Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Tradisi Kota Pekalongan dalam Memeriahkan Bulan Syawal melalui Festival Balon Pekalongan 2025

Tradisi menerbangkan balon udara di saat Syawal sudah ada sejak lama di Pekalongan, namun dulu masyarakat hanya melakukannya secara bebas.

Festival Balon Udara Pekalongan adalah tradisi tahunan yang diselenggarakan bertepatan tujuh hari setelah Idul Fitri atau yang biasa kita kenal yaitu perayaan Syawalan. Festival ini menampilkan balon udara berwarna-warni dengan berbagai macam motif dan gambar yang dibuat sendiri oleh warga lokal Pekalongan. Festival ini diadakan dengan tujuan sebagai upaya melestarikan tradisi masyarakat Pekalongan, dan menjadi wadah bagi para masyarakat Pekalongan untuk mencurahkan kekreativitasannya.

Festival Balon Pekalongan
sumber: pekalongankota.go.id

Di tahun 2025 Festival Balon Udara Tambat ini dimeriahkan selama tiga hari di tempat yang berbeda-beda, sebagai kebutuhan seleksi selama dua hari untuk puncak acara pada 7 April 2025 di Lapangan Mataram. Acara ini diikuti oleh 86 tim yang menerbangkan balon dengan berbagai warna serta keunikan gambar mereka seperti motif batik, karakter popular, anime, dan lain-lainnya. Para peserta menerbangkan balon mereka dengan ditambatkan ke tanah untuk memastikan keselamatan penerbangan, dan tidak terbang secara liar. Hal tersebut dapat menjadi aspek pendukung bagi Festival ini untuk menjadi ikon wisata tahunan di Kota Pekalongan.

Namun meski tradisi ikonik ini masih lestari, masih sering muncul perdebatan tentang terlaksananya acara ini. Para warga lokal cemas karena masih ada banyak orang yang menerbangkan balon udara liar sehingga berpotensi membahayakan warga sekitar. Selain itu kegiatan ini dapat mempersulit lalu lintas udara. Sehingga pihak kepolisian harus mengadakan patroli untuk mengamankan balon-balon illegal tersebut demi keamanan dan keselamatan berbagai pihak.

“Patroli ini bersifat preventif guna mengantisipasi penerbangan liar balon udara dan ledakan petasan saat gelaran syawalan” Ujar Suwarti selaku Kaubsi Penmas si Humas Polres Pekalongan, dilansir ANTARA.

Tradisi menerbangkan balon udara di saat Syawal sudah ada sejak lama di Pekalongan, namun dulu masyarakat hanya melakukannya secara bebas. Seiring berjalannya waktu mulai muncul kesadaran atas keselamatan dan potensi berbahaya yang dapat timbul dari kegiatan ini seperti kebakaran, kerusakan, dan polusi dari balon udara yang mendarat entah di mana. Dengan timbulnya kekhawatiran para masyarakat, pihak pemerintah pun turun tangan mencari solusi agar tradisi ini bisa terus dilestarikan dengan aman tanpa membahayakan semua pihak.

Festival Balon Udara Tambat inilah yang menjadi solusi agar tradisi penerbangan balon udara di Kota Pekalongan tetap terlaksana namun tetap aman bagi semua orang. Selain karena tradisi, kegiatan ini juga dapat mendorong banyak masyarakat untuk menjadi kreatif dan mendukung upaya mengembangkan Kota Pekalongan dalam sektor pariwisata. Festival yang digelar pada bulan Syawal ini tak jauh dari perayaan Hari Raya Idul Fitri di mana banyak orang yang pulang kampung ke Pekalongan, belum lagi dengan promosi besar-besaran di media sosial sehingga banyak orang dari luar Kota Pekalongan datang memeriahkan acara ini. Walaupun dilaksanakan di bulan Syawal, acara ini terbuka untuk semua orang sehingga tak hanya umat islam yang datang di acara ini, namun banyak umat dari agama lain juga ikut merayakan sehingga dapat tercipta kebersamaan dan berbagi kebahagiaan antar sesama manusia.

Biodata Penulis:

Khamal Itma'ana saat ini aktif sebagai mahasiswa di UIN Gus Dur Pekalongan.

© Sepenuhnya. All rights reserved.