Pada era sekarang ini banyak anak remaja yang mengalami mental disorder. Masa remaja adalah masa-masa pencarian jati diri dimulai. Dalam hal ini para remaja sangat membutuhkan peran orang tuanya sebab mereka akan menghadapi banyak problematika dalam kehidupannya. Para remaja membutuhkan bimbingan orang tuanya untuk menghadapi masalah-masalah yang muncul di kehidupannya. Akan tetapi orang tua terkadang tidak tahu masalah apa yang sedang anak-anaknya alami karena para remaja ini tidak mau menceritakan masalah yang mereka alami kepada orang tua tetapi para remaja lebih nyaman dan berani bercerita kepada teman sebayanya. Kira-kira kenapa ya bisa terjadi seperti itu? Mari kita bahas satu persatu.
Mari kita lihat dari perspektif anak remaja. Pada beberapa kasus, anak remaja tidak mau bercerita tentang hal yang dialaminya kepada orang tuanya karena mereka merasa tidak didengar atau hanya diabaikan saja. Ya, terkadang ada anak yang sudah berani menurunkan gengsinya dan mau bercerita kepada orang tuanya tetapi mereka diabaikan. “Udah nggak usah cengeng cuma gitu doang, dulu Mama lebih parah, dulu Papa lebih parah”. Itulah yang mereka dengar saat mereka bercerita, memang tidak semua orang tua seperti itu akan tetapi beberapa anak mengalaminya. Ada juga yang sudah memberanikan diri untuk bercerita tetapi dijudge atau dikritik habis-habisan oleh orang tuanya. “Makannya jadi orang itu yang bener, itu mah kamu yang salah, nggak usah nyalahin orang lain.” Ya, terkadang itulah hal yang terucap saat para orang tua mengkritik anaknya, hal ini bisa mempengaruhi kepercayaan diri dan kepercayaan para remaja kepada orang tuanya.
Selain itu ada juga faktor lain yang menyebabkan anak tidak mau bercerita kepada orang tuanya, yaitu kedua orang tua yang sibuk bekerja. Terkadang para remaja tidak mau berbagi permasalahannya dan menceritakan apa yang sedang mereka alami kepada orang tua karena takut mengganggu waktu istirahat orang tua. Terkadang para orang tua yang bekerja juga sering lupa untuk meluangkan waktunya untuk anak mereka. Saat mereka ingin berbicara saja terkadang hanya diabaikan hanya karena alasan capai “Nanti dulu lah Kak, Mama capek. Nanti dulu lah Kak, Papa baru pulang, capek”. Bukannya mendengarkan keluh-kesah anak, mendengarkan permasalahan anak juga termasuk tanggung jawab orang tua? Hal ini dapat menyebabkan terbentuknya jarak antara orang tua dengan anak. Faktor ini merupakan faktor yang sering terjadi dibanding dengan faktor-faktor yang lain.
Hal-hal di atas memiliki dampak yang besar bagi para remaja. Para remaja yang permasalahan hidupnya tidak didengar ini akan merasa terabaikan sehingga terkadang mereka mencari perhatian orang lain dengan melakukan kenakalan remaja. Bahkan tak banyak juga yang merasa dirinya tidak berguna dan selalu salah di mata orang yang membuat mereka merasa minder bahkan melakukan self harm dan yang paling parah memiliki pikiran untuk mengakhiri hidupnya. Jika sudah terjadi seperti ini dan orang tua baru mengetahuinya, banyak orang tua yang malah menyalahkan anaknya “Kamu tuh kalo ada apa-apa cerita sama mama, cerita sama papa, kak” tapi kenyataannya sebelum orang tua mengetahui anaknya memiliki mental disorder, apakah mereka mau mendengarkan cerita mereka?
Sebagai orang tua yang baik seharusnya mereka bisa lebih memperhatikan tentang perilaku anak-anaknya dan mau mendengarkan apa yang mereka rasakan. Mereka membutuhkan arahan untuk hidup di dunia ini, jika bukan orang tua siapa lagi yang bisa menuntun mereka? Para remaja masih membutuhkan perhatian dari orang tuanya, jangan bandingkan mereka dengan orang lain. Berikan mereka apresiasi agar merasa lebih dihargai dan bisa memberikan kepercayaannya kepada orang tua agar bisa lebih terbuka dan dekat dengan orang tua.
Lalu mengapa anak-anak lebih suka bercerita ke temannya, ya? Menurut pendapat dari beberapa orang, mereka lebih nyaman bercerita dengan temannya karena mereka merasa senasib dan hanya teman-temannyalah yang mau mendengarkan keluh-kesahnya. Nah, karena itulah mereka merasa lebih dihargai dan lebih didengar daripada bercerita kepada orang tuanya. Biasanya para remaja merasa lebih relate dengan teman-temannya daripada orang tuanya karena permasalahan yang mereka alami terkadang mirip, sehingga mereka bisa berbagi cerita dan mencari solusinya bersama.
Selain itu remaja remaja paling nyaman diberikan arahan, saran, nasihat oleh orang yang mereka anggap nyaman. Mereka lebih bisa terbuka kepada teman-temannya daripada orangtuanya karena teman-temannya lebih memberikan rasa aman kepada dirinya. Mereka lebih berani bercerita karena tidak takut dikomentari dan dinilai buruk saat mereka cerita. Terkadang para orang tua terlalu terburu-buru menilai dan mengambil kesimpulan saat anaknya cerita, sehingga membuat si anak merasa takut untuk bercerita lagi ke orang tuanya. Bahkan para remaja, merasa lebih termotivasi untuk lebih semangat saat diberikan saran atau support oleh temannya.
Tetapi ada juga dampak negatif apabila kita tidak bisa memilih teman untuk bercerita. Terkadang ada teman yang sudah dipercaya untuk menjadi tempat bercerita tetapi malah menyebarkan masalah kita kepada orang lain. Terkadang pergaulan juga membawa kita ke dampak negatif seperti kenakalan remaja, “udah daripada pusing mikirin masalah lu mending kita mabok aja, mending kita ngerokok aja,” itulah yang mereka katakan. Mereka merupakan remaja-remaja yang meluapkan masalahnya dengan cara mencari pelarian agar mereka tidak memikirkan masalahnya.
Terkadang teman lebih bisa menjadi pendengar yang baik bagi para remaja dibanding orang tuanya, tergantung dari hubungan anak dan orang tuanya. Tetapi belum tentu juga teman bisa memberikan feedback yang baik daripada saat kita bercerita kepada orang tua. Hal yang harus digaris bawahi adalah mau bagaimanapun hal yang kita alami orang tua tetap harus tahu, karena mau bagaimanapun kita adalah tanggung jawab orang tua. Apapun masalahnya cobalah untuk mencari tempat bercerita, karena dengan bercerita bisa mengurangi beban yang kalian rasakan.
Jadi gimana, teman-teman lebih nyaman cerita ke teman atau orang tua?
Biodata Penulis:
Ayu Diah Cahyaningrum Pambudi lahir pada tanggal 4 Juni 2006 di Grobogan.