Beauty Privilege: Hak Istimewa Kecantikan, Apakah Itu Nyata?

Kecantikan seseorang sering kali menjadi alasan untuk memperoleh hak istimewa dalam masyarakat, atau hak istimewa kecantikan.

Sepakat nggak sih dengan istilah beauty privilege, yang katanya perempuan yang good looking itu lebih mudah diterima di lingkungannya?

Ekspektasi manusia itu tidak dinilai dari penampilannya namun faktanya manusia menilai yang pertama dari penampilannya. Kecantikan sering dipuja dan diidamkan, yang dapat menyebabkan ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang meresap ke berbagai aspek masyarakat.

Perempuan memang cantik. Satu hal yang selalu didambakan adalah menjadi cantik. Tidak peduli apa pun, seseorang selalu ingin terlihat cantik dan menarik perhatian orang lain. Membeli pakaian yang menarik dan menggunakan perawatan wajah untuk membuat wajah terlihat lebih cerah dalam upaya untuk mengikuti tren dan memenuhi standar kecantikan yang berlaku di masyarakat. Paradigma yang berbeda akan digunakan untuk membahas standar kecantikan.

Kecantikan seseorang sering kali menjadi alasan untuk memperoleh hak istimewa dalam masyarakat, atau hak istimewa kecantikan. Privilege kecantikan adalah ketika seseorang dianggap cantik oleh orang yang menilainya. Orang yang dianggap cantik pasti akan dilayani dengan lebih baik dalam banyak aspek kehidupan mereka. Seperti kesempatan kerja dan perlakuan yang "spesial" di lingkungan sosial. Namun, bagi sebagian orang, istilah tersebut merugikan karena banyak orang mendapatkan sesuatu secara gratis hanya karena mereka diberi label "keistimewaan kecantikan".

Saat mendengar kata ‘standarisasi’, pikiran kita tertuju akan suatu patokan berbentuk penyesuaian atas pedoman yang sudah tetap (standar). Standarisasi yang mencuri perhatian penulis adalah bagaimana standarisasi kecantikan perempuan begitu marak dan membuat penulis sebagai seorang perempuan merasa risih, tidak nyaman, dan ditakutkan akan berdampak kepada kondisi kesehatan mental seseorang.

Hak Istimewa Kecantikan

Sangat signifikan pengaruh standarisasi kecantikan. Banyak perempuan merasa tidak percaya diri dan terus membandingkan diri dengan orang - orang dengan bentuk fisik yang diinginkan atau ukuran badan yang ideal. Akibatnya, mereka mengeluh secara langsung atau melalui sosial media. Sekarang kita juga menggunakan istilah "insecure" untuk menggambarkan rasa tidak puas yang ada di dalam diri kita. Setelah mengetahui bahwa orang lain lebih darinya.

Mengutip judul buku Eka Kurniawan tentang cantik itu luka, sebab yang buruk rupa jauh lebih terluka dan menderita. Kata orang, perempuan jika cantik masalah hidupnya akan 50% lebih mudah. Mudah cari pekerjaan, mudah cari pacar, mudah diterima dengan baik di lingkungannya. Namun terkadang mereka lupa, bahwa mereka hanya melihat fisiknya bukan perjuangannya. Padahal menjadi cantik juga butuh berjuang. Padahal yang cantik juga ingin diperlakukan sama, ingin dianggap pintar, bukan hanya dilihat dari objek seksual atau tas manis yang sebagai penghias. Sama-sama berjuang tapi yang dinilai hanya cantiknya, berasa hidup tapi hanya boneka.

Kecantikan bukan soal pengakuan, kecantikan bukan hanya sekedar fisik dan rupa. Seorang perempuan tentu harus menganggap dirinya cantik, menganggap dirinya mampu, dan menganggap dirinya cerdas. Tanpa harus hal-hal tersebut mendapat pengakuan dari orang lain atau kelompok tertentu. Bukan pengakuan yang seorang perempuan butuhkan dalam menunjukkan eksistensi diri, melainkan bukti dan aksi yang nyata. Kecantikan bukan soal pengakuan, tapi itu soal estetika, dan estetika itu soal etika.

Karena pada hakikatnya, semua perempuan memiliki hak untuk dihargai terhadap apa-apa yang mereka miliki. So, ayo kita saling menghargai diri sendiri, jadilah diri sendiri, tidak usah mengikuti standar kecantikan yang membuat kita tidak nyaman. Cintailah diri kita sendiri, kalau bukan dimulai dari diri sendiri, lalu siapa yang akan menghargai diri kita? Kamu cantik, dengan kesederhanaan yang kamu punya!

Beauty previlige itu nyata, percaya nggak percaya, ibarat gini wir dunia milik si cantik dan si tampan, lu cantik lu punya kuasa, lu pasti diuntungkan asek. Tapi, ingat satu hal ini menjadi cantik itu bukan satu-satunya hal yang penting. Di samping “menjadi cantik”, baik, pintar, ramah, berpendidikan, dan segalanya juga harus diperjuangkan. Jadi tidak buruk jika ingin untuk menjadi cantik. Tapi tidak seharusnya menjadi cantik adalah tujuan utama. Cantik dan sehat juga harus berjalan beriringan.

Fika Nur Aprilia

Biodata Penulis:

Fika Nur Aprilia lahir pada 3 April 2005 di Karanganyar. Saat ini ia aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret.

© Sepenuhnya. All rights reserved.