Penggunaan tangan kanan sebagai tangan dominan dianggap normal di masyarakat Asia, terutama Indonesia. Oleh karena itu, orang yang kidal atau beraktivitas dengan tangan kiri lebih sering dianggap aneh atau tidak biasa.
Pada kesempatan kali ini kami akan menjelaskan mengapa persepsi ini ada, bagaimana persepsi ini terkait dengan budaya dan sejarah Indonesia, dan betapa pentingnya mengatasi stigma ini dan meningkatkan penerimaan terhadap orang kidal.
Fokus utama akan berada pada perkembangan masyarakat Indonesia yang mayoritas menggunakan tangan kanan sebagai tangan dominan mereka, pengajaran yang diberikan oleh orang tua, dan norma sosial yang ada.
Sejarah dan budaya Indonesia terkait erat dengan persepsi orang kidal. Sebagian besar orang Indonesia dominan dengan tangan kanan mereka. Pengajaran dari orang tua dan lingkungan sekitar membangun kebiasaan ini sejak usia dini.
Di sisi lain, dianggap sebagai norma sosial untuk menggunakan tangan kanan saat melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, menulis, memberikan salam, dan melakukan tugas lainnya.
Orang yang kidal atau sering menggunakan tangan kiri dalam berbagai aktivitas dianggap tidak biasa atau aneh dalam budaya Indonesia dalam konteks ini. Stres sosial terhadap orang kidal dapat menyebabkan tekanan psikologis, kurangnya rasa percaya diri, dan kesulitan berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari.
Mereka mungkin mengalami kesulitan saat menggunakan alat-alat yang dibuat khusus untuk tangan kanan, seperti gunting atau alat tulis. Karena persepsi negatif yang melekat pada mereka, mereka juga mungkin kesulitan berinteraksi sosial.
Persepsi orang Indonesia terhadap orang kidal mulai berubah, lambat tapi pasti. Semakin banyak orang yang menyadari bahwa kemampuan seseorang tidak ditentukan oleh penggunaan tangan yang mereka dominan. Perubahan perspektif ini sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan kesadaran tentang keberagaman dan inklusi.
Beberapa daerah di Indonesia telah memulai program pendidikan dan kampanye sosial untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan orang kidal. Metode ini bertujuan untuk menghilangkan stigma dan menanamkan kesadaran bahwa orang kidal memiliki kemampuan yang sama seperti orang yang menggunakan tangan kanan.
Mengatasi stigma terhadap orang kidal sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup mereka dan menunjukkan kemajuan sosial dan kultural di Indonesia secara keseluruhan. Menghargai perbedaan dan mendorong penerimaan orang kidal adalah langkah penting menuju masyarakat yang inklusif dan adil.
Selain itu, menerapkan kebijakan yang mendukung inklusi dan kesetaraan juga dapat membantu mengatasi stigma.
Menurut beberapa penelitian, ada hubungan antara faktor genetik dan preferensi tangan. Selain itu, sejumlah penelitian menemukan bahwa ada hubungan antara kidal dan faktor genetik yang dapat memengaruhi perkembangan otak dan sistem motorik.
Menurut beberapa penelitian, kadar hormon tertentu dalam tubuh saat janin berkembang dapat mempengaruhi perkembangan lateralitas, yaitu kecenderungan untuk menggunakan tangan kanan atau kiri, serta peran hormon dalam penentuan preferensi tangan.
Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa preferensi tangan tidak harus dianggap sebagai masalah medis karena itu adalah variasi alami dalam populasi manusia. Kidal adalah perbedaan individu yang alami dan normal. Ini bukanlah penyakit atau gangguan yang memerlukan pengobatan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang kidal mungkin memiliki struktur dan fungsi otak yang berbeda. Studi pencitraan otak menunjukkan perbedaan dalam aktivitas dan konektivitas di area otak yang terkait dengan pengendalian dan gerakan motorik, serta kemungkinan perbedaan dalam jalur saraf motorik yang mengontrol gerakan tangan dan lengan.
Selain itu, penelitian lain menemukan bahwa orang kidal mungkin memiliki persepsi sensorik yang berbeda dari orang normal. Studi menunjukkan bahwa orang kidal dan orang yang menggunakan tangan kanan memiliki struktur dan aktivitas otak yang berbeda.
Di sisi lain, perbedaan ini masih belum sepenuhnya dipahami dan masih menjadi subjek penelitian yang sedang dilakukan. Penting untuk diingat bahwa tidak semua orang kidal mengalami perubahan yang signifikan dalam fungsi saraf motorik atau sensorik. Setiap orang mungkin mengalami variasi yang berbeda. Untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang hubungan ini, diperlukan penelitian tambahan.
Perlu diingat, perbedaan adalah yang menjadikan kita sebagai manusia makhluk yang unik dan beragam.
Biodata Penulis:
Syakira Rizqi Amalia lahir pada tanggal 19 April 2005 di Banyumas. Saat ini ia aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
