Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Apa Penyebab Rambut Rontok Pria di Usia 20-an?

Banyak pria di usia 20-an yang sudah mulai mengalami tanda-tanda kebotakan dini. Hal ini tentunya mengejutkan, apalagi untuk mereka yang sejak ...

Jika kamu adalah pria usia 20-an dan mulai merasa cemas melihat lebih banyak helaian rambut tertinggal di sisir atau bantal, kamu tidak sendirian. Meski usia 20-an sering dianggap sebagai masa keemasan di mana tubuh masih berada di puncak vitalitasnya, kenyataannya tidak sedikit pria muda yang mulai mengalami kerontokan rambut cukup signifikan. Di sini, kami ingin berbagi ulasan mendalam tentang berbagai penyebab rambut rontok pada pria muda berdasarkan pengamatan pribadi, riset ilmiah, serta pengalaman beberapa orang terdekat. Semoga ini bisa jadi awal dari kesadaran untuk lebih peduli terhadap kesehatan rambut dan tubuh secara umum.

Bukan Sekadar Masalah Tua

Kebanyakan orang mengira kerontokan rambut hanya terjadi saat usia mulai menua. Namun faktanya, menurut pafikepanambas.org, banyak pria di usia 20-an yang sudah mulai mengalami tanda-tanda kebotakan dini. Hal ini tentunya mengejutkan, apalagi untuk mereka yang sejak kecil terbiasa melihat ayah atau kakeknya mengalami kerontokan hanya setelah memasuki usia 40 tahun ke atas. Tapi zaman telah berubah. Pola hidup, stres, hingga faktor lingkungan tampaknya mempercepat proses tersebut.

Apa Penyebab Rambut Rontok Pria di Usia 20-an

Pertanyaannya sekarang: Apa sebenarnya penyebab rambut rontok pada pria muda? Yuk, kita bahas satu per satu dengan detail, karena penyebabnya ternyata bukan hanya satu.

1. Faktor Genetik – Warisan yang Tak Terelakkan?

Mari kita mulai dari yang paling umum dan mungkin paling menyebalkan: faktor genetik. Dalam istilah medis, kondisi ini disebut androgenetic alopecia atau kebotakan pola pria. Ini adalah penyebab paling umum dari rambut rontok permanen pada pria, bahkan bisa dimulai sejak akhir masa remaja.

Secara sederhana, kondisi ini diturunkan dari salah satu atau kedua orang tua. Jika ayah atau kakekmu mengalami kebotakan, maka kemungkinan besar kamu juga akan mengalaminya. Penyebabnya adalah sensitivitas folikel rambut terhadap hormon dihidrotestosteron (DHT), turunan dari testosteron. DHT menyebabkan folikel mengecil, yang pada akhirnya membuat rambut tumbuh semakin tipis dan akhirnya berhenti tumbuh sama sekali.

Masalahnya, kita tidak bisa memilih gen kita. Tapi kabar baiknya, kebotakan genetik ini bisa diperlambat bahkan dikontrol dengan pengobatan yang tepat.

2. Stres Kronis – Musuh Diam-diam yang Menggerogoti

Siapa sangka, stres bisa membuat rambut rontok? Tapi faktanya, ini adalah salah satu penyebab utama rambut rontok di usia muda. Stres, terutama stres kronis yang tidak ditangani, bisa memicu kondisi bernama telogen effluvium, yaitu keadaan di mana lebih banyak rambut memasuki fase "istirahat" atau telogen, dan akhirnya rontok dalam jumlah besar.

Bayangkan seorang mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyelesaikan skripsi sambil kerja part-time, atau seorang fresh graduate yang sedang menanggung tekanan mencari pekerjaan dan membangun karier. Stres semacam ini tidak hanya memengaruhi mental, tapi juga fisik, termasuk rambut.

Sayangnya, kerontokan karena stres tidak langsung terlihat. Biasanya efeknya muncul 2–3 bulan setelah periode stres berat. Dan karena itu, banyak orang tidak menghubungkannya secara langsung.

3. Pola Makan Buruk – Tubuh Lapar, Rambut pun Tersiksa

Jangan anggap enteng pola makan. Rambut adalah bagian tubuh yang sangat sensitif terhadap kekurangan nutrisi. Kekurangan zat besi, protein, zinc, vitamin D, hingga biotin bisa membuat folikel rambut melemah dan menyebabkan rambut rontok.

Banyak pria muda di usia 20-an, terutama yang hidup mandiri atau sedang ngekos, sering abai soal makanan. Sarapan seadanya, makan cepat saji, minum kopi lebih dari air putih. Semua itu terlihat biasa saja, tapi dalam jangka panjang bisa menghancurkan keseimbangan tubuh.

Jika kamu mulai mengalami kerontokan, coba perhatikan asupanmu. Apakah cukup sayur? Apakah kamu makan daging atau sumber protein lain secara rutin? Apakah kamu sering melewatkan makan demi pekerjaan atau tugas?

4. Gaya Rambut dan Perawatan yang Agresif

Kita hidup di era gaya. Rambut bukan hanya bagian tubuh, tapi juga pernyataan gaya hidup. Sayangnya, terlalu sering menggunakan produk kimia—seperti gel, pomade, bleaching, atau cat rambut—tanpa disertai perawatan yang tepat, bisa mempercepat kerusakan akar rambut.

