Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Lopis Raksasa, Simbol Kebersamaan dalam Tradisi Syawalan

Berdasarkan sejarah, tradisi syawalan di Pekalongan pertama kali digagas oleh K.H. Abdullah Sirodj yang merupakan seorang ulama di Krapyak ...

Lebaran, atau Idulfitri, merupakan hari raya umat Islam yang menandai berakhirnya bulan Ramadan yang jatuh pada tanggal 1 Syawal. Di Indonesia hari yang penuh berkah ini dirayakan dengan penuh sukacita setelah menjalani sebulan penuh berpuasa. Perayaan Idulfitri menjadi momentum untuk umat Islam bersyukur atas kemenangan yang telah diraih, baik dari segi spiritual maupun sosial. Pada hari itu, umat Islam di seluruh dunia, khususnya di Indonesia, merayakannya dengan penuh kebahagiaan dan semangat berbagi. Di Indonesia, Idulfitri tidak hanya dikenal dengan ritual keagamaan, tetapi juga dengan berbagai tradisi khas yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat.

Namun ada yang unik dalam perayaan lebaran atau momen syawalan di Pekalongan, yaitu tradisi lopis raksasa. Tradisi lopisan dilaksanakan setiap tanggal 8 Syawal, atau seminggu setelah jatuhnya Hari Raya Idulfitri, dan menjadi salah satu daya tarik budaya khas Pekalongan. Lopis raksasa ini memiliki ukuran yang sangat besar, dengan tinggi mencapai 2 meter, diameter 2,3 meter, dan berat mencapai 1 ton. Karena ukurannya yang luar biasa, proses memasaknya memakan waktu 4 hingga 5 hari menggunakan dandang besar. Setelah matang, memindahkan lopis raksasa ini juga bukan perkara mudah, karena diperlukan katrol untuk mengangkat dan memindahkan ketupat berukuran besar tersebut.

Lopis Raksasa, Simbol Kebersamaan dalam Tradisi Syawalan

Berdasarkan sejarah, tradisi syawalan di Pekalongan pertama kali digagas oleh K.H. Abdullah Sirodj yang merupakan seorang ulama di Krapyak Pekalongan, awalnya, K.H. Abdullah Sirodj secara rutin menjalankan puasa Syawal, dan kebiasaan ini kemudian diikuti oleh masyarakat sekitar Krapyak. Meskipun suasana hari raya masih terasa, warga menunda saling bersilaturahmi sebagai bentuk penghormatan kepada mereka yang masih menjalankan puasa Syawal. Sebagai simbol dari perayaan syawalan, K.H. Abdullah Sirodj memilih hidangan lopis, makanan yang terbuat dari beras ketan yang memiliki daya rekat tinggi, yang melambangkan persatuan dan keharmonisan.

Hingga kini, tradisi lopis raksasa di Pekalongan masih tetap dilestarikan sebagai bagian penting dari perayaan Syawalan, yang menjadi salah satu daya tarik budaya khas daerah tersebut. Tradisi ini tidak hanya menunjukkan kekayaan budaya lokal, tetapi juga mencerminkan semangat kebersamaan dan persatuan di kalangan masyarakat, yang terus dijaga dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Biodata Penulis:

Muhammad Irfani Falah lahir pada tanggal 11 Desember 2001 di Pekalongan. Saat ini aktif sebagai mahasiswa di UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.

© Sepenuhnya. All rights reserved.