Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, kita hidup dalam era yang penuh dengan kemudahan digital. Belanja, belajar, bekerja, hingga bersosialisasi kini bisa dilakukan dengan beberapa sentuhan di layar smartphone. Namun, di balik segala kenyamanan ini, muncul pertanyaan besar: apakah teknologi benar benar membuat kita bahagia?
Salah satu fenomena yang kini menjadi sorotan adalah doomscrolling atau yang bisa diartikan sebagai kebiasaan terus-menerus menggulir konten di media sosial, meskipun kita tahu itu tidak produktif atau bahkan merugikan. Banyak yang mengakui, waktu yang awalnya hanya ingin dihabiskan beberapa menit malah berujung berjam-jam terbuang karena terpaku pada layar gawai.
| sumber: Pixabay / @MarieXMartin |
Psikolog menyebut bahwa algoritma media sosial dirancang untuk membuat kita ketagihan. Setiap like, comment, atau notifikasi memberikan “suntikan” dopamin yang membuat kita merasa senang sejenak. Namun, kebahagiaan ini sering kali bersifat semu dan berakhir dengan rasa kosong.
Nggak cuma merubah cara kita menerima informasi aja, teknologi juga mempengaruhi hubungan sosial. Pertemuan tatap muka kini semakin jarang terjadi, dan digantikan sama pesan singkat atau sekedar panggilan video. Memang, teknologi memungkinkan kita tetap terhubung dengan orang terdekat nih. Tapi, apa itu cukup?
Penelitian menunjukkan bahwa hubungan yang dijalin dengan cara langsung atau tanpa menggunakan gadget cenderung lebih bermakna dan berkesan daripada interaksi secara digital. Sentuhan fisik, kontak mata, dan emosi yang terpancar secara langsung sangat sulit digantikan oleh layar.
Meski teknologi sering kali disalahkan, sebenarnya teknologi cuma alat kok. Bagaimana kita menggunakannya yang menentukan apakah dampaknya baik atau buruk. Aku bisa ngasih beberapa saran nih buat mempermudah supaya kita bisa lebih bijak untuk menggunakan teknologi.
1. Tentuin Batasan Waktu Layar Kita
Pernah nggak, cuma niat “scroll sebentar” di media sosial eh malah tiba-tiba sudah 2 jam? Nah ini jebakan yang sering kita alami nih.
Untungnya, banyak perangkat sekarang sudah nyediain fitur yang namanya screen time atau digital wellbeing untuk ngebantu kita ngatur waktu. Yang bisa kita lakukan yaitu dengan mengaktifkan pengingat waktu untuk aplikasi-aplikasi yang sering menarik perhatian kita, seperti Instagram, TikTok, atau YouTube. Misalnya, setel durasi harian maksimal satu sampai dua jam. Kalau waktunya habis, aplikasi akan ngasih tau kita dan mengingatkan kita untuk berhenti.
Kenapa sih ini penting? Dengan ngasih batasan waktu layar, kita bisa punya lebih banyak waktu untuk aktivitas lainnya yang lebih produktif, contohnya kaya olahraga, ngerjain tugas, atau cuma sekadar ngobrol langsung dan kumpul-kumpul sama keluarga. Dengan begitu kita bisa punya hidup yang lebih bermanfaat dibanding ngehabisin banyak waktu untuk scrooling di media sosial.
2. Jadwalin Waktu Tanpa Gawai
Gawai itu kaya temen yang selalu ada, bahkan di meja makan, tempat tidur, atau bahkan saat kita lagi ngobrol sama orang lain. Padahal, terlalu bergantung sama teknologi bisa ngebikin kita kehilangan momen berharga kita di dunia nyata. Kita bisa mulai dari pilih waktu tertentu di setiap hari untuk benar-benar bebas dari teknologi. Contohnya: saat lagi makan malam, matiin semua notifikasi dan taruh ponsel di tempat lain. Kalau malam hari, usahain untuk engga membawa gawai saat kita mau tidur.
Apa sih manfaatnya? Selain ngurangin stress karena notifikasi yang muncul terus-menerus, ini juga bisa ngasih kita kesempatan untuk lebih fokus pada diri sendiri dan orang orang yang ada di sekitar kita.
3. Prioritasin Interaksi Secara Langsung
Meski video call dan chatting mempermudah komunikasi, pertemuan langsung tetap tak tergantikan. Ada hal-hal yang bisa kita rasain lewat interaksi secara langsung seperti senyuman tulus, sentuhan hangat, atau canda tawa bersama.
Gimana sih caranya? Kita bisa luangin waktu kita untuk bertemu sama teman atau keluarga secara langsung, walaupun hanya seminggu sekali. Bisa sekadar ngopi bareng, jalan-jalan di taman, atau bahkan hanya ngumpul bareng di rumah.
Dengan segala hal itu, kita bisa lebih mempererat hubungan kita, suasana hati jadi lebih baik, dan juga kenangan-kenangan yang lebih bermakna. Pertemuan langsung juga ngebantu kita ngerasa lebih “hadir” di dalam kehidupan nyata dibanding untuk selalu berada di dunia maya.
Kesimpulannya adalah dengan sedikit saja perubahan pada diri kita, bisa berdampak sangat besar untuk masa yang akan datang. Mulai dari langkah kecil seperti mematikan ponsel saat makan atau bahkan mengatur waktu layar. Lama-lama, kebiasaan ini bisa ngebantu kita untuk menggunakan teknologi dengan lebih sehat. Teknologi bukanlah musuh, melainkan sahabat yang perlu diajak kerja sama dengan cerdas.
Jadi, sudah siap mencoba? Yuk, mulai dari sekarang!
Biodata Penulis:
Muhammad Raditya Boy Wiratama lahir pada tanggal 20 Juli 2006 di Jakarta, saat ini aktif sebagai mahasiswa, S1 Informatika, di Universitas Sebelas Maret Surakarta.