Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Bergulat dalam Pikiran di Jam 00.00

Di saat kita sedih, apapun yang kita lakukan terasa hambar. Kita tidak bisa melakukan apapun dengan ringan selain merasa sedih dan kecewa.

Setelah beraktivitas seharian, malam hari merupakan waktu yang tepat untuk melepas penat. Menjelang waktu tidur, biasanya kita akan berpikir ulang terkait dengan kegiatan yang telah kita lakukan seharian ini. Semuanya terekam dengan jelas dan terngiang-ngiang terus di kepala. Tak jarang pula, kita memikirkan suatu hal yang seharusnya dapat kita lakukan lebih baik tadi atau tentang pikiran dan ketakutan terkait hari esok yang tak kunjung berhenti. Semuanya berkecamuk dalam pikiran, bak suara kerumunan banyak orang yang saling bersaut-sautan. Tentu, semua suara itu sangat mengganggu dan membuat tidur kita terasa sangat sulit. Badan sudah remuk dihantam kegiatan fisik seharian, namun mata tak kunjung juga terlelap. Memang banyak sekali persoalan dalam hidup yang kita khawatirkan ke depannya. Pada jam 00 inilah, seluruh kegelisahan dan kekacauan manusia ditumpahruahkan dalam benang kusut bernama pikiran. Ia menjadi saksi dari segala macam bentuk kekhawatiran pemiliknya. Tentang kekhawatiran kita di masa depan. Tentang banyaknya ekspektasi dan harapan-harapan orang lain yang dibebankan kepada kita. Bisa tidak ya, kita melakukan ini dengan baik? Bisa tidak ya, kita membahagiakan orang lain di sekitar kita? Atau mungkin masih ada yang terperangkap dalam pikiran masa lalu yang tidak dapat kita ulangi lagi, seperti kenapa masa-masa indah pada waktu itu sudah tidak dapat lagi kita temui di hari ini?

Bergulat dalam Pikiran di Jam 00.00

Hidup ternyata segila ini, ya. Di saat siang hari, kita dapat dengan mudahnya tertawa lepas. Namun, saat malam datang menghampiri, semuanya dapat berubah begitu cepat hingga membuat diri kita jatuh dan hancur. Semuanya seolah-olah terasa, hanya kamu manusia di dunia ini yang paling tidak beruntung. Tapi bukannya seharusnya, kita menyadari sejak awal, ya? Bahwa dunia tidak bekerja sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Hari-hari beratmu, pikiran buruk yang selalu datang menghampirimu. Pasti lelah, kan? Pasti capai sekali menghadapi semuanya sendiri. Orang lain hanya tahu kamu baik-baik saja. Mereka sering kali melihatmu tertawa dan tersenyum. Mereka tidak pernah tahu rasa sakit dan bagaimana lelahmu di hari itu. Banyak rasa sakit yang pada akhirnya, hanya dapat kita pendam semuanya sendiri. Di saat kita sedih, apapun yang kita lakukan terasa hambar. Kita tidak bisa melakukan apapun dengan ringan selain merasa sedih dan kecewa. Kecewa dengan banyak hal, keadaan, orang lain, bahkan mungkin barangkali kecewa dengan diri sendiri. Selalu ada hal yang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Selalu ada hal yang membuat kita ingin berhenti dan menyerah. Namun, itu semua bukan tentang sebuah alasan yang membuat kita patah.

Harriet Beecher Stowe pernah berkata: "Saat kita merasa ingin menyerah, ingatlah bahwa setiap langkah kecil membawa kita lebih dekat ke tujuan kita."

Jadi, cobalah untuk meyakinkan dirimu bahwa semua ini hanyalah sementara. Maksudnya sementara adalah, mungkin kalian yang sedang berada di perasaan sedih, kecewa, atau dikhianati dan merasa berjuang sendiri, pasti semua itu ada masa berakhirnya. Ingatlah selalu bahwa, waktu akan terus berjalan dan kalian nantinya akan baik-baik saja. Iya, memang kata ‘nanti akan baik-baik saja’ itu tidak semudah yang kita bayangkan. Terkadang, pikiran-pikiran itu datang dengan mudahnya dan sampai sekarang mungkin masih belum menemukan jalan keluarnya. Akan tetapi, sekeras apapun kalian meminta bantuan kepada orang lain, pada akhirnya hanya diri kita sendiri yang mampu menenangkan. Mengharapkan orang lain untuk datang ke sini, itu hanya akan menambah ekspektasi dan membuat kita terluka kembali. Mungkin hari esok juga belum tentu akan seburuk itu. Jadi, mari kita hadapi pelan-pelan bersama, ya. Belajar kecewa, belajar melewati perasaan yang tidak nyaman ini, biar hati kita semakin lapang dan semakin besar. Jadi, jika ada hal-hal yang kurang, kita bisa menerima dengan lebih ringan. Iya, sedih memang, melewati masa-masa sulit sendirian tanpa bantuan dari siapapun. Tetapi, siapa lagi kalau bukan diri kita sendiri? Orang-orang akan pergi dan tidak ada yang selamanya di sini. Melalui jam 00 ini, tidak selamanya buruk, kok. Kita bisa berterima kasih dan menerima baik-buruknya diri kita yang sudah melalui badai kehidupan.

Maaf ya, terkadang aku masih ragu. Maaf ya, aku masih belum seberani itu. Terkadang, aku juga masih sering kali merasa takut untuk melangkah. Akan tetapi, terima kasih ya. Terima kasih sudah mengerti dan menerima apa yang belum mampu aku pahami. Terima kasih ya, sudah merespons segala hal baik dan buruk dalam diriku dengan air mata yang begitu memesona. Aku tahu ini bukanlah hal yang mudah, namun aku akan terus mencoba dan belajar dalam menyikapi segala hal. Bagi kalian yang merasa di fase ini, kalian nggak sendirian, kok. Kita berjuang sama-sama, ya? Peluk erat diri kamu dan jangan lupa sampaikan ke diri kamu, bahwa kamu sudah bertahan sejauh ini. Mari melangkah ke depan dengan pasti dan menjadi lebih baik setiap hari. Setelah ini, istirahat yang cukup ya. Besok kita kerja sama lagi dengan semangat dan berani. Semoga malam ini, kalian bisa tidur dengan nyenyak dan segera mendapatkan kabar baik yang selalu kita tunggu setiap hari.

Khofifah Najwa Mumayyizah
Biodata Penulis:

Khofifah Najwa Mumayyizah, lahir pada tanggal 5 April 2006 di Karanganyar, saat ini aktif sebagai mahasiswa di Politeknik Kesehatan Surakarta, jurusan D4-Keperawatan.

© Sepenuhnya. All rights reserved.