Di zaman sekarang, dunia semakin terbuka dan saling terhubung. Batik warisan budaya Indonesia menemukan suatu cara baru untuk bisa tetap relevan dan juga diminati apalagi oleh generasi muda. Fitur live streaming dimanfaatkan oleh para pelaku usaha mikro, kecil, serta menengah (UMKM) batik sebagai suatu strategi promosi yang efektif melalui platform TikTok. Kalau dulu batik hanya dijual lewat toko atau bazar, sekarang penjual bisa memamerkan batik langsung lewat live streaming. Penonton bisa melihat langsung motif, warna, dan bahan kain batik secara real time. Tak hanya itu, mereka juga bisa bertanya langsung dan mendapatkan diskon atau bonus selama siaran berlangsung. Semua jadi lebih praktis dan terasa dekat.
Tren live streaming bukan sekadar fenomena musiman. Ini adalah strategi pemasaran baru yang terbukti efektif dan terus berkembang. Di tengah maraknya e-commerce dan platform media sosial seperti TikTok dan Instagram, live streaming telah membuka peluang besar bagi batik sebuah produk tradisional untuk tampil dalam kemasan modern dan lebih menarik, terutama bagi pasar Gen Z yang sangat visual, cepat, dan haus interaksi langsung.
Inovasi Baru, Hasil yang Nyata
Dalam satu sesi siaran langsung di TikTok, seorang penjual batik atau host live dapat menampilkan beragam produk, menawarkan diskon khusus, menjawab pertanyaan dari pelanggan secara real time. Dalam pengalaman ini, penonton tidak hanya berperan sebagai pembeli, tetapi juga menjadi bagian dari suatu proses transaksi yang lebih personal dan menyenangkan. Strategi semacam ini terbukti efektif dalam memicu impulsif beli.
Tak heran jika banyak penjual batik melaporkan peningkatan omzet yang signifikan setelah rutin melakukan live streaming.
Gen Z: Audiens yang Unik
Apa yang membuat live streaming begitu berhasil dalam menjangkau Gen Z? Karena generasi ini cenderung menghindari pendekatan tradisional. Mereka tumbuh dalam era di mana video singkat, konten interaktif, dan pengalaman digital instan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Mereka tidak suka nasehat yang menggurui, melainkan lebih ingin dilibatkan.
Selain hanya melihat produk, mereka ingin mengenal kepribadian penjual, mendengar cerita di balik produk, dan terkadang terlibat dalam permainan atau lelucon selama siaran berlangsung.
Dalam konteks batik, ini adalah sebuah peluang besar. Batik, yang selama ini sering dianggap formal dan kuno, kini dapat diperkenalkan dengan cara yang lebih segar dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Transformasi Penjualan Batik melalui Live Streaming
Tradisi penjualan batik yang dahulu terbatas pada toko fisik kini bertransformasi ke ranah digital. Live streaming di TikTok memungkinkan penjual untuk memamerkan produk secara real-time, berinteraksi langsung dengan calon pembeli, dan memberikan penawaran khusus yang menarik. Interaksi ini menciptakan pengalaman berbelanja yang lebih personal dan menyenangkan bagi konsumen.
Pesona Host Live: Daya Tarik Tersendiri
Salah satu faktor keberhasilan live streaming batik adalah kehadiran host yang karismatik. Contohnya, Farhan dari akun @72batik di Yogyakarta, yang dikenal dengan gaya bicara lembut dan ramah, berhasil menarik perhatian ribuan penonton dalam setiap sesi live.
Sementara itu, Tulus Adi Wicaksono dari Solo, dengan gaya penyampaian yang unik dan ekspresif, juga berhasil mencuri perhatian warganet. Ryan dari akun @batiknawilis di Solo, yang dikenal dengan gaya bicara energik dan ramah, berhasil menarik perhatian ribuan penonton dalam setiap sesi live.
Kehadiran host-host ini tidak hanya meningkatkan penjualan, tetapi juga membangun pelanggan yang loyal. Interaksi langsung, sapaan personal, dan gaya penyampaian yang menarik membuat penonton merasa lebih dekat dengan brand, sehingga meningkatkan kepercayaan dan loyalitas pelanggan.
