Self-Care Mahasiswa: Benaran Butuh atau Cuma Tren Sementara?

Self-care bukan hanya sebatas aktivitas merawat tubuh secara fisik, tapi juga menjaga kesehatan mental dan emosional. Setiap aspek ini perlu ...

Halo, Sob! Sini deh, kita ngobrol bentar. Di tengah arus perkembangan teknologi yang semakin pesat, gaya hidup anak muda pun turut mengalami transformasi. Gencarnya kehadiran jejaring sosial, konten-konten seputar kehidupan mahasiswa juga semakin menjamur, kan? Misalnya, konten-konten seperti “Daily Routine as Mahasiswa Semester 2”, “A Day in My Life Edisi Libur Ngampus”, dan sejenisnya.

Self-care, istilah ini mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita. Banyak konten mengenai self-care berseliweran di dunia maya. Sebagian orang melihat konten-konten tersebut hanya sebagai dorongan mereka untuk melakukan hal yang sama agar tidak ketinggalan  tren atau “FOMO”.

Namun, ada juga yang awalnya mencoba melakukan self-care karena merasa tertarik, kemudian mulai menetapkan tujuan untuk upgrade diri menjadi individu yang lebih baik. Terkadang, topik ini menjadi perbincangan hangat di kalangan mahasiswa.

Nah, apakah self-care benar-benar penting bagi kita sebagai mahasiswa, atau kita hanya mengikuti arus yang ada? Atau bahkan, apakah ini hanyalah tren yang akan berlalu begitu saja?

Self-care bukan hanya sebatas aktivitas merawat tubuh secara fisik, tapi juga menjaga kesehatan mental dan emosional. Setiap aspek ini perlu dipenuhi kebutuhannya agar diri bisa menjadi pribadi yang seimbang. Kapabilitas diri, nantinya juga dapat berkembang secara optimal.

Self-Care Mahasiswa
sumber: kibrispdr.org

Namun, sayangnya, beberapa orang menganggap bahwa perilaku self-care adalah suatu bentuk keegoisan seseorang. Padahal, memprioritaskan diri sendiri bukanlah hal yang egois, karena diri sendiri pun harus dirawat dan dipedulikan.

Self-care mencerminkan tindakan kita menjaga diri sendiri pada tingkat yang paling mendasar. Misalnya kegiatan sederhana seperti istirahat yang cukup, menjaga pola makan, olahraga, atau sekadar menyisihkan waktu untuk melakukan hal-hal yang kita suka.

Selain itu, bisa juga melibatkan perawatan mental dan emosional seperti berani berkata “tidak” atau menolak permintaan orang lain. Bukan berarti tidak peduli, tapi kita perlu penegasan bahwa setiap orang memiliki kapasitas waktu dan energi masing-masing.

Tak bisa dipungkiri, kehidupan mahasiswa tidak pernah sepi dari tekanan, ya, Sob. Mulai dari tumpukan tugas kuliah, praktikum, presentasi, organisasi, bahkan mengerjakan laporan praktikum yang katanya pusing setengah mampus. Banyaknya rutinitas ini sering kali menjadi pemicu masalah kesehatan fisik, bahkan burnout. Ada kok yang pembawaannya terlihat tenang, padahal pikirannya carut-marut. Nah, self-care ini bisa membantu kita untuk mengatasi semua itu, lho.

1. Mengurangi Stres

Salah satu manfaat melakukan self-care adalah membantu mengurangi stres. Self-care tidak selalu berupa hal besar yang butuh biaya. Dengan melakukan kegiatan seperti tidur cukup, makan sehat, olahraga, atau melakukan hobi yang menyenangkan, dapat mengurangi rasa jenuh dan beban yang dirasakan.

Selain itu, mahasiswa dapat merasa lebih semangat untuk menjalani hari-hari mereka, meningkatkan mood, dan mampu memperkuat afirmasi diri ke arah positif, yang kemudian berdampak positif bagi orang lain. 

2. Lebih Produktif

Faktanya, dalam jangka panjang, self-care mampu membuat kita menjadi lebih produktif. Apabila rutin dalam merawat diri, kita dapat mengembalikan energi, meningkatkan konsentrasi, mengeksplorasi minat, serta merangsang kemampuan kreativitas.

Hal ini membantu kita menjadi lebih efisien dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Selain itu, self-care juga mampu membuat kita untuk semakin mengenali diri sendiri.

3. Merilekskan Diri

Self-care dapat dilakukan dengan berbagai cara. Semua tergantung pada bagaimana cara kita memperhatikan diri kita sendiri. Sebagai mahasiswa, untuk melakukan serangkaian kegiatan merawat diri, bisa dimulai dari hal terkecil.

Misalnya, menonton film setelah lelah belajar, menyantap makanan favorit di akhir pekan, hingga melakukan self reward sebagai bentuk apresiasi atas apa yang telah kita capai. Cari waktu luang di mana kita bisa fokus pada diri sendiri tanpa adanya gangguan dari hal lain. Hal ini merupakan sebuah upaya untuk memberikan perhatian yang layak kepada diri sendiri.

4. Menjaga Kesehatan Mental

Meluangkan waktu untuk merawat diri sendiri dan memahami kebutuhan mental, kita dapat secara efektif meningkatkan kesehatan mental kita. Ini karena dengan self-care, kita dapat mengeksplorasi dan memahami perasaan kita dengan lebih baik. Sehingga, kita mampu untuk mengontrol emosi, mengurangi pemikiran negatif, dan mengurangi tekanan yang mungkin saja memicu munculnya pikiran negatif.

Jadi, Sob, self-care bagi sebagian orang mungkin terlihat sepele. Tapi ternyata, merawat diri merupakan aspek penting dari manajemen stres. Self-care merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan rasa peduli terhadap diri sendiri. Meski terkadang hanya terpengaruh oleh arus tren sosial, yang terpenting setiap mahasiswa perlu pemahaman yang lebih dalam akan kebutuhan dan kapasitas diri mereka masing-masing. 

Diri sendiri yang harus tahu kapan harus melakukan istirahat untuk menghindari kelelahan, kapan harus mengatur batasan untuk menjaga keseimbangan hidup, dan kapan harus menghindari situasi atau orang yang berpotensi merugikan. Hidup tidak berhenti. Kita perlu melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup, menjadwalkan istirahat, dan mengendalikan kesehatan mental kita.

Jadi, tertarik tidak, Sob, untuk melakukan self-care?

Biodata Penulis:

Ammara Khairunisa saat ini aktif sebagai mahasiswa, program studi Agribisnis, di Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

© Sepenuhnya. All rights reserved.