Kasus Penganiayaan Orang Tua Terulang: Bukti Didikan dan Lingkungan Anak Itu Penting

Yang terbaru adalah kasus seorang anak di Aceh yang menganiaya ibunya sendiri karena tidak dibelikan sepeda motor. Anak tersebut mengamuk dan ...

Orang tua adalah orang yang telah merawat kita sedari kita masih berada di dalam rahim. Mereka merawat anak-anak mereka dengan sepenuh hati tanpa sedikitpun berharap imbalan.

Namun, terkadang dalam perjalanan orang tua merawat anaknya ada saja problematika-problematika di dalamnya. Mulai dari anak yang susah dibilangi, biaya merawat anak yang tidak sedikit, dan masih banyak lagi.

Meski sudah melakukan semua yang mereka bisa, masih saja ada kasus-kasus naif dan sepele yang harus menyeret mereka. Bukan sebagai pelaku, melainkan sebagai korban. Kasus tersebut adalah kasus penganiayaan orang tua oleh anaknya sendiri.

Kenapa saya bilang kasus tersebut naif dan sepele? Karena kasus ini bahkan tidak dibenarkan oleh anak SD sekalipun. Orang tua adalah orang yang berusaha mati-matian untuk membesarkan anaknya. Meski sudah begitu, masih ada saja anak-anak yang menjadi pelaku di kasus di atas yang dengan sadar menganiaya orang yang sudah membesarkan mereka.

Motifnya pun sepele, ada yang karena minta motor dan ada juga yang karena berbeda pilihan capres. Padahal tidak ada satu hal pun yang membuat seorang anak berhak menganiaya seperti itu.

Yang terbaru adalah kasus seorang anak di Aceh yang menganiaya ibunya sendiri karena tidak dibelikan sepeda motor. Anak tersebut mengamuk dan melakukan kekerasan kepada ibunya sendiri setelah ibunya menolak membelikannya motor.

Kasus ini tentu bukan pertama kalinya terjadi. Sebelumnya masih banyak rentetan kasus penganiayaan kepada orang tua yang dilakukan oleh anaknya sendiri. Tentu kasus-kasus tersebut harus dijadikan pelajaran bagi anak agar tidak terulang kembali.

Kasus Penganiayaan Orang Tua Terulang

Bukan hanya untuk anak, tapi juga untuk orang tua di luar sana. Orang yang pertama mengajarkan sesuatu kepada anak adalah orang tua. Jadi bagaimana kepribadian anak itu bergantung kepada orang tua mereka masing-masing.

Kasus-kasus di aatas mengajarkan kita betapa pentingnya parenting yang bagus bagi anak. Terkadang bertindak tegas itu perlu, agar anak memiliki rasa hormat yang tinggi kepada orang tua dan menyadari kedudukan orang tua di dalam keluarga. Bukan malah seenaknya sendiri dan melakukan hal-hal bodoh bahkan sampai menganiaya.

Selain cara mendidik anak, orang tua juga harus mencontohkan hal-hal yang baik kepada anaknya. Jika orang tua tidak memberikan contoh yang baik, maka didikannya juga tidak akan berhasil. Bagaimana tidak, anak sehari-hari tinggal bersama orang tua, secara tidak langsung mereka akan melihat semua yang sikap dan kepribadian orang tua dan secara tidak sadar akan mencontohnya.

Selain orang tua, lingkungan anak juga mengambil peran yang sentral dari kasus-kasus di atas. Anak hanya tinggal penuh bersama orang tua selama 3-4 tahun saja. Sisanya mereka menghabiskan waktu berjam-jam di sekolah serta keluar untuk bermain bersama teman-teman sebayanya. Dari situ anak akan membentuk kepribadian barunya, sesuai dengan lingkungannya masing-masing.

Pada situasi ini, anak dan orang tua harus bisa sama-sama menjalankan tugas mereka dengan baik. Anaka harus pintar-pintar dalam memilih lingkungan dan menuruti apa kata orang tua mereka. Sedangkan orang tua harus cerdik dalam memantau anak mereka. Karena menjadi orang tua yang over protective juga tidak bisa dibenarkan.

Pada kasus di atas, ada dua kemungkinan yang menjadi faktor penentu mengapa anak menganiaya orang tua mereka sendiri. Yang pertama adalah cara orang tua mendidik anaknya yang tidak benar dan yang kedua adalah anaknya tidak berada dalam lingkungan yang baik.

Cara orang tua mendidik seharusnya jangan terlalu memanjakan anak. Tentu semua orang tua akan memberikan semua yang mereka bisa kepada anaknya. Tapi semua itu harus seimbang dengan kebutuhan dan kemampuan mereka. Harus benar-benar dipikirkan mana yang perlu dipenuhi dan mana yang tidak.

Sering sekali orang tua memaksakan memenuhi kemauan anak yang sebenarnya anak tersebut tidak butuhkan. Yang lebih parah lagi adalah ketika orang tua memaksakan memenuhi kemauan tersebut meskipun sebenarnya mereka tidak mampu. Perlakuan ini yang membuat anak tidak lagi menghormati orang tua mereka karena beranggapan memenuhi kemauan mereka adalah kewajiban orang tua, padahal bukan.

Namun di sini orang tua bukan menjadi orang yang salah. Karena sebenarnya tujuan mereka baik dan yang mereka lakukan juga sebenarnya tidak salah. Yang sepenuhnya salah adalah anak.

Mengapa demikian? Pertama, orang tua bukanlah tukang sihir. Mereka tidak mungkin bisa membuat anak itu baik ketika anaknya sendiri tidak mau. Kesadaran anak menjadi kunci di sini.

Anak terkadang sering lupa diri bahwa hidupnya sangat bergantung kepada orang tua mereka. Banyak dari mereka tidak berpikir panjang dengan apa yang mereka lakukan, tidak seperti orang tua mereka. Semua didikan orang tua itu sudah baik, selama yang diajarkan adalah hal-hal baik.

Tentu anak dan orang tua harus bisa menjalankan tugas mereka masing-masing dengan baik. Tujuannya agar kasus anak menganiaya orang tua atau orang tua menganiaya anak tidak lagi terulang di masa depan. Kasus-kasus seperti ini harus dijadikan pelajaran, bukan malah diulang.

Sebenarnya tulisan ini saya tujukan kepada diri saya sendiri. Sebagai seorang anak, saya belum bisa memberikan apa yang orang tua saya impikan dan belum bisa menjadi anak yang berbakti. Dari artikel ini semoga kita semua bisa belajar tentang betapa pentingnya sika hormat kepada orang tua. Semoga kasus-kasus seperti ini tidak terulang kembali di masa yang akan datang.

Fadil Nursami

Biodata Penulis:

Fadil Nursami, lahir di Sukoharjo pada 4 Agustus 2005. Saat ini sedang berkuliah di Universitas Negeri Sebelas Maret Prodi Ilmu Lingkungan, serta aktif di dalam beberapa organisasi di dalamnya.

© Sepenuhnya. All rights reserved.