Lebaran: Pulang Kampung Momen yang Dinanti

Lebaran menjadi momen yang bahagia, di mana kita bisa bertemu orang terkasih, dan melepas rindu yang telah lama dipendam karena jarak. Walaupun ...

Dengan latar belakang kedua orang tua yang merantau, pastinya lebaran adalah momen yang paling dinanti. Mudik adalah momen yang melelahkan, namun memiliki kesan tersendiri. Pasalnya mudik dilaksanakan hanya 1 kali dalam setahun, yaitu pada momen Hari Raya Idul Fitri.

Setiap Hari Raya Idul Fitri mudik ke kota Yogyakarta dan kota Kudus adalah hal yang wajib bagi keluarga kami. Yogyakarta, kota dengan segudang cerita dan pengalaman bagi ibu saya. Walaupun ibu saya bukan lahir di Yogyakarta, namun Yogyakarta adalah tempat ibu saya pulang dan bertemu dengan orang tuanya.

Begitu pula dengan kota Kudus. Kudus adalah kota bapak saya lahir dan tumbuh. Kota Kudus juga memiliki banyak cerita dan sebagai tempat pulang dan menaruh bahagia untuk bertemu dan melepas rindu kepada orang tuanya.

Lebaran menjadi momen yang bahagia, di mana kita bisa bertemu orang terkasih, dan melepas rindu yang telah lama dipendam karena jarak. Walaupun hanya bertemu setidaknya 1-2 kali setahun, tetap saja rasanya tidak berbeda. Perasaan ini tetap selalu memiliki ikatan batin yang kuat antar keluarga yang satu dengan yang lain.

Saling bertukar cerita dari setiap kota yang berbeda dengan latar belakang yang berbeda menjadi momen yang dinanti pada saat lebaran. Tak hanya sekedar bertanya kabar, tetapi juga bertanya tentang perjalanan dan perjuangan hidup untuk tetap terus bertahan dan berkembang menjadi lebih baik.

THR (Tunjangan Hari Raya) itu juga adalah satu momen yang sangat menyenangkan bagi saya, terkhusus bagi anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah atau kuliah. Pasalnya di keluarga saya sendiri, THR menjadi tradisi yang tidak pernah ditinggalkan.

Lebaran Pulang Kampung Momen yang Dinanti

Anggota keluarga yang sudah memiliki penghasilan atau dikatakan sudah kerja dan mampu menghidupi dirinya, dirasa sudah mampu untuk memberikan THR bagi saudaranya.

Pada tradisi keluarga saya, THR tidak ada patokan umur, dan perbedaan nominal. Masih kecil maupun sudah kuliah, tetap saja nominal yang diberikan sama. “Gausah ya, kan sudah besar” tidak ada kisah seperti itu di keluarga saya, selagi belum bekerja, berarti kamu akan mendapat THR. 

Opor ayam, sambal goreng ati, sate ayam, pempek ikan itulah makanan yang selalu dihidangkan pada saat lebaran di meja makan. Tidak ada satu makanan pun yang tergantikan ketika lebaran tiba. Mulai dari keluarga inti atau tetangga sekitar rumah yang sudah kami anggap kelurga, pasti menyantap makanan tersebut bersama-sama di ruang keluarga.

Tak heran jika di rumah pasti mulai dari ruang tamu, ruang keluarga hingga dapur semua dipenuhi orang-orang yang sedang menyantap makanan spesial tersebut.

Tak hanya itu, kue-kue kering, seperti nastar, putri salju, kastengel, kue lapis, cookies coklat, dan kue almond selalu tersaji di meja ruang tamu.

Semua anggota keluarga dan tamu-tamu yang hadir juga tidak pernah melewatkan untuk menyicipi kue tersebut. Banyak toples yang berjajar di meja ruang tamu, paling bertahan sekitar 3-4 hari. 

Tak hanya seputar makanan dan THR, sungkeman dan halal bihalal adalah momen yang harus ada dan yang paling penting di Hari Raya Idul Fitri. Bagaimanapun lebaran inilah di mana kita bertemu keluarga besar untuk saling meminta maaf atas kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja untuk membersihkan hati dari iri, dengki, maupun sifat yang negatif.

Mulai dari yang paling tua hingga yang paling muda saling meminta maaf, tidak memandang umur dan derajat semua harus saling memaafkan. Sungkeman ini diharapkan kita mampu menyucikan atau membersihkan hati antar umat muslim.

“Basecamp” ya itulah kata yang bisa digambarkan untuk suasana di rumah mbah saya. Kenapa begitu? Hal ini karena di komplek perumahan tempat mbah saya tinggal, mbah saya adalah orang yang dianggap sebagai orang yang paling tua oleh tetangga dan masyarakat di sana.

Tak heran jika lebaran pada hari pertama, setelah melakukan Salat Id banyak tamu yang hadir di rumah mbah saya. Tak henti-hentinya tamu berdatangan mulai dari keluarga, masyarakat sekitar rumah mbah saya, maupun orang luar yang mengenal mbah saya, semua datang dengan hati suka cita. Bertukar cerita sedih maupun senang, tertawa hingga satu rumah terasa riuh, itulah suasana yang tak tergantikan pada saat momen lebaran tiba.

Bagaimana dengan lebaran kalian? Apakah menyenangkan juga? Atau sebaliknya? Semoga lebaran menjadi momen yang paling membahagiakan bagi kita semua, terkhusus bagi umat muslim. Mohon Maaf Lahir dan Batin untuk kita semua.

Biodata Penulis:

Bintang Aurellia Ardani lahir di Purworejo pada tanggal 14 Februari 2005.

© Sepenuhnya. All rights reserved.