Rambut rontok bukan hanya masalah yang dialami oleh orang dewasa atau mereka yang telah berusia lanjut. Di era sekarang, semakin banyak remaja yang mengeluhkan rambutnya rontok secara berlebihan. Masalah ini tak bisa dianggap sepele karena dapat berdampak pada kepercayaan diri dan kondisi psikologis mereka. Organisasi pafibangil.org bahkan kerap mengangkat isu ini dalam konteks edukasi kesehatan remaja yang lebih luas. Namun, pertanyaannya: mengapa remaja bisa mengalami kerontokan rambut padahal usia mereka tergolong muda dan mestinya berada dalam fase paling prima?
Mari kita coba urai dengan detil berbagai kemungkinan penyebab rambut rontok pada remaja, mulai dari faktor genetik, hormonal, pola hidup, hingga kondisi medis tertentu. Kita juga akan membahas apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya, tanpa harus langsung panik atau terburu-buru mencoba segala jenis produk perawatan rambut yang belum tentu cocok.
Rambut Rontok: Apa yang Masih Normal?
Sebelum masuk ke pembahasan utama, penting untuk mengetahui batas antara rambut rontok yang masih dalam kategori normal dan yang sudah mengkhawatirkan. Normalnya, manusia kehilangan sekitar 50 hingga 100 helai rambut per hari. Ini adalah bagian dari siklus alami rambut yang meliputi fase pertumbuhan (anagen), fase istirahat (telogen), dan fase rontok (catagen).
Namun, ketika rambut rontok mulai meninggalkan bekas signifikan seperti penipisan rambut di area tertentu, munculnya kebotakan kecil (patchy), atau peningkatan jumlah helai rambut di bantal, sisir, dan kamar mandi, maka saatnya waspada.
1. Perubahan Hormon: Pubertas yang Tak Terelakkan
Remaja mengalami lonjakan hormon yang sangat signifikan, terutama saat masa pubertas. Hormon seperti testosteron dan estrogen mulai aktif dan mempengaruhi banyak sistem dalam tubuh, termasuk folikel rambut. Pada laki-laki, peningkatan hormon testosteron bisa memicu dihidrotestosteron (DHT) — hormon yang dikenal berkontribusi dalam kerontokan rambut, terutama jika ada faktor genetik yang menyertainya.
Bagi perempuan, fluktuasi hormon bisa terjadi saat pertama kali menstruasi, selama siklus haid tidak teratur, atau saat tubuh mengalami stres hormonal. Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS) adalah salah satu kondisi medis pada remaja perempuan yang dapat menyebabkan kerontokan rambut karena ketidakseimbangan hormon androgen.
2. Faktor Genetik: Warisan dari Orang Tua
Tak bisa dimungkiri, genetik memegang peranan besar dalam menentukan apakah seseorang akan mengalami kerontokan rambut lebih awal. Jika orang tua — terutama ayah atau kakek dari pihak ibu — mengalami kebotakan dini, besar kemungkinan anak atau cucunya juga akan mengalami hal yang sama, bahkan sejak remaja.
Kondisi ini dikenal sebagai androgenetic alopecia atau kebotakan pola pria/wanita. Pada pria, biasanya dimulai dengan garis rambut yang mundur di bagian dahi atau menipis di area mahkota. Sedangkan pada wanita, biasanya berupa penipisan menyeluruh tanpa pola botak yang jelas.
3. Stres dan Tekanan Psikologis
Remaja masa kini menghadapi tekanan yang tidak kalah berat dibanding orang dewasa: tugas sekolah yang menumpuk, tekanan sosial di media, persaingan akademis, hingga persoalan keluarga. Semua ini bisa memicu stres kronis.
Stres yang berlangsung lama dapat menyebabkan kondisi yang disebut telogen effluvium, yaitu saat lebih banyak folikel rambut masuk ke fase istirahat daripada fase pertumbuhan. Akibatnya, dalam beberapa minggu atau bulan kemudian, rambut mulai rontok secara masif. Berbeda dengan kebotakan genetik, telogen effluvium biasanya tidak bersifat permanen dan bisa membaik jika penyebab stres berhasil diatasi.
4. Pola Makan yang Buruk dan Kekurangan Gizi
Remaja sangat rentan mengalami kekurangan nutrisi karena pola makan yang tidak teratur atau terlalu banyak mengonsumsi junk food. Protein, zat besi, zinc, vitamin D, dan biotin adalah beberapa nutrisi penting yang berperan dalam menjaga kesehatan rambut.
Misalnya, kekurangan zat besi (anemia) yang umum terjadi pada remaja perempuan karena menstruasi bisa membuat rambut menjadi rapuh dan mudah rontok. Begitu pula dengan diet ekstrem atau pola makan tidak seimbang yang dilakukan demi menurunkan berat badan. Tanpa asupan kalori dan nutrisi yang cukup, tubuh akan “mengorbankan” bagian yang dianggap tidak vital — seperti rambut.
5. Perawatan Rambut yang Salah
Trend kecantikan di kalangan remaja sering kali mendorong mereka untuk mencoba berbagai produk atau prosedur styling rambut tanpa memahami risikonya. Pewarna rambut, pelurusan kimia, bleaching, serta penggunaan alat catok dan pengering rambut dalam suhu tinggi, semuanya bisa merusak batang rambut dan melemahkan folikel.
