Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Jalan Berbatu yang Dihadapi Mahasiswa Baru di Perantauan

Merantau menjadikan kita untuk dapat belajar bersosialisasi dan berinteraksi dengan masyarakat setempat yang lebih baik.

Merantau bukan sesuatu yang bisa dianggap sepele karena ketika merantau kita menjadi jauh dari keluarga. Namun, Ketika berada di perantauan mengharuskan kita untuk menjadikan hal sulit menjadi mudah untuk diselesaikan karena di perantauan kita seorang diri, mengharuskan kita untuk mencari jalan keluar setiap masalah seorang diri.

Jalan Berbatu yang Dihadapi Mahasiswa Baru di Perantauan
sumber: Freepik

Menjadi mahasiswa baru yang pergi ke perantauan mendapat pengalaman yang berharga, namun di sisi lain juga dihadapkan dengan berbagai situasi yang terjadi di daerah perantauan. Situasi ini dapat muncul dari berbagai macam aspek kehidupan. Merantau memberikan banyak tantangan, di antaranya sebagai berikut ini:

1. Kemandirian

Kemampuan seseorang untuk mengatur dirinya sendiri, memutuskan sendiri, dan bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukannya tanpa ketergantungan pada orang lain. Ketika sebelum berada di perantauan seseorang perantau sudah terbiasa hidup bersama keluarga, ketika berada di perantauan harus mengelola persoalan sendiri karena jauh dari keluarga.

2. Distraksi Teknologi 

Teknologi menjadi bagian yang sulit dipisahkan dari kehidupan mahasiswa yang sedang merantau. Teknologi memudahkan mahasiswa untuk mengakses berbagai macam informasi, hiburan, dan koneksi dengan orang lain. Di sisi lain teknologi, khususnya media sosial, dapat menyebabkan seorang mahasiswa di perantauan menjadi FOMO (Fear of Missing Out), tidak ingin tertinggal setiap tren yang sedang terjadi.

Sumber distraksi atau gangguan besar yang mengganggu konsentrasi dan keefektifan belajar yang dapat mengancam produktivitas dan keberhasilan studi adalah game online serta sosial media. Game online serta media sosial dapat mengalihkan fokus perhatian mahasiswa dari tugas-tugasnya.

3. Beban Studi yang Lebih Tinggi

Perguruan tinggi mempunyai sistem pendidikan yang berbeda dengan SMA, dari segi pembelajaran, penilaian, dan budaya akademik. Beban studi pada perguruan tinggi lebih tinggi seperti tugas membuat makalah, video, esai, laporan-laporan, dan sebagainya.

Mahasiswa yang berada di perantauan harus pintar-pintar mengatur waktu antara menyelesaikan tugas, belajar, dan kegiatan lainnya supaya tidak kewalahan. Lingkungan yang ada di perguruan tinggi lebih kompetitif daripada lingkungan yang ada di SMA.

4. Emosional

Berpisah jarak dari keluarga dan lingkungan yang familiar, menyebabkan mahasiswa baru yang berada di perantauan dihadapkan oleh beragam situasi yang memicu perasaan. Rasa rindu terhadap suasana rumah, makanan favorit, dan kebersamaan dengan orang tersayang menimbulkan perasaan sedih dan kesepian biasa disebut dengan istilah homesick.

Homesick menimbulkan dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental serta emosional mahasiswa yang berada di perantauan. Membangun hubungan sosial di lingkungan yang masih asing dapat menjadikan tantangan. Rasa takut ditolak, merasa berbeda dengan yang lain, dan sulit mendapatkan teman menjadi pemicu rasa rendah diri.

5. Keuangan yang Kompleks

Melihat teman-teman mempunyai gaya hidup tertentu menimbulkan rasa ingin mengikutinya walaupun tidak sesuai dengan kondisi keuangan. Perasaan takut akan ketinggalan kesenangan menyebabkan mahasiswa memiliki kecenderungan untuk mengikuti tren yang bisa menguras kantong mahasiswa perantauan. Masih banyak mahasiswa yang belum memiliki pemahaman yang baik untuk mengelola keuangan pribadi karena sebelumnya keuangan sudah diatur oleh orang tua.

Lalu, Apakah Solusi dalam Menghadapi Tantangan di Perantauan?

