Ayamku
aku menetaskannya
dari bentuk telur
kusuruh induknya
mengerami
dan tumbuh lucu, berbulu gundul
daging dan tulangnya menonjol
sering kubelai
lalu membesar dan akan bertelur pula
seorang tamu besar datang
bapak memerintahkan menyuguhi opor ayam
aku menitikkan airmata
ketika parji memotong lehernya
dan mencelupkannya di air panas
kucabut anak bulunya satu-satu
sembari tersedu
simbok pun tahu
berhentilah bersedih anakku
untuk menyenangkan orang
kita memang perlu berkorban
kuelap airmataku
dengan ujung kutang perempuan itu
Sumber: Gunung Biru di Atas Dusunku (1988)
Analisis Puisi:
Puisi "Ayamku" karya Lastri Fardani Sukarton menghadirkan gambaran tentang hubungan manusia dengan hewan, dalam hal ini, ayam.
Hubungan Manusia dan Hewan: Puisi ini dibuka dengan deskripsi proses penetasan telur, perawatan, dan interaksi pemilik dengan ayam peliharaannya. Hubungan antara manusia dan hewan dijelaskan sebagai sebuah siklus yang dimulai dari telur, tumbuh menjadi ayam, dan kemudian dapat diolah sebagai hidangan.
Empati dan Kehilangan: Puisi menyentuh aspek empati terhadap hewan peliharaan. Saat ayamnya disembelih untuk disajikan sebagai hidangan, penyair mengungkapkan rasa kehilangan dan kesedihan. Airmata yang menetes menunjukkan emosi yang mendalam terkait dengan proses tersebut.
Pengorbanan untuk Kesejahteraan Lain: Pengorbanan diungkapkan dalam puisi ketika anak ayam dipotong untuk dimasak sebagai hidangan opor ayam. Simbok, yang mungkin merujuk pada figur ibu atau nenek, mengajar anaknya untuk tidak bersedih karena pengorbanan tersebut dilakukan untuk menyenangkan tamu dan memenuhi kebutuhan keluarga.
Siklus Kehidupan: Puisi menciptakan gambaran siklus kehidupan, mulai dari penetasan telur hingga pembentukan ayam dewasa. Siklus ini tidak hanya mencakup pertumbuhan fisik, tetapi juga melibatkan pengorbanan dan perubahan status ayam dalam kehidupan manusia.
Keterkaitan dengan Tradisi dan Budaya: Penggunaan istilah seperti "opor ayam" menunjukkan keterkaitan puisi dengan tradisi dan budaya di mana ayam sering dianggap sebagai hidangan istimewa yang disajikan dalam acara-acara tertentu.
Puisi "Ayamku" tidak hanya menyajikan gambaran tentang hubungan manusia dengan ayam sebagai hewan peliharaan, tetapi juga menggambarkan dinamika emosional dan etika terkait pengorbanan untuk kesejahteraan keluarga atau kepuasan tamu. Puisi ini menyoroti kompleksitas dan aspek psikologis dalam hubungan manusia dengan hewan peliharaan.
Karya: Lastri Fardani Sukarton
Biodata Lastri Fardani Sukarton:
- Lastri Fardani Sukarton lahir pada tanggal 5 Desember 1942 di Yogyakarta.
- Lastri Fardani Sukarton dikelompokkan sebagai sastrawan Angkatan 1980–1990an.
