Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Dayeuhkolot - Baleendah: Wilayah Langganan Banjir Tahunan

Secara geografis, Dayeuhkolot berada pada titik terendah Cekungan Bandung. Sehingga sudah menjadi rahasia umum bahwa wilayah-wilayah tersebut rawan ..

Hujan merupakan suatu fenomena alam yang menjadi sebuah berkah bagi sebagian kalangan. Saat hujan turun, lingkungan sekitar menjadi terasa begitu segar, kekeringan segera menghilang, dan ketenangan dapat terasa saat menghirup aroma khas hujan. Namun, turunnya hujan justru menjadi sebuah bencana bagi sebagian kalangan, termasuk warga-warga yang tinggal di daerah Dayeuhkolot - Baleendah.

Saat musim hujan tiba atau saat hujan turun dengan intensitas yang sangat tinggi, warga di daerah tersebut menjadi resah dan berharap agar banjir tidak datang. Wilayah ini terletak di antara pertemuan Sungai Citarum dan Sungai Cikapundung.

Secara geografis, Dayeuhkolot berada pada titik terendah Cekungan Bandung. Sehingga sudah menjadi rahasia umum bahwa wilayah-wilayah tersebut rawan bencana banjir saat musim hujan tiba karena hujan dengan intensitas yang tinggi serta luapan air dari sungai.

Banjir semakin parah akibat perubahan penggunaan fungsi lahan yang signifikan di Daerah Aliran Sungai Citarum. Luas hutan lindung menjadi semakin berkurang dan digantikan oleh pemukiman. Pertumbuhan industri yang tidak ramah lingkungan, industri-industri ini membuang limbahnya ke sungai dan penggunaan air tanah juga berkontribusi terhadap ancaman banjir. Begitu pun dengan pola pembangunan di wilayah-wilayah ini yang tidak teratur. Sikap dan kebiasaan masyarakat juga menjadi salah satu penyebab terjadinya bencana banjir.

Wilayah Langganan Banjir Tahunan

Sebagian warga kurang peduli terhadap perlindungan lingkungan dan kurang sadar dalam menaati peraturan serta menjaga kebersihan lingkungan, warga juga cenderung mengandalkan bantuan dari pemerintah. Faktor lainnya adalah dari pihak pemerintah yang kurang koordinasi antarlembaga pemerintah, terbatasnya dana pemerintah, lemahnya penegakan hukum, dan peraturan pemerintah yang juga masih sangat terbatas.

Banjir menimbulkan kerugian yang cukup besar di wilayah Bandung Selatan. Kerusakan bangunan dan terhentinya aktivitas perekonomian merupakan dampak-dampak yang dirasakan oleh warga sekitar dari terjadinya bencana ini. Banjir biasanya memiliki ketinggian genangan air sekitar 20 sampai 120 sentimeter. Sehingga rumah-rumah warga sekitar terendam air, membuat warga harus selalu bersiap dalam mengamankan berkas-berkas dan barang yang berharga lalu meninggalkan rumahnya untuk mengungsi. Mobilisasi warga dari rumahnya ke tempat pengungsian yang terkadang ditempuh dengan berjalan kaki jika permukaan air tidak terlalu tinggi, namun jika permukaan airnya tinggi biasanya warga menggunakan perahu.

Bencana banjir ini pun dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang mungkin akan diderita, di antaranya penyakit kulit yang disebabkan oleh kontak langsung kulit dengan air yang dipenuhi dengan bakteri, chikungunya dan/atau demam berdarah yang disebabkan oleh genangan air yang memudahkan perkembangbiakan nyamuk, muntah dan diare yang disebabkan oleh makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh air banjir, dan berbagai penyakit lainnya yang dapat diderita warga sekitar saat banjir menyerang.

Bencana ini juga dapat melumpuhkan beberapa akses jalan raya, memutus akses jalan sehingga menyulitkan warga sekitar untuk beraktivitas. Beberapa ruas jalan raya yang terendam air ini menyebabkan antrean kendaraan memanjang di sekitar Jalan Raya Dayeuhkolot dan Baleendah. 

Solusi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi bencana banjir tahunan di Dayeuhkolot - Baleendah ini dapat dilakukan dengan berbagai cara.

Solusi yang pertama adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan dan mengedukasi masyarakat mengenai penanggulangan banjir supaya masyarakat memiliki pandangan yang sama dengan pemerintah untuk bersama-sama menanggulangi bencana banjir ini.

Selanjutnya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menyelesaikan pembangunan Kolam Retensi Andir dan empat polder untuk mengurangi risiko banjir di Kawasan Bandung Selatan. Kolam Retensi dan empat polder ini dibangun sebagai penampungan pengendali banjir tambahan. Sebelumnya, Kementerian PUPR juga telah menyelesaikan Terowongan Nanjung, Sodetan Cisangkuy, dan Kolam Retensi Cieunteung. Kolam Retensi Andir dirancang dan dibangun untuk menampung 160.000 meter kubik air banjir. Air banjir yang biasanya menggenangi wilayah Dayeuhkolot dan Baleendah nantinya dapat ditampung di kolam retensi itu, dan dipompa ke sungai setelah aliran kembali normal. Kolam Retensi Andir dibangun dengan luas daerah tangkapan air 149 hektar dan dilengkapi tiga unit pompa berkapasitas 500 liter per detik.

Selain itu, empat polder juga sudah dibangun sehingga banjir tidak berlangsung lama. Solusi selanjutnya adalah melakukan penanaman pohon. Hal ini dapat dicapai dengan menciptakan ruang terbuka hijau seperti di bantaran sungai, hutan kota, taman dan kawasan permukiman.

Pelaksanaan reboisasi dan penghijauan ini harus dilakukan secara sinergis antara pemerintah dan masyarakat, sehingga kegiatan tersebut tidak hanya berhenti pada tahap penanaman saja tetapi juga pemeliharaannya. Solusi-solusi tersebut memerlukan kerja sama yang baik antara pihak pemerintah dengan masyarakat agar permasalahan lingkungan ini dapat diatasi dengan baik.

Rahmadiani Zein

Biodata Singkat:

Rahmadiani Zein lahir pada tanggal 12 Desember 2003. Saat ini ia aktif sebagai mahasiswi, Fakultas Ilmu Budaya, di Universitas Padjadjaran.

© Sepenuhnya. All rights reserved.