Selain itu, gaya rambut tertentu yang terlalu ketat seperti ponytail, kepang, atau sanggul bisa menyebabkan traction alopecia, yaitu kerontokan akibat tarikan berulang pada kulit kepala.
6. Infeksi Kulit Kepala
Kondisi seperti tinea capitis (infeksi jamur di kulit kepala) dapat menyebabkan rambut rontok di area tertentu yang disertai kemerahan, gatal, atau bahkan luka kecil. Tinea capitis umum terjadi pada anak-anak dan remaja, terutama mereka yang sering berkegiatan di luar ruangan atau berbagi alat seperti sisir atau topi.
Jika infeksi ini tidak ditangani, kerontokan bisa menjadi permanen. Untungnya, pengobatan dengan antijamur oral dan topikal bisa sangat efektif jika dilakukan sejak dini.
7. Penyakit Autoimun
Salah satu penyebab rambut rontok yang sering terlambat dikenali adalah alopecia areata, yaitu kondisi autoimun di mana sistem kekebalan tubuh menyerang folikel rambut. Akibatnya, rambut rontok dalam bentuk patch-patch bulat kecil, biasanya tanpa rasa sakit atau iritasi.
Alopecia areata bisa dialami oleh siapa saja, termasuk remaja. Meskipun tidak berbahaya secara fisik, dampaknya terhadap kesehatan mental bisa sangat besar. Kondisi ini bisa hilang dan kambuh secara tiba-tiba, dan pengobatannya biasanya melibatkan obat topikal kortikosteroid atau terapi imunosupresif ringan.
8. Pengaruh Obat
Beberapa jenis obat yang dikonsumsi oleh remaja untuk mengatasi kondisi tertentu juga bisa menyebabkan kerontokan rambut sebagai efek samping. Contohnya termasuk obat untuk:
- Jerawat (seperti isotretinoin)
- Gangguan tiroid
- Depresi atau kecemasan
- Kontrasepsi hormonal
Jika rambut rontok mulai terjadi setelah mengonsumsi obat tertentu, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mempertimbangkan alternatif pengobatan.
9. Faktor Lingkungan
Paparan polusi udara, air yang tidak bersih, atau penggunaan sampo yang mengandung bahan kimia keras bisa memperburuk kondisi kulit kepala dan menyebabkan rambut lebih mudah rontok. Meskipun bukan penyebab utama, faktor-faktor lingkungan ini dapat mempercepat proses kerontokan bila dikombinasikan dengan penyebab lain.
Cara Mengatasi dan Mencegah Rambut Rontok pada Remaja
Mengetahui penyebab adalah langkah pertama. Selanjutnya adalah menyusun strategi yang tepat untuk mengatasi dan mencegah kerontokan semakin parah. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan:
1. Ubah Pola Makan
Pastikan asupan nutrisi harian mencukupi, terutama zat besi, protein, vitamin A, C, D, E, dan biotin. Konsumsi makanan seperti:
- Ikan salmon, telur, bayam, alpukat
- Kacang-kacangan dan biji-bijian
- Buah-buahan kaya antioksidan seperti beri
2. Hindari Styling Berlebihan
Kurangi penggunaan alat catok dan pengering rambut. Jika perlu, gunakan heat protectant. Hindari mewarnai atau meluruskan rambut secara kimiawi, terutama jika usia masih sangat muda.
3. Perhatikan Produk yang Digunakan
Pilih sampo dan kondisioner dengan bahan yang lembut dan bebas dari sulfat serta paraben. Untuk kulit kepala bermasalah, bisa gunakan sampo dengan kandungan zinc pyrithione atau ketoconazole.
4. Kurangi Stres
Latihan pernapasan, yoga, journaling, atau olahraga ringan bisa sangat membantu mengurangi tekanan psikologis. Jika perlu, jangan ragu mencari bantuan konselor atau psikolog di sekolah.
5. Rutin Cek Kesehatan
Jika rambut rontok disertai gejala lain seperti kelelahan ekstrem, menstruasi tidak teratur, atau penurunan berat badan mendadak, sebaiknya lakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui apakah ada gangguan hormonal atau anemia.
Rambut Rontok pada Remaja Bukan Sekadar Masalah Kosmetik
Kerontokan rambut di usia remaja adalah masalah yang kompleks dan tak bisa disamaratakan. Di balik helai-helai rambut yang jatuh, bisa tersembunyi pesan dari tubuh bahwa ada sesuatu yang tidak seimbang — entah itu secara hormonal, nutrisi, emosional, maupun kesehatan kulit kepala.
Daripada menutupinya dengan topi atau menumpuk produk perawatan, langkah yang paling bijak adalah mengenali penyebabnya, lalu perlahan-lahan membangun rutinitas hidup yang lebih sehat.
Jika kamu atau orang di sekitarmu mengalami kerontokan rambut yang terasa tidak biasa, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter. Lebih baik mengetahui lebih awal dan melakukan intervensi yang tepat, daripada menyesal di kemudian hari.