Surabaya, 10 Oktober 2024 – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur menyelenggarakan Festival Dalang Muda Jawa Timur 2024 di Gedung Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur. Festival ini menjadi panggung yang menggabungkan tradisi dan inovasi dalam seni Wayang Kulit. Para Dalang muda dari berbagai daerah di Jawa Timur menampilkan karya-karya Wayang Kulit yang tidak hanya mempertahankan esensi tradisional, tetapi juga mengadaptasi elemen-elemen kontemporer. Setiap pertunjukan dipenuhi dengan improvisasi kreatif yang mengkombinasikan teknik klasik dengan ekspresi modern, mulai dari penataan gerak, musik, hingga cerita yang disajikan. Penonton disuguhkan dengan ragam pertunjukan Wayang Kulit yang diolah dengan perspektif baru, memberikan warna segar pada tradisi Wayang yang telah berusia ratusan tahun ini.
| Festival Dalang Muda Jawa Timur 2024. Gedung Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur, Surabaya. |
Dari segi kualitas, Festival Dalang Muda Jawa Timur 2024 menunjukkan bahwa para Dalang muda mampu menghidupkan kembali keagungan Wayang dengan pendekatan yang lebih terbuka terhadap perubahan zaman. Mereka tidak sekadar mempertahankan bentuk seni yang telah diwariskan, tetapi juga berani melakukan eksperimen dengan memadukan isu isu sosial dan aspek modernisasi pada garap lakon, alur dan musik. Meskipun demikian, ada kecenderungan dalam beberapa pertunjukan untuk terlalu fokus pada aspek modernisasi sehingga kadang-kadang mengurangi intensitas spiritual dan filosofis yang seharusnya menjadi inti dari seni Wayang itu sendiri. Dalam beberapa pertunjukan, unsur kedalaman cerita dan simbolisme yang menjadi kekuatan Wayang terasa tenggelam di balik kemasan modern yang terlalu kompleks.
Menghidupkan kembali seni Wayang di era modern bukanlah hal yang mudah, mengingat perubahan zaman dan kebiasaan penonton yang semakin beragam. Festival ini menjadi wadah bagi generasi muda untuk menunjukkan bahwa Wayang tidak harus terjebak dalam tradisi yang kaku. Justru, di tangan para Dalang muda, Wayang bisa bertransformasi menjadi medium yang relevan dengan tantangan zaman, menyampaikan pesan moral dan budaya yang universal. Karya-karya yang ditampilkan mencerminkan dinamika kebudayaan Jawa yang terus berkembang, di mana Dalang muda tidak hanya sebagai pewaris tradisi, tetapi juga sebagai inovator yang memadukan warisan budaya dengan konten yang mudah diterima oleh penonton millenial. Festival ini juga dapat dilihat sebagai usaha untuk memperkenalkan kembali Wayang kepada generasi muda yang semakin jauh dari akar budaya mereka.
Meski festival ini menunjukkan banyak sisi positif, ada beberapa aspek yang masih perlu dievaluasi. Pertama, meskipun modernisasi dalam seni Wayang memberikan nuansa segar, penting bagi para Dalang muda untuk tidak kehilangan akar dan kekuatan utama dari Wayang itu sendiri, yakni nilai-nilai moral dan filosofi hidup yang mendalam. Salah satu kekurangan yang terlihat adalah adanya terlalu banyak garapan dalam aspek lakon, alur, dan musik. Keberagaman tersebut terkadang membuat pertunjukan terasa terpecah dan mengurangi kedalaman narasi serta penghayatan penonton terhadap cerita yang disampaikan. Pembagian fokus yang terlalu banyak pada elemen-elemen ini bisa mengaburkan kekuatan inti dari pesan Wayang. Ke depan, festival semacam ini sebaiknya lebih menekankan keseimbangan antara inovasi dan pelestarian nilai-nilai tradisi yang terkandung dalam seni Wayang, sehingga karya yang dihadirkan tetap relevan dengan zaman namun tetap mempertahankan esensi makna yang menjadi ciri khas seni Wayang itu sendiri.
Biodata Penulis:
Andrian Prasetyo, lahir pada tanggal 8 Juli 2004 di Batu, saat ini aktif sebagai mahasiswa, prodi Pendidikan Seni Tari dan Musik, di Universitas Negeri Malang. Andrian memiliki ketertarikan besar dalam bidang seni, serta berkomitmen untuk mengembangkan karya tulis yang ia susun, Andrian berharap dapat menginspirasi dan memperkaya pemahaman pembaca tentang keindahan seni tari dan musik.