Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Kecepatan atau Keselamatan: Dilema Kasus Kereta Batara Kresna Solo–Wonogiri

Sejak diberlakukannya Grafik Perjalanan Kereta Api (Gapeka) 2025 pada 1 Februari lalu, KA Batara Kresna tampil dengan wajah baru yang makin menarik ..

Kereta Api (KA) Batara Kresna adalah kereta api komuter dengan subsidi perintis. Kereta ini pertama kali diperkenalkan ke masyarakat pada 26 Juli 2011, yang diresmikan oleh Menteri Perhubungan RI Freddy Numberi di Surakarta bersama dengan bus tingkat pariwisata Werkudara. Kereta ini merupakan proyek kerja sama antara kementerian perhubungan (kemenhub) dengan PT KAI, yang berjalan di bawah DAOP 6 Yogyakarta, dengan rute Stasiun Purwosari hingga Stasiun Wonogiri.

Dilema Kasus Kereta Batara Kresna Solo–Wonogiri
Sumber gambar: Wikipedia

Sejak diberlakukannya Grafik Perjalanan Kereta Api (Gapeka) 2025 pada 1 Februari lalu, KA Batara Kresna tampil dengan wajah baru yang makin menarik perhatian masyarakat. Kecepatan kereta yang sebelumnya hanya 40 km/jam kini melonjak menjadi 70 km/jam, membuat waktu tempuh menjadi lebih singkat. Tak hanya itu, pembaruan armada dengan kereta eksekutif ber-AC juga membuat pengalaman naik Batara Kresna terasa lebih nyaman. Kursi yang lebih empuk, kabin sejuk, dan pemandangan yang bisa dinikmati lewat jendela besar menjadi daya tarik tersendiri. Tak heran, sejak pembaruan ini, volume penumpang yang naik hampir 45% menandakan bahwa masyarakat semakin melirik kereta ini sebagai andalan baru.

Dengan tarif yang super terjangkau, hanya Rp4.000 sekali jalan, KA Batara Kresna menjadi solusi transportasi massal yang ramah kantong di jalur Solo–Wonogiri. Waktu tempuh yang singkat membuatnya menjadi alternatif praktis dibanding berkendara sendiri. Bahkan, setiap perjalanan KA Batara Kresna diperkirakan bisa mengurangi kepadatan lalu lintas hingga 60 kendaraan pribadi di jalan raya. Bagi warga yang selama ini lelah terjebak macet, kehadiran kereta ini menjadi angin segar. Apalagi, sensasi unik saat Batara Kresna melintas berdampingan langsung dengan kendaraan lain di ruas Slamet Riyadi menambah keseruan tersendiri, khususnya bagi penumpang yang sekadar ingin jalan-jalan santai menikmati kota tanpa keluar banyak biaya.

Kereta ini melayani empat stasiun pemberhentian strategis: Purwosari, Solo Kota, Sukoharjo, dan Pasar Nguter. Keempatnya menyambungkan kawasan penting yang tak hanya ramai penduduk tapi juga pusat aktivitas bisnis dan pendidikan. Dengan jalur yang melewati jantung kota Solo hingga ke wilayah Wonogiri, KA Batara Kresna benar-benar hadir sebagai penghubung yang efisien untuk pelaju harian, pekerja, mahasiswa, hingga wisatawan yang ingin menikmati Solo dengan cara berbeda.

Urusan tiket pun kini dibuat semudah mungkin. PT ΚΑΙ DAOP 6 menyediakan pembelian tiket secara daring melalui aplikasi resmi “Acces by KAI”, yang bisa diakses hingga tujuh hari sebelum keberangkatan. Bagi yang lebih suka cara konvensional, pembelian tiket langsung di loket stasiun tetap tersedia selama kursi masih ada.

Kini, KA Batara Kresna bukan sekadar moda transportasi. Ia jadi pilihan gaya hidup baru: nyaman, murah, efisien, dan ramah lingkungan. Naik kereta kini bukan hanya soal berpindah tempat, tapi juga pengalaman menikmati kota, memotong stres perjalanan, dan ikut serta mengurangi kemacetan. Jadi, jika anda sedang mencari alternatif transportasi Solo–Wonogiri yang hemat tapi tetap nyaman, KA Batara Kresna jelas layak dicoba.

Akan tetapi, di balik peningkatan kualitas dan pembaruan, KA Batara Kresna juga menimbulkan kekhawatiran serius di jalur Solo–Wonogiri. Permukiman warga yang berdiri hanya beberapa meter dari rel kini terpapar risiko tinggi. Kondisi ini bukan sekadar pelanggaran tata ruang, tetapi potensi bencana kapan saja.

Lebih memprihatinkan lagi, banyaknya perlintasan sebidang tanpa palang pintu masih beroperasi di rute ini. Sejak kereta mulai diuji dengan kecepatan 70 km/jam, tujuh ekor ternak mati tertabrak saat merumput di pinggir rel. Tragedi lebih tragis terjadi pada 26 Maret lalu, saat Lebaran mendekat, sebuah minibus Sigra tertabrak di perlintasan berpalang pintu dekat Terminal Sukoharjo, menewaskan empat orang pemudik. Peristiwa naas tersebut adalah akibat dari keterlambatan petugas menutup palang, hal itu menegaskan bahwa peningkatan kecepatan Batara Kresna tidak dibarengi kesiapan SDM di lapangan.

Peningkatan layanan dan pembaruan yang dihadirkan KA Batara Kresna memang membawa kenyamanan dan efisiensi perjalanan, namun hal tersebut juga menimbulkan problematika mendasar antara kecepatan dan keselamatan. Berbagai insiden kecelakaan belakangan ini menjadi peringatan bahwa lonjakan kecepatan belum diimbangi kesiapan infrastruktur, pengamanan perlintasan, dan prosedur operasional. Situasi tersebut menjadi tanda bahwa masyarakat, pemerintah, dan instansi terkait memiliki PR yang besar, mulai dari memperketat sistem keamanan jalur, meningkatkan pelatihan SDM lapangan, hingga menggencarkan edukasi masyarakat. Tanpa kolaborasi kuat antara infrastruktur, SDM, dan kesadaran warga, KA Batara Kresna yang cepat dan nyaman berpotensi berubah menjadi ancaman nyata di lintas Solo–Wonogiri.

Biodata Penulis:

Syarah Setiyani, lahir pada tanggal 11 November 2005 di Purworejo, saat ini aktif sebagai mahasiswa, Ekonomi Pembangunan, di Universitas Sebelas Maret (UNS). Penulis yang hobi menggambar dan traveling ini bisa disapa di Instagram @fluttersaa_

© Sepenuhnya. All rights reserved.