Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Dampak Buruk TikTok terhadap Kualitas dan Pola Tidur Mahasiswa

Banyak mahasiswa mengaku bahwa mereka sering kali menunda waktu tidur karena asyik melihat TikTok. Awalnya hanya ingin membuka aplikasi sebentar ...

“Lima menit lagi, habis itu tidur”. Kalimat sederhana ini sering terucap oleh pengguna TikTok sebelum tidur. Tapi lima menit berubah menjadi lima puluh. Satu video menarik membawa ke video menarik berikutnya. Sebelum sadar waktu sudah berubah menjadi pukul dua pagi dan bangun tidur dengan kepala berat dan mata sembab. Fenomena ini bukan hal baru, terutama dikalangan mahasiswa karena aplikasi TikTok saat ini menjadi sosial media terpopuler di dunia. TikTok yang menyuguhkan video pendek dari kreativitas kreatornya mampu membuat penggunanya betah berlama-lama di layar ponsel tanpa ingat waktu hingga mampu memengaruhi aspek penting dalam kehidupan sehari-hari, yaitu pola tidur.

Dampak Buruk TikTok terhadap Kualitas dan Pola Tidur Mahasiswa

Banyak mahasiswa mengaku bahwa mereka sering kali menunda waktu tidur karena asyik melihat TikTok. Awalnya hanya ingin membuka aplikasi sebentar sebagai hiburan sebelum tidur. Namun itu hanyalah kata pemanis awal, nyatanya satu video menarik akan mengarah ke video lainnya dan akhirnya akan sadar jika waktu sudah sampai tengah malam atau bahkan hingga dini hari. Fenomena ini dikenal sebagai “Revenge Bedtime Procrastination” yang berarti kecenderungan menunda tidur demi menikmati waktu pribadi, terutama setelah seharian sibuk dengan tugas atau aktivitas. Dampak dari menurunnya kualitas tidur ini tidak main-main. Kurang tidur dapat menyebabkan tubuh lemas, sulit konsentrasi, emosi yang tidak stabil, hingga turunnya produktivitas akademik. Dalam jangka panjangnya, gangguan tidur yang terus menerus bisa memicu berbagai masalah kesehatan seperti stress kronis, penurunan imunitas, bahkan gangguan metabolik.

Salah satu alasan utama mengapa TikTok begitu sulit ditinggalkan adalah desain aplikasi TikTok yang adiktif. Algoritma TikTok sangat pintar dalam membaca preferensi pengguna. Setiap video yang ditonton, disukai, dikomentari atau dibagikan akan menjadi data yang digunakan untuk menyajikan konten serupa ke depannya. Hal ini akan membuat pengguna “terjebak” dalam lingkaran konten yang relevan dan menyenangkan bagi mereka. Belum lagi durasi video yang pendek, biasanya 15-60 detik membuat pengguna merasa tidak terlalu membuang waktu, padahal jika dikumpulkan bisa jadi sudah menghabiskan waktu lebih dari satu jam. Selain itu, cahaya biru dari layar ponsel juga berperan dalam mengganggu kualitas tidur. Paparan cahaya ini dapat menekan produksi melanin, hormon yang berfungsi mengatur siklus tidur. Akibatnya, meskipun tubuh sudah lelah, otak tetap terjaga dan sulit merasa ngantuk. Apalagi jika otak terus menerus menerima rangsangan dari video-video yang informatif, lucu atau bahkan emosional.

Mahasiswa menjadi pengguna yang rentan mengalami hal ini karena mereka sudah berada dalam fase usia di mana kebebasan mulai meningkat. Mereka tidak lagi diawasi orang tua dan memiliki kendali penuh atas waktu, dan seringkali bergantung pada ponsel untuk hiburan, informasi, dan komunikasi. TikTok menjadi pelarian dari stress kuliah, tugas dan tekanan sosial. Hal ini juga menjadikan faktor kebiasaan tidur menjadi tidak teratur. Banyak mahasiswa dan remaja tidur lewat tengah malam hampir setiap hari, merasa lelah sepanjang pagi dan menyalahkan hal lain tanpa menyadari TikTok dan cara penggunaannya yang menjadi penyebab utama.

Lalu, bagaimana cara mengatasi masalah ini?

Cara mengatasi permasalahan ini tidak perlu menghapus aplikasi TikTok atau dijauhi sepenuhnya. Aplikasi ini tetap bisa menjadi media hiburan, edukasi, bahkan tempat mengembangkan kreativitas. Namun, penggunaannya harus dikendalikan dengan kesadaran dan kebiasaan yang sehat. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:

  1. Menentukan batas waktu penggunaan TikTok, terutama di malam hari. Misalnya, tidak membuka aplikasi setelah pukul 21.30.
  2. Mengaktifkan fitur pembatas waktu layar (screen time) di ponsel untuk memantau durasi penggunaan harian.
  3. Letakkan ponsel jauh dari tempat tidur, sehingga tidak tergoda untuk membuka aplikasi saat sudah berbaring.
  4. Alihkan rutinitas sebelum tidur ke kegiatan yang lebih tenang, seperti membaca buku fisik atau journaling.

Tidur yang cukup dan berkualitas bukan hanya tentang istirahat, tapi juga berdampak langsung pada kesehatan mental, fisik, dan performa kita di berbagai aspek. Mahasiswa dan remaja yang cukup tidur terbukti lebih fokus belajar, lebih stabil secara emosional, dan lebih siap menghadapi tantangan sehari-hari. Aplikasi TikTok memang menyenangkan, tapi jangan sampai jadi penyebab kita kehilangan waktu tidur yang berharga karena dalam dunia nyata, produktivitas dan kesehatan adalah hal yang lebih penting untuk dipertahankan.

Alia Marissa Nadhifa

Biodata Penulis:

Alia Marissa Nadhifa, lahir 29 Juli 2006 di di Surakarta, saat ini aktif sebagai mahasiswa, Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, di Universitas Sebelas Maret. Penulis bisa disapa di Instagram: @limrnaaa

© Sepenuhnya. All rights reserved.