Makan Siang Gratis adalah salah satu program unggulan dari capres dan cawapres Prabowo-Gibran. Sebagaimana kita tahu bahwa pasangan ini unggul jauh dibanding 2 kandidat pasangan lainya, program ini bertujuan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia dan pencegahan stunting anak-anak di Indonesia, anggaran yang disiapkan pemerintah untuk program ini dilansir mencapai 450 triliun pertahun.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah Program Makan Siang Gratis ini akan efektif? Karena jelas ini adalah program yang sangat krusial, yang memakan anggaran yang cukup besar dan teknis yang cukup rumit.
Dari program tersebut banyak hal yang nantinya pasti akan terkorbankan dan hal lain yang mempengaruhi produksi pangan dan lain-lain. Sebagai contoh, jika nantinya program ini berimbas pada kenaikan pajak dan ditariknya subsidi BBM, maka imbas jauhnya juga pada kenaikan bahan pokok pangan. Hal ini jelas sangat merugikan bagi masyarakat Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Airlangga Hartarto, juga menyebutkan sumber anggaran untuk program ini berasal dari relokasi berbagai program yang sudah dijalankan pemerintah saat ini, misalnya saja dengan mengambil dari anggaran biaya pendidikan dan kesehatan. Selain itu, program ini juga sangat rawan dikorupsi karena teknis pelaksanaanya yang tidak mungkin terpantau jelas.
Sejumlah lembaga menyoroti potensi korupsi program ini, diperlukan transparansi dan pelibatan masyarakat untuk mengawasi program ini. Menurut Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies, Bhima Yudhistira, proses pengadaan barang dan jasa di pemerintah saat ini masih rentan dikorupsi, apalagi terhadap program baru yang dikebut dengan skala massif. Ia juga menuturkan untuk mencegah tindak pidana korupsi itu, maka pemerintah harus menyediakan layanan pengaduan langsung dari masyarakat, supaya penyalurannya dapat sesuai dengan patokan menu sesuai rencana. Untuk meredam risiko korupsi pemerintah harusnya melakukan program ini secara bertahap, dimulai dari tingkat kabupaten dengan indicator angka stunting atau gizi buruk yang tinggi.
Program ini juga berpotensi menguntungkan beberapa pihak lain. Dalam bidang politik, Program Makan Siang Gratis ini bisa menjadi alat politik untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat pemilih untuk pemilu selanjutnya.
Ditinjau dari bidang ekonomi, program ini berpeluang meningkatkan korupsi dan inflasi. Dalam pelaksanaannya, Program Makan Siang Gratis membuka banyak celah masalah.
Pertama, dalam pendataan. Secara statistik, data penerima mungkin dapat diperoleh dari sekolah dan puskesmas, tetapi perlu ada pembaruan data setiap tahun. Celah ketidaksesuaian data ini bisa digunakan oknum-oknum tertentu untuk mencari keuntungan sehingga sasaran program tidak sesuai dengan target seharusnya.
Kedua, terbuka kemungkinan penyimpangan dalam pelaksanaannya, tidak hanya di level pusat, tetapi juga di level akar rumput. Kongkalikong antara oknum pejabat dan pelaku usaha, seperti pebisnis katering dan susu, untuk memenangi tender dalam pengadaan Makan Siang Gratis ini dimungkinkan terjadi.
Ketiga, program ini juga menimbulkan efek bola salju dalam hal efisiensi monitoring dan manajemen. Jika dari awal tidak ada peraturan petunjuk teknis yang jelas dan rinci dari pemerintah pusat, ada kemungkinan akan timbul cara pandang yang berbeda-beda dalam menentukan mekanisme penyaluran bantuan.
Namun di sisi lain, program ini dapat meningkatkan gizi Sumber Daya Manusia di Indonesia adalah nantinya membuka lowongan pekerjaan yang sangat banyak sebagai Tenaga Kerja Program Makan Siang Gratis dan juga menguntungkan para UMKM pengusaha catering serta para peternak susu sapi. Perlu perhatian khusus karena natinya makanan dan susu yang dihidangkan harus memakai produk lokal.
Sejumlah negara juga sudah menyelenggarakan Program Makan Gratis untuk Anak Sekolah, program yang kerap bernama Lunch atau Meal Program for School ini sudah diterapkan di India, sejumlah negara bagian di Amerika serikat, Inggris, Brasil, Estonia, Finlandia, dan beberapa negara di Afrika.
Betapa pentingnya gizi bagi anak sekolah mendorong sejumlah negara menggagas program bernama School Meals Coalition dalam acara UN Food system summit 2021.
Riset kesehatan dasar 2018 menunjukkan masalah gizi pada anak usia sekolah yang umum ditemukan antara lain adalah pendek, kurus, kegemukan, obesitas dan anemia. Masalah gizi utama di Indonesia terdiri dari masalah gizi pokok yaitu kekurangan energi protein, kekurangan vitamin A, gangguan akibat kekurangan yodium, dan anemia gizi besi.
Selain gizi lebih, Indonesia sekarang mengalami 2 masalah gizi sekaligus atau lebih dikenal dengan masalah gizi ganda. Penyebab dari masalah gizi sangat beragam, mulai dari asupan makanan yang tidak seimbang, diare, kemiskinan, kurangnya pengetahuan, hingga gangguan pencernaan.
Dari data di atas memang sangat perlu adanya penanggulangan masalah gizi di Indonesia, khususnya untuk anak kecil, di mana masih banyak masyarakat menengah ke bawah yang sangat memerlukan bantuan seperti ini. Jika terus dibiarkan bukan tidak mungkin ke depannya banyak Sumber Daya Manusia di Indonesia yang mengalami gizi buruk dan stunting.
Kesimpulannya adalah program ini memang sangat penting demi kemajuan SDM di Indonesia namun masih memperlukan riset panjang untuk menutup celah-celah yang menjadi potensi ketidakstabilan, dan dalam pelaksanaanya diperlukan pengawasan khusus agar tidak dimanfaatkan oleh oknum oknum tidak bertanggung jawab.
Biodata Penulis:
Faqih Ramadhani lahir pada tanggal 6 Oktober 2005 di Bekasi.
