Di dunia yang semakin terhubung, pertemanan dengan orang yang berbeda agama menjadi hal biasa. Dulu, interaksi antar agama sering kali rumit, tapi kini kesempatan untuk berteman lintas keyakinan makin banyak, didukung globalisasi dan teknologi. Pertemanan ini bisa mengurangi prasangka, menambah pemahaman, dan memperkaya pandangan kita. Bagi teman-teman kita yang memiliki lingkungan perbedaan keagamaan tentu sudah tidak asing lagi dengan yang namanya berteman dengan mereka yang berbeda agama.
Moderasi beragama di dalam konteks ini memiliki keterkaitan yang erat, apalagi di dalam hal penengah bagi perbedaan seperti berteman dengan mereka yang berbeda agama. Moderasi beragama dapat membantu meningkatkan toleransi, rasa keharmonisan kita terhadap perbedaan agama sehingga memungkinkan kita untuk membangun pondasi persahabatan yang kuat dengan orang yang berbeda agama.
Moderasi beragama berarti cara beragama jalan tengah sesuai pengertian moderasi tadi. Dengan moderasi beragama, seseorang tidak ekstrem dan tidak berlebih-lebihan saat menjalani ajaran agamanya. Orang yang mempraktikkannya disebut moderat. Artinya siapapun seseorang ini dirinya tidak merasa ikut ke kanan ataupun ke kiri namun ia di tengah sebagai orang moderat.
Dalam konteks Indonesia, dengan filosofi Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, semangat persatuan dalam keberagaman menjadi fondasi penting dalam membangun interaksi sosial yang harmonis. Pertemanan lintas agama di Indonesia bukan hanya sebatas lingkup perbedaan, tetapi juga sebuah tujuan dari cita-cita Bhinneka tunggal ika yang saling menghormati di tengah perbedaan keyakinan. Pengalaman pertemanan lintas agama di Indonesia dapat menjadi contoh yang berharga bagi upaya membangun masyarakat Indonesia yang lebih terbuka dan menjadi contoh bagi masyarakat dunia.
Biodata Penulis:
Muhammad Hafizh Fikri saat ini aktif sebagai mahasiswa di UIN GUS DUR.