi yang diterima, dapat mengetahui berita yang akurat sesuai dengan fakta, mengevaluasi secara kritis terhadap semua informasi yang dibaca atau ditonton, dan juga turut berpartisipasi dalam memberantas berita hoaks.

Partisipasinya dapat dilakukan dengan melaporkan konten atau berita yang berpotensi sebagai berita hoaks tersebut ke Kementerian Komunikasi dan Informatika. Pembaca atau penonton dapat melakukan tangkap layar (screen capture) disertai pranala (url link) lalu kirimkan filenya ke aduankonten@mail.kominfo.go.id.

Rahmadiani Zein

Biodata Singkat:

Rahmadiani Zein lahir pada tanggal 12 Desember 2003. Saat ini ia aktif sebagai mahasiswi, Fakultas Ilmu Budaya, di Universitas Padjadjaran.

© Sepenuhnya. All rights reserved.