Puisi: Pada Matahari Tumpah Ratap (Karya I Gusti Putu Bawa Samar Gantang)

Puisi "Pada Matahari Tumpah Ratap" karya I Gusti Putu Bawa Samar Gantang mengajak pembaca untuk merenung tentang berbagai aspek kehidupan dan alam ...

Pada Matahari Tumpah Ratap


pada matahari tumpah ratap
bertuba debu terbakar darah

rindu rumput rindu beku
ditelan kabut senyap kelabu
mengendap pucuk cemara
menyilang angin senja

o matahari jauhkan rimba
dari lulung muat srigala
belahlah waktu jangan rimba dewataku
yang telanjang dalam warna kelabu
biarkan jalak menapis senja
biarkan dupa menina bobok dewa-dewa
sampai ke surga

o matahari jangan mabukkan rimba
aku tak percaya
pada bir di pelaminan

o matahari jangan koyak langit senja
demi rimbaku lestari dalam cahaya
wangi bunga

Analisis Puisi:

Puisi "Pada Matahari Tumpah Ratap" karya I Gusti Putu Bawa Samar Gantang adalah sebuah karya yang sarat dengan gambaran alam dan pemikiran filosofis tentang hubungan antara manusia, alam, dan keberadaan. Dengan penggunaan bahasa yang kaya akan imaji dan metafora, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang berbagai aspek kehidupan dan alam semesta.

Matahari sebagai Sentral

Matahari merupakan pusat perhatian dalam puisi ini, sering kali dianggap sebagai simbol kehidupan, kekuatan, dan keagungan alam semesta. Penggunaan "matahari" dalam puisi ini juga dapat melambangkan kekuatan spiritual atau keabadian.

Gambaran Alam

Puisi ini memperlihatkan berbagai gambaran alam yang kuat dan mendalam, seperti "rumput," "kabut senyap kelabu," dan "pucuk cemara." Gambaran-gambaran ini menghadirkan atmosfer yang kaya dan memperdalam pengalaman pembaca terhadap puisi.

Rimba dan Keberadaan Manusia

Penggunaan kata "rimba" mencerminkan alam liar dan keberadaan manusia di dalamnya. Puisi ini menggambarkan hubungan manusia dengan alam yang kompleks, di mana manusia dihadapkan pada kekuatan alam yang besar dan mempesona.

Filosofi tentang Kehidupan dan Kematian

Puisi ini juga mengandung unsur filosofis tentang kehidupan dan kematian, terutama dalam penggambaran "senja" yang dapat melambangkan akhir dari sebuah siklus atau keberlangsungan kehidupan.

Penghormatan terhadap Alam

Puisi ini mengekspresikan penghormatan terhadap keindahan alam dan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem. Pesan tentang menjaga "rimba lestari dalam cahaya" mencerminkan kesadaran akan pentingnya pelestarian alam bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk lainnya.

Puisi "Pada Matahari Tumpah Ratap" adalah sebuah karya yang memikat dengan gambaran alam yang kuat dan filosofis tentang kehidupan, alam semesta, dan keberadaan manusia di dalamnya. Dengan bahasa yang kaya dan penuh dengan imaji, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang hubungan yang kompleks antara manusia dan alam serta pentingnya menjaga keharmonisan alam untuk keberlangsungan hidup.

Puisi
Puisi: Pada Matahari Tumpah Ratap
Karya: I Gusti Putu Bawa Samar Gantang

Biodata I Gusti Putu Bawa Samar Gantang:
  • I Gusti Putu Bawa Samar Gantang lahir pada tanggal 27 September 1949 di Tabanan, Bali.
© Sepenuhnya. All rights reserved.