Menghadapi beragam tantangan di perantauan tidaklah mudah. Agar dapat sukses menghadapinya tentu harus pandai-pandai mencari solusi untuk setiap permasalahan yang ada. Adapun solusi yang dapat membantu untuk sukses berada di perantauan, di antaranya seperti berikut:

1. Menyiapkan Diri

Sebelum berangkat ke perantauan, Seorang perantau harus menyiapkan diri baik secara fisik maupun mental dengan sebaik-baiknya. Harus memahami bahwa menjadi mahasiswa perantauan adalah sebuah proses pembelajaran dan pertumbuhan, sehingga harus mengenali diri sendiri supaya dapat mengambil langkah-langkah dengan tepat.

2. Membuat Perencanaan

Perencanaan yang baik mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari akademik hingga kehidupan sehari-hari. Dengan membuat perencanaan yang baik dapat mempermudah melakukan kegiatan sehari-hari.

3. Menjalin Pertemanan

Menjalin pertemanan dapat mempermudah seorang perantau untuk menghadapi tantangan yang terjadi ketika berada di perantauan. Menjalin pertemanan yang luas akan mempermudah memperoleh informasi dan memperluas jaringan. Membangun pertemanan ditempat yang baru akan sedikit menantang, tetapi dengan beberapa upaya akan bisa dengan mudah menemukan teman-teman baru. Bergabung dengan organisasi kemahasiswaan sesuai dengan minat dan bakat, mengikuti pelatihan dan workshop, mencari informasi tentang event-event, dan sebagainya.

4. Memanfaatkan Sumber Daya Kampus yang Ada

Sebagai mahasiswa perantauan, tentu akan menemukan banyak sekali sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan belajar dan kehidupan sehari-hari. Perpustakaan kampus biasanya menyediakan berbagai macam buku, jurnal, dan berbagai macam sumber lainnya yang bisa diakses dengan mudah dan gratis. Memanfaatkan laboratorium untuk melakukan penelitian atau tugas praktikum. Jika ingin meningkatkan kemampuan bahasa dan kemampuan bahasa asing bisa memanfaatkan pusat bahasa yang ada di kampus.

5. Menjaga Kesehatan

Menjaga kesehatan fisik seperti pola makan sehat, mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, memperbanyak dalam mengonsumsi buah, sayur-sayuran serta protein, menghindari memakan makanan cepat saji dan minuman bersoda, dan masak sendiri untuk mengontrol kualitas makanan. Meluangkan waktu setiap hari secara teratur untuk berolahraga seperti joging, bersepeda atau bergabung dengan klub olahraga. Mengusahakan tidur 7-8 jam setiap malam, menciptakan suasana kamar yang nyaman untuk tidur, beristirahat yang cukup, menghindari begadang untuk mengerjakan tugas, melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk mendeteksi dini jika ada masalah kesehatan.

6. Berkomunikasi dengan Keluarga

Selalu dan tetap berkomunikasi dengan keluarga secara rutin untuk mengurangi rasa rindu. Meskipun jarak memisahkan, komunikasi yang efektif dapat membantu menjaga hubungan yang erat dan memberikan dukungan emosional. Menceritakan tentang kegiatan sehari-hari di kampus, teman-teman baru, atau hal-hal menarik yang dialami. Membagikan foto atau video kegiatan yang membuat keluarga merasa lebih dekat. Memberi kabar jika ada masalah atau kesulitan, dan jangan ragu untuk berbagi dengan keluarga. Keluarga bisa memberikan saran dan dukungan yang berharga. Secara rutin untuk mengusahakan pulang ke kampung halaman bertemu dengan keluarga.

Merantau menjadikan kita untuk dapat belajar bersosialisasi dan berinteraksi dengan masyarakat setempat yang lebih baik. Hal ini merupakan sesuatu yang penting karena tempat kita merantau mungkin belum tentu mempunyai adat istiadat atau kebiasaan yang sama dengan daerah asal kita. Kita harus bisa menghargai adat istiadat atau kebiasaan yang tersebut.

Pergi merantau juga memberikan berbagai macam manfaat seperti menjadikan seseorang lebih dewasa, memperkaya pengetahuan dan keterampilan. Memiliki persiapan yang matang dan mendapat dukungan dari orang-orang terdekat, akan dapat melewati masa-masa perantauan dengan sukses.

Biodata Penulis:

Zaskia Naila Azizah lahir pada tanggal 8 April 2006.

© Sepenuhnya. All rights reserved.