Sragen, atau juga dikenal sebagai Bumi Sukowati, merupakan sebuah kabupaten di Jawa Tengah yang berada tepat bersebelahan dengan provinsi tetangganya, yaitu Jawa Timur. Kabupaten Sragen menyimpan banyak pesona menawan dan menarik yang masih belum banyak dikenali, khususnya oleh turis luar.
Sragen banyak memiliki kekayaan alam yang menawan serta menakjubkan. Namun, selain kekayaan alam yang begitu menawan, Sragen juga menawarkan kekayaan budaya dan tradisi asli yang masih sangat kental. Mari sama sama telusuri dan ketahui lebih dalam tentang budaya, tradisi, adat istiadat yang ada serta masih hidup di Bumi Sukowati ini.
| sumber: beritasragen.blogspot.com |
Sragen memiliki tradisi unik yang masih melekat hingga saat ini yang menjadi salah satu daya tarik utama untuk pendatang dan turis yang ingin mengunjungi Bumi Sukowati. Beberapa dari banyaknya tradisi yang masih dilestarikan di kabupaten Sragen, di antaranya adalah:
1. Larap Slambu
Larap Slambu merupakan upacara adat yang digelar setiap tanggal 1 Suro atau bertepatan dengan Tahun baru Islam, 1 Muharram. Bagi masyarakat Jawa, tanggal 1 Suro dipercayai dengan bulan sakral. Perayaan untuk tahun baru 1 Suro masyarakat Jawa pada umumnya mengisi dan mengadakan festival yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh pendahulunya dan tetap dilakukan hingga saat ini.
Di kabupaten Sragen ada acara atau tradisi yang masih dilaksanakan hingga saat ini, khususnya di gunung Kemukus. Selain melakukan ziarah di makam Pangeran Samudro, pada setiap tanggal 1 Suro juga dilakukan tradisi Larap Slambu.
Larap Slambu merupakan tradisi pencucian kelambu yang dilaksanakan tepat di kompleks makam Pangeran Samudro, ritual ini mengandung filosofi penyucian hati dan pikiran dengan air yang didapat dari tujuh sendang yang merupakan sumber mata air bagi kehidupan manusia. Ketujuh mata air tersebut tersebar di beberapa bagian dari Kabupaten Sragen yaitu sendang Ontrowulan, sendang Kedung Uter, sendang Ceper, sendang Mojosongo, sendang Desa Pendem, dan sendang Keraton Solo.
2. Srawung Pasar Tambak
Masih tentang bulan Suro, selain tradisi Larap Slambu di Sragen juga ada tradisi unik yang lain, yaitu tradisi Srawung Pasar Tambak, yang dilaksanakan setiap malam Jumat Wage, pada minggu pertama bulan Suro. Tradisi ini dilaksanakan di Kabupaten Sragen, tepatnya di Dukuh Tambak, Desa Sribit, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sragen.
Di Pasar Tambak, juga disebut Pasar Sura oleh masyarakat sekitar, masyarakat akan melakukan arak-arakan dari balai desa ke tempat petilasan Joko Tingkir yang bertempat di tanah lapang di pojok desa. Pada hari itu, tanah lapang yang biasanya sepi berubah menjadi pasar yang ramai hingga malam hari. Pasar ini terbilang unik karena hanya muncul sekali dalam setahun dan juga tidak boleh tawar-menawar pada saat bertransaksi di Pasar Tambak.
Barang-barang yang dijual di Pasar Tambak ini terbuat dari bambu dan kebanyakan merupakan barang yang diperuntukan sebagai kebutuhan dapur dan pertanian. Warga setempat meyakini bahwa apabila membeli perabotan dapur dan pertanian di Pasar Tambak akan mendapat berkah.
3. Rodat Bukuran
Rodat Bukuran adalah tradisi seni pertunjukan yang berasal dari Desa Bukuran, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Tradisi Rodat Bukuran merupakan tradisi yang memiliki sejarah panjang dan telah diwariskan secara turun-temurun oleh pendahulu masyarakat setempat.
Rodat Bukuran memiliki beberapa ciri khas, di antaranya adalah atraksi fisik yang menantang dan spektakuler. Para pemain dari Rodat Bukuran sering melakukan gerakan-gerakan ekstrem pada saat pertunjukan, seperti berjalan di atas kaca dan menusuk tubuh dengan pecahan kaca. Karakteristik lainnya adalah pada musik dan nyanyian, pada pertunjukan Rodat Bukuran diiringi oleh musik gamelan dan nyanyian-nyanyian Jawa tradisional yang menciptakan suasana magis yang khas.
Selain karakteristik atraksi fisik dan musik terdapat juga karakteristik lain, yaitu spiritualitas. Pertunjukan ini diyakini memiliki kekuatan supranatural dan magis dan dapat digunakan untuk mengusir roh jahat atau mendatangkan keberuntungan.
Terdapat banyak tradisi yang turun-temurun diwariskan di Bumi Sukowati, beberapa telah dikutip di sini, namun apakah budaya tradisi Kabupaten Sragen hanya yang ada pada artikel ini? Masih sangat banyak budaya, tradisi, kearifan lokal, kekayaan alam, dan makanan-makanan khas yang ada dan masih terdapat di Bumi Sukowati ini.
Mari sama-sama lestarikan dan menjaga tradisi dan budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun, ajarkan dan berikan pengetahuan untuk generasi mendatang. Dengan cara paling sederhana kita dapat turut berkontribusi untuk turut menjaga dan melestarikan budaya yang ada di Kabupaten Sragen khususnya dan budaya Indonesia secara umum.
"Apabila tidak mampu untuk menjaga, setidaknya jangan sampai merusak."
Biodata Penulis:
Indah Cahyaningrum saat ini aktif sebagai mahasiswi, Pendidikan Kimia, di Universitas Sebelas Maret.