Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Serangan Fajar: Potret Dinamika dalam Budaya Politik Indonesia

Praktik serangan fajar memiliki dampak jangka panjang yang merugikan. Ketika politik uang terus berlangsung, peluang untuk mendapatkan pemimpin ...

Serangan fajar selalu menjadi topik perbincangan hangat setiap kali pesta demokrasi berlangsung di Indonesia. Fenomena ini erat kaitannya dengan praktik politik uang atau money politics. Meskipun serangan fajar jelas melanggar hukum, praktik ini masih sering terjadi. Bahkan sebagian masyarakat menganggap wajar fenomena ini.

Asal-usul dan Praktik Pelaksanaan

Serangan fajar muncul sebagai akibat dari dinamika politik yang sangat kompetitif. Para kandidat yang mencalonkan diri sebagai pemimpin sering kali menggunakan praktik ini untuk memenangkan suara. Biasanya, tim sukses dari kandidat mendatangi rumah-rumah warga untuk menawarkan perjanjian dukungan suara. Mereka memberikan sejumlah uang tunai, sembako, atau barang lainnya sebagai imbalan. Praktik ini biasanya dilakukan pada malam atau dini hari menjelang hari pemungutan suara, sehingga disebut “serangan fajar.”

Serangan Fajar

Tradisi ini mencerminkan lemahnya pendidikan politik di kalangan masyarakat. Selain itu juga disebabkan kurangnya pengawasan terhadap pelaksanaan pemilu yang jujur dan adil. Fenomena ini menyoroti minimnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga integritas suara dalam proses demokrasi.

Kasus di Indonesia

Pada Pilkada 2024 ditemukan banyak praktik serangan fajar ini, tim sukses membagikan sebagian uang. Jumlah yang dibagikan bervariasi, mulai dari Rp50.000 hingga Rp100.000. Biasanya mereka memiliki target untuk memastikan suara masyarakat diberikan kepada calon tertentu. Namun, dalam pelaksanaannya terjadi ketidakmerataan, sehingga menyebabkan sebagian masyarakat enggan untuk menggunakan suaranya. Kasus ini menunjukkan bahwa budaya politik uang di Indonesia masih sangat melekat.

Dampak Jangka Panjang

Praktik serangan fajar memiliki dampak jangka panjang yang merugikan. Ketika politik uang terus berlangsung, peluang untuk mendapatkan pemimpin yang jujur dan kompeten semakin kecil. Hak suara masyarakat dibeli dengan harga murah, sehingga proses demokrasi kehilangan esensinya. 

Selain itu, serangan fajar juga berkontribusi pada munculnya pejabat korupsi. Uang yang digunakan untuk politik uang sering kali berasal dari dana ilegal atau pinjaman. Mereka harus mengembalikan uang tersebut setelah terpilih. Akibatnya, pejabat terpilih lebih fokus untuk mengembalikan modal politik mereka daripada menjalankan jabatan untuk kepentingan rakyat.

Fenomena ini menghasilkan siklus: masyarakat hanya menikmati manfaat sesaat. Mereka menerima uang atau barang, tetapi harus menghadapi lima tahun pemerintahan yang mungkin tidak memberikan kesejahteraan. Ketika politik uang ini dibiarkan terus-menerus, nilai-nilai demokrasi seperti keadilan dan kejujuran akan semakin tergerus. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran dari seluruh lapisan masyarakat tentang dampak negatif dari serangan fajar ini.

Upaya Mengatasi Fenomena Serangan Fajar

Mengatasi fenomena serangan fajar bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan kerja sama dan kesadaran kolektif dari seluruh elemen masyarakat untuk memutus siklus ini. Salah satu langkah utama yang dapat diambil adalah melalui edukasi politik. Masyarakat perlu diberikan pemahaman bahwa suara mereka adalah alat untuk menentukan masa depan bangsa. Suara tersebut bukanlah komoditas yang dapat diperjualbelikan. Maka dari itu sebisa mungkin menggunakan suara tersebut dengan bijak.

Selain itu, diperlukan penegakan hukum yang tegas terhadap para pelaku politik uang, baik pemberi maupun penerima. Hukuman yang jelas dan tegas dapat menjadi langkah awal untuk menciptakan efek jera, sehingga praktik ini dapat diminimalisasi.

Langkah Kita sebagai Mahasiswa 

Sebagai generasi penerus bangsa, mahasiswa memiliki peran penting dalam memutus rantai politik uang ini. Mahasiswa harus berani menolak serangan fajar secara tegas namun harus tetap santun. Hak suara harus digunakan berdasarkan penilaian terhadap visi, misi, dan program kerja calon. Bukan karena adanya iming-iming uang atau barang tertentu.

Mahasiswa juga dapat berperan aktif dalam mengedukasi masyarakat sekitar tentang dampak buruk politik uang. Kampanye anti-politik uang dapat dilakukan melalui media sosial maupun diskusi terbuka. Hal ini bertujuan untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga integritas suara. Dengan demikian, mahasiswa dapat menjadi agen perubahan yang berkontribusi dalam menciptakan demokrasi yang lebih sehat dan bermartabat.

Biodata Penulis:

Zada Tsabita Gelba saat ini aktif sebagai mahasiswa, Pendidikan Kimia, di Universitas Sebelas Maret.
© Sepenuhnya. All rights reserved.