Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Catatan Terakhir (Karya Susy Aminah Aziz)

Puisi "Catatan Terakhir" karya Susy Aminah Aziz mengajak pembaca untuk merenungkan arti hidup, waktu, dan warisan yang akan ditinggalkan di belakang.

Catatan Terakhir



Dalam kamarku kini
Yang menghimpit waktu dan benakku
Hati dan jiwaku teramat lelah
Lelah…lelah sekali
Wajah ini tidak segairah
Kalau aku remaja mula dewasa

Telah lewat cepat dan cepat
Aku membuat sajak rasanya lambat
Tiada kata yang tepat
Kuraba dahiku

Panas terasa tempurung otak
Kemerucut ciut
Garis mata dan pipi
Umur tua melanda diri
Kerja tiba di penantian usia
Belum terselesaikan jua
Akan keringkah ilham di dada?

Atau, barangkali
Umurku tinggal sejengkal jari
Memburu memakan waktuku kini
Kalau demikian, sayang
Baiklah ... kawan!
Hanya ini peninggalan

Mungkin terlupakan
Mungkin terkenang
Entah, di mana
Akhir peristirahatan

Sumber: Tetesan Embun (1977)

Analisis Puisi:
Puisi "Catatan Terakhir" karya Susy Aminah Aziz adalah ungkapan puitis yang merenungkan perjalanan hidup, kelelahan, dan pertanyaan akan masa depan. Dengan melibatkan pembaca dalam suasana introspektif, penyair menciptakan karya yang memprovokasi pemikiran.

Kelelahan dan Refleksi Hidup: Puisi dibuka dengan penggambaran kelelahan yang melibatkan hati, jiwa, dan wajah dalam kamarnya. Penyair menyampaikan perasaan lelah yang mendalam, menciptakan atmosfer introspektif yang menuntun pembaca untuk merenungkan perjalanan hidupnya.

Waktu yang Cepat Berlalu dan Tantangan Penuaan: Penyair merenungkan cepatnya waktu berlalu dan menciptakan kontras antara kondisi fisiknya saat ini dengan masa remajanya. Proses penuaan diceritakan melalui deskripsi wajah yang tidak segairah seperti pada masa remaja. Ini mengundang perenungan tentang perjalanan waktu dan perubahan yang tidak terelakkan.

Sajak sebagai Penyelamatan Waktu yang Tidak Tepat: Dalam kelelahan dan pertanyaan akan waktu yang cepat berlalu, penyair menciptakan sajak sebagai cara untuk meresapi dan menangkap kembali waktu yang telah terlewati. Namun, perasaan bahwa kata-kata tidak cukup menggambarkan perjalanan hidupnya memberikan nuansa reflektif yang mendalam.

Pertanyaan tentang Ilham dan Penuaan Otak: Penyair menyajikan gambaran panas terasa tempurung otak, menyinggung tentang potensi penurunan daya kreativitas dan ilham seiring penuaan. Ini membawa pembaca ke pertanyaan apakah ilham akan tetap menyala di dada saat tubuh menua, dan apakah waktu dapat menghentikan proses kreatif.

Pertimbangan akan Akhir Hidup dan Peninggalan: Puisi mencapai klimaksnya dengan pertimbangan akan akhir hidup. Penyair bertanya-tanya apakah usia tinggal sejengkal jari, dan menggambarkan perburuan waktu yang mungkin memakan hidupnya. Dengan menyatakan bahwa puisi ini adalah "peninggalan," penyair menghadirkan refleksi tentang apa yang akan ditinggalkannya di dunia.

Ketidakpastian Terakhir dan Akhir Peristirahatan: Puisi diakhiri dengan sentuhan ketidakpastian dan pertanyaan mengenai di mana akhir peristirahatan akan ditemukan. Ini menciptakan nuansa akhir yang mendalam, menggambarkan kehidupan sebagai perjalanan tanpa titik akhir yang pasti.

Puisi "Catatan Terakhir" karya Susy Aminah Aziz adalah puisi yang menggali perasaan kelelahan, refleksi, dan pertanyaan tentang akhir hidup. Dengan bahasa yang mendalam dan puitis, penyair menciptakan karya yang mengajak pembaca untuk merenungkan arti hidup, waktu, dan warisan yang akan ditinggalkan di belakang. Puisi ini menimbulkan perasaan introspeksi dan memaksa pembaca untuk berpikir tentang arti hidup dan akhir perjalanan setiap individu.

Susy Aminah Aziz
Puisi: Catatan Terakhir
Karya: Susy Aminah Aziz

Biodata Susy Aminah Aziz:
  • Susy Aminah Aziz lahir pada tanggal 24 November 1937 di Jatinegara, Jakarta.
  • Nama lengkapnya adalah Susy Aminah Aziz binti Haji Abdul Aziz bin Haji Endung Mugnie. 
  • Nama panggilannya adalah None Atau Susy. Dalam dunia sastra, sering menggunakan nama samaran Sara Ananda N.
© Sepenuhnya. All rights reserved.