Belum lagi gaya rambut yang terlalu kencang seperti man bun, kepang, atau dreadlock bisa memicu traction alopecia, yaitu kerontokan akibat tarikan berulang pada folikel rambut.

Perawatan yang baik memang penting, tapi tidak boleh berlebihan. Rambut bukan baja—ia rapuh, dan butuh istirahat.

5. Gangguan Hormon – Lebih dari Sekadar Testosteron

Perubahan hormon juga memegang peranan penting. Di usia 20-an, hormon memang sedang aktif-aktifnya. Tapi ketidakseimbangan hormon seperti kelebihan DHT, rendahnya hormon tiroid, atau masalah pada kelenjar adrenal bisa mempercepat kerontokan.

Misalnya, seseorang dengan hipotiroidisme (tiroid kurang aktif) akan cenderung mengalami rambut rontok yang menyebar dan tidak hanya di bagian tertentu. Sayangnya, banyak orang tidak menyadari gangguan ini hingga gejalanya cukup parah.

Jika kamu mencurigai adanya masalah hormonal, konsultasi dengan dokter atau ahli endokrin bisa jadi langkah terbaik. Jangan hanya bergantung pada opini internet.

6. Kebiasaan Merokok dan Minum Alkohol

Merokok mempersempit pembuluh darah, termasuk yang menyuplai oksigen ke folikel rambut. Alkohol, di sisi lain, bisa mengganggu penyerapan nutrisi penting dan mempercepat dehidrasi. Kombinasi keduanya adalah resep sempurna untuk kerontokan rambut dini.

Banyak pria muda yang menganggap kebiasaan ini sebagai bagian dari pergaulan. Tapi efek jangka panjangnya bisa sangat merugikan, dan salah satunya adalah mempercepat kebotakan.

7. Kurang Tidur dan Ritme Hidup yang Berantakan

Tidur adalah proses regenerasi. Tanpa tidur cukup, tubuh tidak akan punya cukup waktu untuk memperbaiki sel-sel yang rusak, termasuk di kulit kepala. Kurang tidur bisa mengacaukan hormon, meningkatkan stres, dan memperlambat proses pertumbuhan rambut.

Sayangnya, banyak pria usia 20-an yang hidup seperti ‘burung hantu digital’. Bergadang demi game, scroll media sosial, atau deadline kerja yang kejar-kejaran. Dan kita jarang menyadari bahwa tubuh menyimpan dendam terhadap semua pola hidup ini.

8. Pengaruh Obat Tertentu

Beberapa jenis obat bisa menyebabkan efek samping berupa kerontokan rambut. Misalnya, obat untuk tekanan darah tinggi, antidepresan, steroid anabolik, hingga obat jerawat berbasis isotretinoin.

Jika kamu sedang mengonsumsi obat tertentu dan merasa rambut mulai rontok sejak itu, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter. Kadang kita perlu menimbang ulang: mana yang lebih penting untuk tubuh secara keseluruhan.

9. Infeksi Kulit Kepala

Infeksi seperti kurap (tinea capitis), dermatitis seboroik, atau folikulitis bisa membuat akar rambut terganggu. Ini sering terjadi tanpa disadari, terutama jika kebersihan rambut dan kulit kepala tidak dijaga.

Kebiasaan berbagi sisir, helm, atau topi juga bisa meningkatkan risiko infeksi. Jika kulit kepala terasa gatal, bersisik, atau muncul ruam kemerahan, bisa jadi itu adalah sinyal adanya masalah yang lebih serius.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Setelah mengetahui berbagai penyebabnya, kini pertanyaannya: apa yang bisa kita lakukan?

  1. Kenali Polanya – Apakah kerontokanmu menyebar atau membentuk pola tertentu (seperti huruf M di pelipis)? Ini akan menentukan langkah selanjutnya.
  2. Perbaiki Pola Hidup – Tidur cukup, makan sehat, kelola stres. Ini memang klasik, tapi tetap jadi fondasi utama.
  3. Gunakan Produk yang Tepat – Jangan asal pilih shampo atau serum. Pilih yang sesuai dengan jenis rambut dan kulit kepalamu.
  4. Konsultasi Medis – Jika kerontokan tak kunjung membaik, segera temui dokter kulit atau trichologist. Ada banyak terapi mulai dari minoxidil, finasteride, hingga PRP (platelet-rich plasma).
  5. Terima dan Rawat – Kebotakan bukan akhir dunia. Jika memang genetik, rawatlah agar tetap sehat dan percaya dirilah dengan gaya rambutmu, apapun bentuknya.

Menutup dengan Realita

Rambut memang mahkota, tapi bukan satu-satunya yang menentukan siapa kita. Di usia 20-an, kamu punya kesempatan emas untuk memperbaiki pola hidup dan mengantisipasi kerontokan sejak dini. Jangan tunggu sampai rambut benar-benar habis untuk mulai peduli.

Dan yang terpenting: jangan terlalu keras pada diri sendiri. Semua orang punya perjuangan masing-masing, termasuk urusan rambut. Jadikan ini sebagai pengingat bahwa tubuh, sekecil apapun bagiannya, perlu perhatian dan kasih sayang.

Kalau kamu merasa kerontokan rambutmu makin parah atau bikin kamu stres berlebihan, jangan ragu cari bantuan profesional.

© Sepenuhnya. All rights reserved.