Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Santai Bersama Secangkir Kopi: Mengapa "Would You Like a Cup of Coffee?" Wajib Masuk Watchlistmu!

Would You Like a Cup of Coffee? Bukan drama dengan aksi besar atau konflik dramatis yang memacu adrenalin. Sebaliknya, ini merupakan drama yang ...

Kalau kamu penggemar drama Korea dengan tema slice of life, "Would You Like a Cup of Coffee?" wajib masuk daftar tontonanmu! Drama ini hadir sebagai pilihan sempurna buat kamu yang lagi pengen santai sambil menikmati cerita ringan tapi tetap penuh makna.

Drama ini diadaptasi dari webtoon populer karya Heo Young-man dan Lee Ho-joon. Terdiri dari 12 episode, setiap episodenya berdurasi sekitar 30 menit—cukup singkat untuk dinikmati di sela-sela waktu luangmu. Ceritanya berpusat pada Kang Go-bi (Ong Seong-wu), seorang barista pemula yang penuh semangat, dan Park Seok (Park Ho-san), pemilik kedai kopi sekaligus mentornya. Hubungan mereka menjadi inti dari cerita, ditemani oleh berbagai pelanggan yang membawa konflik dan pelajaran hidup masing-masing.

Would You Like a Cup of Coffee

Drama ini punya konsep sederhana yang justru bikin penonton nyaman. Setting utamanya adalah sebuah kedai kopi kecil, tempat banyak cerita bermula dan berakhir dengan secangkir kopi. Setiap episode membawa konflik yang ringan, tapi tetap menyentuh hati. Entah itu tentang persahabatan, mimpi, atau sekadar refleksi kecil dalam hidup, semuanya dikemas dengan apik tanpa terasa terlalu berat.

Buat kamu yang suka drama penuh kejutan atau plot rumit, menurutku ini bukan tipe tontonanmu. Tapi justru di sinilah letak keistimewaannya. Drama ini mengingatkan kita bahwa hidup nggak selalu harus penuh aksi dan drama besar. Terkadang, menikmati momen kecil sambil menyeruput kopi hangat bisa jadi lebih bermakna.

Konflik Ringan dengan Pesan yang Mendalam

Setiap episode menyuguhkan kisah baru yang berbeda, sering kali datang dari interaksi pelanggan di kedai kopi. Misalnya, ada satu episode yang menceritakan seorang pelanggan yang harus menghadapi kesalahpahaman di keluarganya, sementara episode lainnya menggambarkan perjuangan seseorang dalam menemukan tujuan hidupnya. Meski konflik-konfliknya terlihat sederhana, penyampaiannya terasa sangat tulus, sehingga pesan moralnya benar-benar mengena di hati penonton.

Menghadirkan Kehangatan Lewat Secangkir Kopi

Salah satu kekuatan drama ini adalah suasananya. Dengan latar kedai kopi yang cozy dan dialog-dialog yang tidak berlebihan, drama ini benar-benar seperti secangkir kopi hangat yang menemani harimu. Go-bi yang penuh rasa ingin tahu sering kali bertanya hal-hal kecil kepada Seok, sementara Seok dengan bijaknya menjawab lewat analogi sederhana yang kerap membuat penonton merenung.

Rekomendasi untuk Pecinta Slice of Life

Would You Like a Cup of Coffee? Bukan drama dengan aksi besar atau konflik dramatis yang memacu adrenalin. Sebaliknya, ini merupakan drama yang fokus pada detail kecil dalam hidup, seperti hubungan antar manusia, kehangatan dalam pekerjaan sederhana, dan momen-momen refleksi diri yang menurutku ngena banget dan bikin aku mikir kayak “iya juga ya”. Drama ini cocok banget untuk kamu yang suka cerita ringan namun tetap bermakna, atau buat kamu yang sedang ingin bersantai tanpa merasa terbebani dengan alur cerita yang rumit.

Jadi, kalau kamu butuh tontonan santai dengan durasi yang ga terlalu panjang, mungkin karea durasinya juga jadi aku bisa lebih enjoy nontonnya. Sebagai disclaimer, aku bukan kritikus profesional, cuma penikmat drama yang kebetulan jatuh hati sama karya ini. Jadi, semua pendapat di sini murni berdasarkan pengalaman pribadi, ya! coba tambahkan Would You Like a Cup of Coffee? ke daftar drama yang akan kamu tonton. Siapkan kopi favoritmu, duduk nyaman, dan biarkan drama ini membawa suasana hangat ke harimu. ☕

Biodata Penulis:

Fauziah Jasmine Rahma Jati, lahir pada 16 Mei 2006, saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret.

© Sepenuhnya. All rights reserved.