Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Dibully Karena Gendut? Tenang, Ini Loh 5 Cara Mengatasinya

Dibully karena gendut merupakan realita yang dialami banyak orang, terutama pada kalangan remaja dan anak muda. Namun, daripada berkecil hati, ....

Gendut bukan suatu masalah, malahan kita harus berbangga hati kalau punya tubuh gendut, itu berarti gizi kita terpenuhi. Sebagai pemilik tubuh yang di atas rata-rata saya sering merasakan perbedaan perlakuan dari orang lain. Perilaku masyarakat yang sering tidak adil itu menyebabkan diskriminasi sosial terhadap orang yang memiliki tubuh gendut.

Dibully karena gendut merupakan realita yang dialami banyak orang, terutama pada kalangan remaja dan anak muda. Namun, daripada berkecil hati, sebaliknya ada hal yang bisa kita lihat dengan penuh percaya diri, mereka yang membully mungkin belum pernah merasakan nikmatnya makan sepuasnya setiap hari.

Dibully Karena Gendut
sumber: Canva

Dibully tidak harus selalu dibalas dengan balik membully, berikut merupakan 5 hal yang pernah saya lakukan dan bisa Gen Z lakukan agar bisa menghadapi pembully dengan tenang dan “Classy Look”.

1. Bawa Santai Saja Kawan

Untuk menyikapi pembully ada baiknya kita untuk tidak terlalu menanggapi hal yang mereka omongkan. Kadang kita memerlukan sikap “Bodo Amat” untuk menanggapi lelucon yang menurut mereka lucu.

Jika kita terlalu memikirkan apa yang mereka bicarakan maka kita malahan akan stress. Ketika nantinya ada orang yang berusaha menjatuhkan semangat kita maka tanggapi dengan humor, “Hah aku gendut?!, Oh ini cuman cadangan energi buat berbagi semangat!”

2. Kekuatan Super Percaya Diri 

Percaya diri merupakan sumber dari segalanya, jika dari awal kita sudah percaya diri maka kita sudah pasti mencintai diri kita sendiri. Jika kita sudah mencintai diri sendiri maka omongan dan olokan dari orang lain tidak akan berpengaruh.

Intinya kita harus menanamkan sifat “Love Yourself” maka orang lain tidak akan punya celah untuk mencemooh kita. Dengan sifat percaya diri maka kita akan merasa senang memakai semua pakaian yang kita punya, sehingga orang lain yang melihat juga turut merasakan atmosfer senang dan ceri tersebut.

3. Punya “Circle” yang Super Supportive

Dengan memilki teman yang suportif maka otomatis itu akan membawa dampak positif juga bagi kita. Teman yang baik, yaitu teman yang akan menerima kita apa adanya bukan ada apa adanya. Jika masih ada orang yang mengejek bentuk tubuh kita maka ajak mereka untuk beraksi menghadapinya bersama sama.

4. Alihkan dengan Jokes

Saat seseorang sedang mencoba untuk melontarkan kalimat negatif untuk kita agar kita down, alih alih merasa tersinggung, itu bisa kita alihkan menjadi suatu jokes. Menggunakan jokes tidak hanya bisa meredakan ketegangan, tetapi juga menunjukkan bahwa kita tidak terlalu memperdulikan kalimat negatif tersebut.

Kita bisa mencoba untuk menemukan lelucon yang tepat dengan situasi dan kondisi. Misalnya, “mungkin aku memang gendut, tapi at least aku tidak pernah kekurangan makanan”. Dengan mengalihkannya menjadi jokes kita tidak hanya mengubah arah pembicaraan tetapi juga menunjukkan bahwa kita bisa menangani situasi secara dengan cara yang positif.

5. Empati seperti Ninja

Sekarang dapat kita balik, bagaimana jika sebenarnya mereka yang membully kita mungkin mereka memiliki masalah pribadi. Mungkin mereka bisa merasa tidak aman, cemburu, kurang kasih saying dari orang sekitarnya, atau bahkan mereka sedang mengalami masalah di rumah.

Jadi, alih-alih merespons dengan kemarahan, kita bisa melihat dari sudut pandang mereka. Dengan bersikap empatik, kita tidak hanya melindungi diri sendiri dari komentar negatif, tetapi juga berpotensi untuk membantu orang lain menjadi lebih baik.

Siapa tahu dengan kita bersikap empatik kepada mereka maka dapat mencegah kita dari komentar negatif karena mereka akan berpikir dua kali sebelum berkomentar buruk lagi di masa yang akan datang.

Pembullyan, yang di dalamnya termasuk body shaming, merupakan hal yang tidak benar dan tidak boleh dianggap sepele. Dibully karena gemuk? Santai saja! Mereka yang mengejek kita mungkin tidak pernah merasakan bagaimana rasanya menikmati hidup sepuas hati.

Daripada kita merasa bersalah karena telah makan malam lebih dari jam 12, lebih baik kita menikmati makanan yang ada, termasuk menikmati makanan tanpa beban. Karena pada akhirnya, kebahagiaan dan kesehatan mental jauh lebih penting daripada memenuhi standar kecantikan yang tidak masuk akal.

Untuk itu rantai pembullyan atau body shaming harus berhenti pada orang yang sudah mengalaminya, jangan sampai hal ini terjadi secara terus-menerus dan menimbulkan kebiasaan mengejek atau mengolok-olok orang yang memiliki tubuh tidak sesuai dengan standar kecantikan yang ada.

Jadi tetaplah menjadi diri sendiri, terus tertawa dan jangan ragu untuk bertindak sesuka hati, asalkan itu tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Hidup ini terlalu singkat jika harus memenuhi standar kecantikan orang lain, maka kita buat dunia ini menjadi temat yang lebih baik dengan saling mendukung dan menghargai orang lain.

Biodata Penulis:

Marsya Octavia Ramadhani saat ini aktif sebagai mahasiswi, prodi Pendidikan Administrasi Perkantoran, FKIP, di UNS.

© Sepenuhnya. All rights reserved.