Film "Jalan yang Jauh, Jangan Lupa Pulang" adalah sekuel dari "Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini" yang diangkat dari buku karya Marchella FP dan disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko. Film ini mengangkat tema tentang perantauan, pencarian identitas, dan hubungan dengan orang-orang terdekat. Berbeda dari film sebelumnya, yang lebih berfokus pada konflik keluarga di Indonesia, kali ini cerita berpusat pada karakter Aurora, diperankan dengan sangat baik oleh Sheila Dara Aisha. Setelah menonton film ini, saya kembali merenungkan bagaimana hubungan dengan orang-orang terdekat dan apa arti pulang itu sendiri. Setiap orang tentu memiliki jawaban yang berbeda ketika ditanya tentang arti pulang, begitu juga dengan karakter utama di film ini.
Berkisah tentang Aurora, seorang mahasiswa seni yang berjuang menyelesaikan studinya di London. Seperti perantau lainnya, ia menghadapi berbagai kesulitan, mulai dari masalah keuangan, akademik, hingga beban emosional dari kekasihnya. Tekanan inilah yang membuat Aurora merasa kesepian dan kehilangan arah.
Aurora juga menghadapi dilema besar ketika tiba-tiba kakak dan adiknya menyusulnya ke London. Dalam perjuangannya, Aurora dikelilingi sahabat-sahabat yang memberikan dukungan dan kekuatan, meskipun terkadang berbeda pendapat. Konflik antara idealisme, tanggung jawab, dan keluarga membuat film ini terasa dekat dengan anak muda yang sedang berjuang jauh dari rumah.
Film ini menggunakan alur maju-mundur untuk menceritakan masalah yang terjadi pada Aurora. Mungkin akan terasa membingungkan pada menit awal karena terdapat adegan yang di ulang-ulang, namun seiring berjalannya film, semua pertanyaan tentang apa yang terjadi di London akan terjawab.
Penampilan yang Mengesankan
Karakter Aurora sukses menjadi fokus utama pada film ini. Kehadiran kakak, adik, dan karakter baru lainnya memberikan penampilan yang pas, membuat tokoh Aurora makin bersinar. Seperti karakter Honey yang diperankan oleh Lutesha misalnya, Honey yang diceritakan sangat dekat dengan Aurora bertugas untuk mengungkap isi hati Aurora yang sebenarnya.
Sheila Dara berhasil memberikan performa yang begitu kuat sebagai Aurora. Ekspresinya yang natural membawa penonton ikut merasakan konflik batin Aurora. Tanpa dialog yang berlebihan, Sheila berhasil menyampaikan ketakutan, keraguan, dan keinginan yang ia pendam selama ini. Penampilannya membuat Aurora terlihat lebih realistis dan terasa dekat dengan penonton, terutama mereka yang hidup jauh dari keluarga.
Penggambaran Kota London
Berlatarkan pinggir Kota London, mulai dari bangunan tua, lorong-lorong yang sepi, hingga keramaian di jalan divisualisasikan sebagai tempat yang juga dingin dan asing, menggambarkan kehidupan Aurora yang penuh ketidakpastian seperti “tersesat” dalam kota yang besar. Adegan-adegan di apartemen Aurora, di mana ia sering kali terlihat termenung sendiri, juga memberikan penggambaran akan kehidupan seorang perantau yang terasa sepi dan kosong.
Berbeda dengan film lainnya yang mungkin hanya menggunakan London untuk mempercantik adegan. Penggambarannya di film ini membuat penonton merasa bahwa memang kota ini adalah kota yang tepat untuk karakter Aurora.
Makna “Pulang” dan “Rumah”
Flm ini memberikan pemahaman baru tentang “pulang.” Pulang tidak selalu berarti kembali secara fisik, tetapi bisa berarti kembali kepada nilai-nilai yang kita bawa dari rumah, kembali kepada diri sendiri, atau pada tujuan awal yang membuat kita berjuang. Aurora belajar bahwa pulang bisa berarti menerima dan berdamai dengan diri sendiri, serta menemukan jalan hidup yang membuatnya merasa inilah “rumah”. Film ini mengajarkan bahwa pulang adalah tentang menemukan kenyamanan dan kebahagiaan yang sering kali terlupakan.
Jika dalam film pertama terlihat Aurora yang merasa tidak nyaman di rumahnya sendiri, disini Aurora sudah menemukan rumah barunya dimana akhirnya ia bebas melakukan apa saja. Perasaan ini juga sering ditampilkan melalui karya-karya seni yang ada di apartemen dan ruang kerja Aurora.
Menceritakan tentang hubungan orang tua sebagai generasi lama menginginkan sang anak untuk memenuhi harapan yang telah ditetapkan dan Aurora sebagai anak tengah berusaha menggapai cita-cita pribadinya, lalu terdapat dinamika antar saudara. Bagaimana konflik muncul dari kecemburuan, tanggung jawab, atau harapan menunjukkan bahwa tidak semua keluarga baik-baik saja.
Pulang merupakan sebuah perjalanan untuk menemukan kembali identitas diri yang sempat terlupakan. Aurora menyadari bahwa rumah adalah tempat yang aman dan nyaman ditengah intensnya kehidupan. Pulang juga dapat diartikan sebagai proses emosional, Aurora harus melewati masalah demi masalah sampai ia bisa mengerti dan berdamai dengan keadaan. Film ini mengajak penonton untuk merenungkan pentingnya pulang dan rumah, seberapa kenal kita dengan anggota keluarga, apakah kita sudah menemukan rumah yang tepat atau belum, apakah kita sudah merasa nyaman dan bahagia di rumah, sekaligus menegaskan bahwa rumah dan keluarga akan selalu bersama kita, sejauh apapun kita pergi.
Selain tentang keluarga, film ini juga memperlihatkan kita pentingnya memilih lingkungan yang berakibat pada kehidupan kita nanti. Pentingnya memberanikan diri untuk menghentikan hubungan jika dirasa sudah tidak sehat dan pergi mencari tempat baru yang membuat diri kita menjadi lebih baik.
Ditambah dengan pemilihan musik yang memperkuat tema film membuat saya sempat menitikkan air mata. Tak heran jika film "Jalan Yang Jauh, Jangan lupa Pulang" ini mendapat dua nominasi di Festival Film Bandung 2023 dan tiga nominasi di Festival Film Indonesia (FFI) 2023.
Meski mendapatkan banyak apresiasi film ini tetap memiliki beberapa kekurangan. Cerita yang cenderung lambat mungkin membuat sebagian penonton merasa alurnya agak bertele-tele, terutama dalam menggambarkan keseharian Aurora yang monoton di London. Penyelesaian konflik dalam film juga terkesan terlalu cepat dan menggantung.
Secara keseluruhan, "Jalan yang Jauh, Jangan Lupa Pulang" adalah film yang mampu mengajak penonton untuk merenungi arti keluarga dan tujuan hidup. Penampilan kuat para pemain dan pengambilan gambar yang indah menambah kekuatan film ini dalam menyampaikan pesan tentang pentingnya selalu mengingat ‘rumah’ dan tidak melupakan dari mana kita berasal. Film ini cocok untuk para perantau yang sedang merindukan rumah juga untuk mereka yang masih mencari jati dirinya.
#Kritik #Film #AnggaDwimasSasongko #Bioskop
Biodata Penulis:
Amira Hasna Lathifa, lahir pada tanggal 26 April 2007 di Purwokerto, saat ini aktif sebagai mahasiswi, Prodi Psikologi, di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Penulis bisa disapa di Instagram @aha.snaa