Kebelet Viral Sampai Lupa Moral: Emang Boleh?

Konten viral sering kali menggambarkan perilaku tidak etis sebagai hal yang dapat diterima atau bahkan diinginkan. Seperti halnya pada konten …
Di zaman yang semakin maju ini siapa sih yang nggak punya media sosial? Saya yakin mayoritas orang memiliki setidaknya satu media sosial. Ada berbagai macam media sosial, contohnya Instagram, Youtube, X, TikTok, dan lain sebagainya.

Munculnya media sosial telah membawa era baru komunikasi dan hiburan. Hal-hal baru terus bermunculan beriringan dengan berkembangnya media sosial. Jika dulu orang bercita-cita sebagai guru, dokter, tentara, maka sekarang berganti menjadi influencer.

Media sosial seperti batu loncatan untuk terkenal. Entah orang biasa atau artis sekalipun. Orang-orang berlomba-lomba membuat konten. Konten yang dibuat pun beragam, asal bisa viral.

Konten viral menjadi ciri khas dari media sosial itu sendiri. Konten viral dapat berisi apa saja, mulai dari meme lucu, lifehack, tutorial masak yang nyeleneh, hingga video yang menyayat hati. Alasan mengapa konten viral yaitu karena dapat menarik perhatian dan emosi orang.

Dampak konten viral sangat besar terhadap perilaku masyarakat. Konten viral memiliki kekuatan untuk membentuk dan menggiring opini, keyakinan, dan sikap masyarakat.

Namun, dampak konten viral terhadap perilaku masyarakat malah memprihatinkan. Hal tersebut tidak hanya berdampak pada penonton konten, akan tetapi juga untuk para pembuat konten. Di mana masyarakat berlomba-lomba untuk membuat konten viral tanpa memperdulikan aspek moral.

Kebelet Viral Sampai Lupa Moral

Konsekuensi konten viral terhadap moral sangat memprihatinkan. Perilaku tidak etis dalam konten viral menjadi hal yang tidak asing lagi.

Konten viral sering kali menggambarkan perilaku tidak etis sebagai hal yang dapat diterima atau bahkan diinginkan. Seperti halnya pada konten viral sebelumnya dimana seorang influencer membagikan sembako yang berisi sampah kepada waria. Driver Ojol membuat prank seolah-olah tertusuk. Cucu yang menyuruh neneknya mandi lumpur.

Adapun orang yang memanfaatkan belas kasih orang lain untuk mengisi kantong pribadi. Kerap kali di saat seseorang mengalami kemalangan bukannya langsung ditolong, orang-orang malah berlomba-lomba untuk mengabadikannya.

Bahkan orang-orang tak segan memfitnah orang lain agar kontennya menjadi viral. Lebih parahnya lagi banyak konten creator yang membuat konten berujung membahayakan diri sendiri. Namun, bukannya dihindari konten seperti itu malah ditiru.

Banyak orang yang hanya FOMO dengan konten yang sedang naik. Tidak peduli konten tersebut aman atau tidak. Tak ayal banyak konten creator yang akhirnya berurusan dengan hukum karena konten yang dibuatnya.

Kebutuhan akan pembuatan konten yang bertanggung jawab sangatlah penting. Pentingnya untuk memilah dan memilih konten seperti apa yang seharusnya dibuat. Tanpa meninggalkan aspek sosial maupun moral. Konten yang dibuat dengan tetap memperhatikan keselamatan diri dan orang lain.

Sebagai penikmat konten pun, masyarakat harus tetap melakukan pengecekan fakta dan verifikasi informasi. Dengan meningkatnya berita palsu dan misinformasi, penting untuk memverifikasi keakuratan konten sebelum membagikannya.

Berita palsu atau hoax dapat berkembang dengan cepat dan menjadi kekhawatiran. Maka dari itu hoax harus cepat ditangani agar tidak menyebabkan kegaduhan.

Untuk menghilangkan konten-konten yang tidak bermoral dan tidak etis dibutuhkan Kerjasama dari berbagai pihak. Platform media sosial memiliki peran dalam mengatur konten viral. Platform harus memiliki kebijakan yang dapat mencegah penyebaran konten berbahaya. Namun terkadang konten creator dapat mencari celah dalam kebijakan tersebut. Maka dari itu para penikmat konten pun jangan ragu untuk mereport konten yang dirasa tidak pantas atau melanggar moral.

Para penikmat konten juga diharapkan untuk memilih kata yang baik saat ingin meninggalkan komentar dalam sebuah postingan. Masyarakat juga memiliki tanggung jawab untuk mempromosikan konten yang positif dan etis.

Penulis: Annida Kharisma
© Sepenuhnya. All rights reserved.