Tantangan dan Peluang ke Depan
Walaupun live streaming menawarkan banyak keuntungan, perjalanan menuju keberhasilan pasti tidak selalu mudah. Terdapat berbagai hambatan yang terus dihadapi oleh pelaku UMKM batik dalam memanfaatkan strategi ini secara maksimal. Pertama, ada masalah konsistensi. Tidak semua penjual dapat melakukan live secara teratur dan menarik minat setiap hari. Diperlukan tenaga, imajinasi, dan mental yang tangguh untuk tampil secara terus-menerus di hadapan kamera.
Bagi sejumlah pelaku UMKM yang masih menangani semua aspek mulai dari produksi, pemasaran, hingga pengemasan mempertahankan konsistensi dalam siaran adalah sebuah tugas yang cukup berat. Kedua, ada aspek kesiapan teknologi. Meskipun terlihat mudah, live streaming yang berhasil memerlukan dukungan teknis seperti koneksi internet yang stabil, pencahayaan yang tepat, serta pemahaman dasar tentang cara mengikuti tren dan algoritma TikTok. Banyak pelaku UMKM yang belum memiliki akses atau kemampuan ini, sehingga memerlukan bimbingan atau pelatihan.
Ketiga, persaingan yang semakin ketat. Dengan semakin banyaknya UMKM yang terlibat dalam live streaming, tantangan untuk menonjol juga semakin besar. Di sinilah kreativitas dan personal branding memegang peranan penting. Seorang host live tidak hanya menjual barang, tetapi juga menjual kepribadian, cara berbicara, dan karakter yang dibangun selama siaran. Mereka harus dapat menampilkan keunikan tanpa kehilangan makna dari budaya batik itu sendiri.
Namun, di balik berbagai tantangan tersebut, terdapat peluang yang sangat besar. Live streaming membuka kesempatan untuk memperluas digitalisasi UMKM. Jika sebelumnya hanya mengandalkan pasar lokal, sekarang UMKM batik dapat menjangkau konsumen dari seluruh Indonesia, bahkan luar negeri. TikTok memungkinkan produk dari desa kecil seperti Pekalongan atau Solo untuk dilihat dan dibeli oleh orang-orang di Jakarta, Makassar, bahkan Malaysia dan Singapura.
Peluang berikutnya adalah kolaborasi. UMKM bisa bekerja sama dengan pembawa acara live yang sudah terkenal atau dengan pembuat konten yang punya banyak pengikut. Kerja sama ini bisa saling menguntungkan UMKM jadi lebih dikenal banyak orang, sementara pembawa acara atau kreator konten mendapatkan bahan siaran dan produk lokal yang menarik untuk ditampilkan.
Akhirnya, munculnya peluang baru. Seiring dengan berkembangnya tren live selling, peluang kerja di bidang pemasaran digital, produksi konten, dan pelatihan UMKM juga ikut meningkat. Hal ini menciptakan perputaran uang yang lebih luas di sekitar usaha lokal. Generasi muda tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga turut serta sebagai pelaku aktif dalam menggerakkan ekonomi kreatif yang berbasis budaya.
Live streaming di TikTok telah membuka jalan baru bagi UMKM batik untuk tumbuh dan berkembang. Inovasi ini bukan hanya soal menjual produk, tapi juga soal membangun hubungan dengan pelanggan dan membawa budaya batik lebih dekat ke generasi muda. Dengan semangat adaptasi dan kreativitas, UMKM Indonesia siap bersaing di era digital.
Biodata Penulis:
Fregita Savira, lahir pada tanggal 26 Mei 2006 di Surakarta, saat ini aktif sebagai mahasiswa, Program Studi Ekonomi Pembangunan, di Universitas Sebelas Maret. Ia terlibat dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan (HMJEP) di divisi Kewirausahaan dan Kelompok Studi Bengawan di divisi Forum Bengawan. Penulis bisa disapa di Instagram @fgsvyra