Hujan Pertama di Bulan Oktober, Mahasiswa Baru di Solo Antusias!

Tiba saat hujan pertama kali datang tepat di Bulan Oktober, mahasiswa-mahasiswa di Solo begitu antusias menyambut kedatangannya. Senyum merekah ...

Jurnal Science Advances yang diterbitkan pada Rabu (13/9) mengungkapkan, 29 ilmuwan dari 8 negara menemukan bahwa bumi sudah tidak aman lagi bagi manusia. Ada sembilan variabel yang menentukan kesehatan bumi, antara lain perubahan iklim, keanekaragaman hayati, penggunaan air tawar, tanah, polusi, nutrisi, dan bahan kimia baru; semuanya saat ini tidak stabil di Bumi. Apalagi polusi laut dan udara berada pada level buruk. Kendati demikian, tingkat keasaman laut, kualitas udara, dan lapisan ozon masih dalam batas aman. 

Ketika para peneliti menggunakan simulasi komputer, mereka menemukan bahwa memperburuk satu faktor akan memperburuk faktor lainnya dan sebaliknya. Oleh karena itu, jika bumi dapat mengelola kesembilan faktor tersebut dengan baik, maka bumi relatif aman untuk ditinggali. Namun kenyataannya tidak semudah itu.

Hujan Pertama di Bulan Oktober

Simulasi juga menyimpulkan bahwa jika salah satu faktor membaik maka faktor lainnya juga akan meningkat. Jadi salah satu hal yang bisa dilakukan manusia adalah melawan perubahan iklim dengan membersihkan lahan dan menyelamatkan hutan.

Banyak mahasiswa baru yang berasal dari luar daerah Solo raya memutuskan untuk berkuliah di Kota Solo. Di mana mereka belum terbiasa dengan keadaan cuaca yang begitu panas di daerah Solo. Namun, cuaca yang begitu panas hanya dapat dirasakan pada waktu siang hari, dan pada malam harinya udara terasa sejuk dan dingin. Ketika suatu hari terdapat mata kuliah di jam siang, mahasiswa seakan enggan untuk melangkahkan kaki mereka menuju kampus tercinta. Ya! Karena panas yang begitu terik menusuk ke kulit. 

Tiba saat hujan pertama kali datang tepat di Bulan Oktober, mahasiswa-mahasiswa di Solo begitu antusias menyambut kedatangannya. Senyum merekah begitu saja melihat tetesan hujan yang turun di langit-langit kota Solo. Kedatangan pertama yang cukup deras dalam waktu yang relatif lama telah membasahi kota Solo yang membuat mahasiswa-mahasiswa di Solo mengucap banyak kata syukur. Bau tanah yang semula tak dapat mengendus hidung, kini dapat memberikan kenangan tersendiri akan basahnya tanah kota Solo di sanubari mahasiswa. 

Sore itu hujan pertama di Bulan Oktober turun begitu saja tanpa izin. Membuat suasana hati yang tenang seolah menunggu jawaban yang datang sekian lama. Walau tak pernah ada kenangan spesial yang tersimpan, kini hujan tersebut dapat mengukir rasa kenangan baru yang sungguh menentramkan hati. Hujan kali ini terdengar merdu, setelah sekian lama cuca panas menerbangkan debu-debu. Silih berganti terik mentari dan dinginnya angin kemarau menyelusup di antara celah-celah keharmonisan kota Solo. 

Malam itu udara yang semula dingin kaku, kini menjadi hangat bersama tingkah rinainya hujan yang makin deras. Suara hujan adalah suara langit yang jatuh melepaskan kerinduan pada alam, merekatkan mimpi yang lama tersimpan. Setiap berkendara dan dihadang oleh hujan maka tubuh tetap mendekap rintiknya. Meresapi tetesan selimut langit yang meleleh manja. Menikmati denting irama air mata langit yang semakin merindukan. Menikmati tiap tetes yang turun dari teras rumah, pintu kos, depan kelas, mengurai penat semusim yang telah lewat. Saat itu tak ada kawan bicara dan hanya untaian kata syukur yang bisa mengabadikan perasaan mahasiswa.


Annisa Qolbi Istiqomah

Biodata Penulis:

Namaku Annisa Qolbi Istiqomah, lahir di Sragen, 14 September 2003. Yang merupakan mahasiswa baru di Universitas Sebelas Maret jurusan Manajemen. Aku suka mencoba hal-hal baru untuk menambah pengalaman serta hobiku membaca, menyanyi, dan mendengarkan musik. Untuk seribu langkah berawal dari satu langkah.

© Sepenuhnya. All rights reserved.